فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ
“Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah.” (QS. Muhammad: 19). Di dalam ayat tersebut di awali kata fa’lam artinya mengetahui, secara kajian bahasa ini akan merujuk pada kata ilmu, ilmu yang dimaksud tidak hanya sebatas proses pentrasferan ilmu saja. Tapi di awali dari proses pengamatan/pengetahuan mendalam dan pembuktian.
Ilmu merupakan salah satu kebutuhan primer manusia setelah papan, pangan dan sandang. Dalam perspektif Islam, ilmu memiliki makna yang sangat mendalam dan kompleks segala jenis pengetahuan yang diperoleh melalui proses pengamatan dan penelitian yang objektif. Sementara keilmuan dalam Islam tidak sebatas pengetahuan mengenai duniawi saja, tapi mencakup pengetahuan tentang Tuhan, dan alam akhir.
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu علم يعلم artinya pengetahuan atau wawasan. Tapi dalam perspektif Islam ilmu lebih dari sekedar pemaknaan pengetahuan atau wawasan. Ilmu sendiri dalam Islam dipandang sangat kompleks, ia menyangkut dengan keberadaan Allah. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia” (QS. Al-‘Alaq: 1-2)
Maksudnya dalam ayat ini, menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara pengetahuan (ilmu) dengan meningkatkan rasa ketakwaan kepada Allah. Dengan rasa takwa inilah, kita tidak merasa takabur, selalu merasa ada pengawasan langsung dari Allah, seharusnya semakin banyak ilmu semakin memiliki rasa takut kepada Allah.
Selain itu, menuntut ilmu merupakan tugas wajib bagi setiap Muslim. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”. Dari hadis ini dapat disimpulkan, mencari ilmu merupakan perkara yang diwajibkan bagi setiap Muslim.
Dalam Islam ilmu harus mengandung tiga unsur, Islam, Iman dan Ihsan. Di mana jika salah satu di antara ketiga unsur tersebut tidak ada, maka ilmu tersebut tidak seperti yang dimaksudkan oleh perspektif Islam.
Merujuk kepada hadis Jibril A.S tentang Islam, Iman dan Ihsan. Ketika Jibril A.S bertanya kepada Rasulullah tentang apa itu Islam, kemudian Rasulullah menjawab “Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”. Kemudian dilanjut dengan pertanyaan perkara iman. Rasulullah menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan takdir atau buruk“. Kemudian dilanjut dengan pertanyaan terakhir yaitu ihsan, Rasulullah menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu“.
Menurut Qadhi ‘Iyaadh hadis ini mampu mewakili penjelasan mengenai segala unsur ibadah, baik yang bersifat lahir maupun batin. Hadis ini juga mencakup penjelasan mengenai iman, aktifitas fisik, keikhlasan dan pemeliharaan diri dari unsur-unsur yang bisa merusak nilai ibadah.
Ungkapan ini menunjukkan ketiga unsur itu yang sangat kompleks melekat pada ilmu. Penuntut ilmu yang pola pikirnya islami tentu tidak akan merusak unsur-unsur yang ada di dalamnya. Malahan ia akan menjaganya dari hal-hal yang bisa berpotensi merusak dengan melakukan taqarrub kepada sang Khaliq Allah SWT.
Selain itu, penuntut ilmu juga dituntut memiliki amaliah yang mencerminkan bahwa dirinya seorang penuntut ilmu. Menurut Al-Ghazali:
- hendaknya penuntut ilmu membersihkan jiwanya dan menjauhi diri dari akhlak tercela
- menyedikitkan diri dari kesibukan dunia
- Tidak bersikap menyombongkan diri kepada ilmu
- Tidak berlarut-larut dalam perdebatan kepada guru sehingga menimbulkan keraguan terhadapnya
- Selalu menghiasi diri dengan keilmuannya (menjadi beradab)
- Seorang pentuntut ilmu wajib mengetahui relasi keilmuan yang dipelajari dan tujuannya untuk apa
- Tidak meninggalkan satu cabang ilmu yang terpuji, kecuali sudah menyelami ke dalaman ilmu tersebut
- Janganlah murid mendalami suatu ilmu atau teknik (seni) sebelum ia dapat memahami benar ilmu atau teknik (seni) yang telah dipelajari sebelumnya. Karena semua ilmu itu tersusun secara bertingkat-tingkat menurut keharusannya. Sebagian ilmu menjadi jalan bagi ilmu yang lainnya
SUMBER:
Agus Z. (2018). Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Ghazali.
Kuliyatun. (2020). Kajian Hadis: Iman, Islam Dan Ihsan Dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam