AQL Peduli, Khazanah – Perjalanan hidup manusia berliku-liku dan penuh dengan tantangan serta cobaan. Kehidupan manusia dimulai dari diri sendiri, keluarga, kemudian masyarkat yang berbangsa dan bernegara. Apapun yang terjadi, Allah lah yang mengkhendaki kita untuk berusaha memimpin diri dengan baik dan bersikap baik terhadap lingkungan sekitar. Jika manusia frustasi dan malas memimpin diri dengan baik tentulah akibatya ditanggung sendiri dan akan menuai keburukan yang ditanam.
Peran iman memang sangat penting dalam memimpin diri agar bisa menuai kebaikan bukan keburukan, kita mungkin pernah mendengar pribahasa,“siapa menanam dia akan menuai” yang maksudnya adalah jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula. Dan jika seseorang menanam keburukan, maka ia akan menuai hasil yang buruk juga.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura : 40
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang Zalim.” (QS : Asy-Syura : 40).
Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat bahwa setiap hari Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita. Sejak mata ini terbuka di pagi hari, Allah telah memberi kebaikan berupa udara yang segar, kekuatan untuk bangun, kemampuan untuk melihat, dan semua pemberian-nya yang mustahil dapat kita hitung.
Sayangnya, manusia sering melupakan yang selalu Allah berikan padanya dan benar-benar mengingkari atas segala kenikmatan yang ia dapati secara gratis. sebagai manusia harusnya banyak bersyukur atas kebaikan Allah Swt kepadanya.
Adapun petuah yang biasa diajarkan oleh leluhur, orang tua dan para sesepuh kita kepada generasi selanjutnya. ( hidup itu untung dan celaka, buruk dan baik, semua hanya memetik buah perbuatannya sendiri. Siapa berbuat ia bertanggung jawab, siapa menanam ia akan menuai dan supaya semua baik janganlah berbuat hal yang merugikan orang lain.
Petuah seperti itulah yang akan selalu relevan untuk selalu diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya, demi keberlangsungan peradaban manusia yang berkeadaban dan berkemanusiaan.
Segala perbuatan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri, kadang kita ingin mendapatkan kebaikan. Tetapi karena terkecoh oleh keadaan yang dilakukan tidak baik, sehingga hasil yang didapatkan juga tidak akan baik.
Keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dengan cara mencari materi dengan sebanyak-banyaknya sampai tidak menghiraukan halal atau haram, merupakan salah satu contoh perbuatan yang tidak sesuai dengan keinginan karena asumsi bahwa kebahagiaan bisa didapatkan dengan materi. Perbuatan tidak baik mencari rezeki dengan cara haram tentunya akan kembali kepada diri sendiri dengan rezeki yang tidak barokah dan dapat mendatangkan bencana.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun niscaya dia akan melihat melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8).
Maka berhati-hatilah dalam berperilaku di dunia ini, perbuatan yang baik pasti hasilnya baikpula, juga perbuatan yang tidak baik walaupun niatnya untuk kebaikan hanya akan menghasilkan kemudharatan dan kerusakan. (Admin)