Di sepertiga punggung malam, lisan seorang ibu tidak berhenti-hentinya memperbincangkan tentang bagaimana ideologi-ideologi keamanan merasuk ke dalam bentuk-bentuk. Berbagai macam aspek itu kini menjadi pendorong utama kekuatan spiritual bagi sang anak. Khususnya dalam situasi sarat berorientasi pada keberhasilan, sehingga kerap menjadi mahapenting ketika suatu bentuk mengalami transformasi aksara sebagai wujud visual. Kemampuan do’a dipanjatkan dan bekerja tidak dibatasi oleh dinding-dinding formal pemisah. Itu sebabnya kekuatan spiritualitas dari ibu mensyaratkan ketulusan.
Deretan aksara do’a yang dikemas ibu dalam lembaran-lembaran praktek ritualnya apa pun itu menuntut untuk dilisankan. Do’a-do’a dalam lisan ibu menjadi sesuatu yang lebih memiliki power dan tenaga magis, kalau dilantunkan. Oleh karenanya, dibutuhkan keridhaan Ibu, sebagus apa pun aksara do’a dan jenis tenaga magisnya tidak akan bisa sepenuhnya sampai kepada kita kalau ridha belum diberikan. Masalahnya sederhana saja, keridhaan mengandung magis antara lain mensyaratkan keikhlasan untuk menyampaikannya, sedangkan sikap kita yang kerap memproduksi kekecewaan pada Ibu.
Hubungan antara aksara do’a dan sikap kita tampak pada upaya kita bermuhasabah, membenahi ke dalam pola perilaku yang lebih baik. Usaha kecil namun mahapenting membenahi perilaku ini adalah pembuka jalan dan kesuksesan; melalui muhasabah kita dingatkan bahwa ada hal penting yang tak kita sadari dalam memahami displin ilmu tentang dunia. IBU, terimakasih untuk segalahnya, segalanya yang telah kau korbankan, segalanya yang telah kau pertimbangkan, tanpamu apa jadinya kita?
SELAMAT HARI IBU…
untuk Ibuku tercinta….
KAMI KELUARGA BESAR AQL PEDULI MENGUCAPKAN SELAMAT HARI IBU…