AQL Peduli, Khazanah – Menjadi penerus risalah Rasulullah SAW merupakan pilihan terbaik dalam meniti karir di dunia ini. Pesan-pesan ilahi sampai ke masyarakat luas melalui mereka, meski harus melewati banyak rintangan dan tantangan. rintangan itu tak menjadi masalah, karena modal utama penerus risalah adalah laa ilaha illallah yang telah menghujam dalam hati.
Penerus risalah bergerak mengajak manusia dengan pondasi kuat, sebab semua sistem hidup bergantung pada kalimat tauhid itu. Siapa saja yang berpegang teguh dan mengamalkan kalimat itu, maka dia akan menjadi pemanang di dunia dan akhirat. Ini karena semua narasi, semua undang-undang, dan semua kekuatan yang bertentangan dengan kalimat tauhid itu akan hancur lebur.
Maka itu, Allah SWT memberikan balasan khusus untuk penerus risalah. Setidaknya ada dua nikmat yang akan dianugerahkan kepada mereka, sebagaimana termaktub dalam surat Adh-Dhuha. Dia berfirman;
وَلَـلۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لَّكَ مِنَ الۡاُوۡلٰىؕ وَلَسَوۡفَ يُعۡطِيۡكَ رَبُّكَ فَتَرۡضٰىؕ
“Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuhah: 4-5)
Allah SWT memberikan kabar gembira untuk penerus risalah Rasulullah melalui dua ayat di atas. Kabar gembira berupa kenikmatan tak ada batas. Nikmat berterusan dari dunia sampai di akhirat kelak. Di akhirat pun, Dia menyediakan nikmat tiada batas. Tak seperti di dunia yang masih diwarnai duri dalam perjalanan. Di akhirat, hanya ada kebahagiaan, senyuman saling sapa, kata-kata indah, serta sejuta kenikmatan yang tak pernah terlintas dalam imaji manusia.
Ibnu Abbas pernah meriwayatkan sebuah hadis. Dalam hadis itu diceritakan bahwa Rasulullah pernah diperlihatkan perluasan wilayah yang akan dilakukan oleh para penerusnya, yakni khulafa’u rasyidin. Lalu Allah menurunkan kepada surat Adh-Dhuha ayat 5 di atas.
Itu adalah bentuk kenikmatan yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Manusia termulia itu tak pernah memimpikan umatnya kaya raya. Beliau hanya ingin bersua dengan umatnya di surga kelak. Cita mulia itu kemudian terwujud melalui perluasan wilayah Islam ke seluruh penjuru dunia. Hari ini, siapa yang tak kenal Islam.
Kenikmatan itu pula yang akan Allah berikan kepada para penerus Rasulullah. Itu merupakan algoritma Tuhan yang tak bisa dibantah. Siapa saja yang masuk ke dalam lingkaran itu, maka otomatis dia akan menjadi manusia terbaik di muka bumi. Bukankah Allah yang mengatakan demikian.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran: 110)
Penerus risalah tidak terlahir seperti rumput ialang yang tumbuh di sembarangan jalan begitu saja. Hanya karena ada hujan lalu tumbuh rumput. Seperti halnya suami istri yang merayakan melodi terindah dalam sejarah percintaan manusia yang melahirkan manusia baru. Penerus risalah lahir di muka bumi dengan misi mulia, dan itulah yang membuat mereka sangat mulia di sisi-Nya.
Penerus Risalah, Karir Mulia
Prinsip dasar penerus risalah tak dipenuhi ambisi dunia. Sangat sederhana, tapi mengguncang alam semesta. Ini karena mereka mengadopsi karir para nabi dan rasul dalam menjalani roda kehidupan di dunia. Mereka mengabaikan kehidupan orang yang kafir dengan ambisi duniawi mereka.
Sifat penerus risalah sama halnya karakter dasar orang mukmin yang disebutkan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Orang mukmin menyongsong tiap detik, membalut menit, mengabiskan waktu berbekal diri untuk kehidupan akhirat mereka. Berbanding terbalik dengan orang kafir. Mereka hanya bersenang-senang di dunia.
