
AQLpeduli, Khazanah – Al-Qur’an menginformasikan terkait tingkatan manusia dalam menyikapi kebenaran. Tingkatan itu dibagi ke dalam tiga bagian yakni level bawah, menengah, dan tinggi. Keyakinan paling bawah disebut ilmul yaqin. Pada level ini, setiap orang bisa menerima dan puas dengan informasi yang terkandung dalam Al-Qur’an. Ada beberapa ayat yang bisa memuaskan akal manusia, terutama ayat-ayat kauniyah. Orang seperti ini hanya mengamalkan Al-Qur’an jika masuk akal, dan mereka tidak mampu menerima keberadaan akhirat.
Sama halnya dengan level keyakinan aiunul yaqin. Di dalam Al-Qur’an bertebaran ayat-ayat yang bisa memuaskan keyakinan manusia karena dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari seperti penemuan sains hari ini. Misalnya langit yang menghiasai bumi dan menjadi atap bagi manusia, memiliki berbagai materi. Meski tak dapat dilihat dengan mata telanjang, berbagai materi ini menjadi bukti bahwa langit tidaklah kosong.
Studi-studi astronomi membuktikan bahwa langit tidak kosong, melainkan dipenuhi oleh materi-materi. Beragam materi langit yakni dalam bentuk gas seperti hidrogen, helium, dan sedikit oksigen, nitrogen, neon, dan uap air. Selain itu, ada pula materi dalam bentuk padat dan beragam sinar seperti sinar inframerah, sinar X dan sinar Gamma. Semua materi ini semakin meyakinkan manusia bahwa langit adalah bangunan yang kukuh, dipenuhi dengan materi, dan energi, serta tak mungkin diterobos kecuali dengan membuka pintu-pintunya.
Pintu-pintu langit juga telah dijelaskan Allah dalam firman-Nya. “Dan, kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata ‘Sesungguhnya, pandangan kamilah yang di kaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir’” (Al Hijr Ayat 14-15).
Sebagaimana langit yang dipenuhi pintu-pintu yang kokoh, tingkat teratas dari atmosfer, yang membungkus bola bumi juga dipenuhi oleh pintu-pintu. Oleh karenanya, jika pesawat antariksa hendak keluar dari atmosfer, ia harus menempuh jalur tertentu dan terbatas.
Pesawat juga harus melewati sudut dan jalur tertentu agar selamat dari area gravitasi Bumi menuju angkasa. Tanpa melalui jalur itu, pesawat akan terbakar. Sebaliknya, jika pesawat antariksa hendak kembali ke Bumi, ia harus masuk melalui pintu-pintu dan jalur tertentu dalam tingkat teratas dari atmosfer. Jika tidak, ia akan tetap berada di luar angkasa atau terbakar.
Sampai pada level ini, para ilmuwan pun tidak bisa membantah kebenaran Al-Qur’an. Hanya saja, mereka masih mengedepankan akal untuk mencapai keyakinan akan kebenaran Al-Qur’an.
Level keyakinan paling tinggi adalah haqqul yaqin. Tingkatan ini hanya bisa dirasakan oleh orang yang berfikir mendalam. Sumber pemikiran itu berdasarkan Al-Qur’an. Kitab suci menjadi pusat pijakan dalam berpresepsi. Berbeda dengan orang yang masih di level ainul yaqin, hanya menjadikan akal sebagai sandaran dalam mendeskripsikan atau mempresepsikan sesuatu.
Untuk menapai tingkatan ini sebenarnya cukup mudah. Cukup memandang segala sesuatu memakai kacamata Al-Qur’an, bukan memuaskan akal terlebih dahuu lalu beriman. Ini sebenarnya standar berfikir ulul albab. Tingkatan keyakinan ulul albab sudah melampaui ilmul yaqin dan ainul yaqin. Mereka meyakini bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan bukan untuk memuaskan akal manusia. Hal utama dari informasi Al-Qur’an adalah keimanan kepada Allah SWT dan hari akhirat.
Buya Hamka mengatakan, orang yang yakin kepada Allah dan hari akhir pasti hidupnya akan tentram. Kehidupan mereka menjadi tentram karena hidup berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an.
Mengenal Al-Qur’an dengan haqqul yaqin berkaitan erat dengan keimanan kepada hal gaib, yakni beriman kepada Allah dan hari akhir. Surah Al-Waqi’ah yang meninggung haqqul yaqin membawa kita untuk meyakini hari kiamat, hari kebangkitan, dan hari pembalasan. Ketika manusia masih hidup, mereka dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni al-Muqarrabun (orang dekat dengan Allah), ashabul yamin (golongan kanan), dan ashabul masy’amah (golongan kiri). Setelah mati juga diklasfikasikan ke tiga kelompok yakni al-Muqarrabun, ashabul yamin, dan al-Mukazzibun adh-Dhallun.
Ulul albab sangat meyakini hari kiamat akan terjadi, akan ada hari kebangkitan dan hari pembalasan akhirat kelak. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan berfikir. Informasi Al-Qur’an adalah sebuah kebenaran meskipun belum diterima oleh akal manusia. Keyakinan ini belum pernah dijangkau secara empirik manusia.
Lalu setelah mencapai tingkat keyakinan tersebut, maka bertasbih kepada Allah harus diperbanyak. Allah SWT berfirman;
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.” (QS. Al-Waqi’ah: 74)
Nah, output orang yang sudah haqqul yaqin pada Al-Qur’an, hatinya selalu bertasbih dengan nama Allah yang agung. (ADMIN)