Ini berkaitan dengan ayat di atas. Ketika Allah menjanjikan nikmat yang besar kepada para penerus risalah. Allah menggunakan Lam Ibtida’ dalam ayat di atas, Al-akhirah adalah muannas al-akhir dan wal uwla adalah muannas al-awwal. Kehidupan akhirat jauh lebih baik bagi orang beriman. Kenikmatan tiada batas dan di luar imaji mereka dapatkan. Orang kafir memang senang di dunia, tapi itu bersifat sementara. Tapi mereka akan mendapatkan penyesalan tiada akhir di akhirat kelak. Ironis bukan.
Ini adalah perbedaan mendasar dalam menatap diri. Maka itu, pilihan hidup harus jelas. Manusia beriman harus menjual diri untuk akhirat. Orang kafir menjual diri untuk kesenangan dunia yang fana. At-Taswis di sini walasaufa dalam surat Adh-Dhuha ayat 5 menunjukkan kesinambungan, atau berterusan. Allah mengabulkan semua nikmat yang diimpikan oleh Rasulullah. Demikian juga impian umat Muhammad yang memilih jalan sebagai penerus risalah. Selain itu, penerus risalah juga akan mendapatkan dua kenikmatan yakni kenikmatan di dunia sampai akhirat.
Misi Para Penerus Risalah
Misi para penerus risalah itu jelas, meneruskan risalah Rasulullah SAW. Tapi apa misi Nabi Muhammad? Misi itu tergambar dalam surah al-Baqarah ayat 133. Menjelang wafatnya, Nabi Ya’kub AS sempat berwasiat kepada anak-anaknya. Wasiat itu, menegaskan agar anak-anaknya senantiasa menyembah Allah, dan tidak menyekutukannya dengan yang lain.
”Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) sakaratul maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya; ‘Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab; ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan Nenek Moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’.”
Melalui ayat tersebut, setidaknya ada tiga misi yang harus dibawa oleh para penerus risalah. Misi itu yakni mengajak manusia untuk menghamba kepada Allah, meninggalkan segala bentuk kesyirikan, dan disiplin berdasarkan nilai-nilai syariat Islam. Tiga misi ini harus diemban agar selamat dunia akhirat.
Selain itu, ada tiga misi para nabi dan rasul yang disampaikan Syekh Muhammad Tahir Ibnu`Asyur dalam Tafsir At-Tahrir Wa Al-Tanwir. Tiga misi itu harus menjadi target pencapaian bagi orang yang ingin menjadi penerus risalah. Tiga misi itu yakni kalamunafsi (kesempurnaan jiwa), nasyrudinil Islam (menyebarkan Islam), dan nashrul muslimin (memenangkan Islam dan umat Islam).
Jika dirunut, penerus risalah harus terlebih dahulu membersihkan jiwanya dari berbagai macam dosa. Setelah itu ia mengajak manusia untuk kembali kepada Allah. Jika ajakan itu ditolak, maka harus beperang memenangkan agama Islam di muka bumi dan memenangkan umat Islam.
Prinsip Penerus Risalah: Hidup untuk Al-Qur’an
Umur Nabi Muhammad adalah 63 tahun. Dia diangkat menjadi nabi pada saat berusia 40 tahun. 13 tahun berdakwah di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Ukuran hidup bagi nabi adalah menyampaikan wahyu.
Ketika surah An-Nashr turun, semua sahabat besuka cita karena Allah telah memberikan kemenangan keapda umat Islam. Namun tidak bagi Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ibnu Abbas. Kedua sahabat mulia itu justeru bersedih. Keduanya menyadari bahwa umur Rasulullah tak lama lagi. Dia akan segera kembali kepada Allah, karena tugasnya menyampaikan risalah sudah selesai.
Rasulullah bisa saja meminta umur panjang. Namun ia tidak melakukan itu. Ini karena bagi beliua, tidak ada gunanya hidup jika sudah terputus sama wahyu. Misi hidup adalah menyampaikan wahyu. Sia sia hidup tanpa Al-Qur’an.
Maka itu, karir terbaik di muka bumi adalah menjadi penerus risalah. Selain mendapatkan kenikmatan di dunia, di akhirat juga akan mendapatkan kenikamatan tanpa batas ruang dan waktu. (Admin)