cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Keistimewaan Para Penghafal Al-Qur’an

AQL Peduli, Khazanah – Siapa yang sanggup meragukan Al-Qur’an? Al-Qur’an merupakan kitabullah yang diturunkan lafal dan maknanya kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah kitab suci yang kekal abadi. Allah berjanji akan memelihara dan menjaga Al-Qur’an sampai akhir zaman. Maka cerdik apapun seseorang ingin megubah lafal Al-Qur’an ia tidak akan mampu.

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami yang benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr ayat 9). Rasulullah SAW memelihara Alquran dengan menghafalkan setiap ayat yang diwahyukan kepadanya.

Nabi Muhammad SAW selalu mendorong sahabat dan umatnya untuk menghafal Al-Qur’an. Ini karena para penghafal Al-Qur’an mendapat posisi istimewa di sisi Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang menjaga Alquran lewat hafalan akan mendapat posisi yang terhormat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Allah SWT akan memberikan predikat istimewa kepada orang-orang yang menghafal ayat-ayat-Nya. Merekalah yang menjadi keluarga di muka bumi. Para ahlul Qur’an mengguncangkan seluruh isi langit, melebihi guncangan ketika seorang bayi manusia lahir. Setiap ada bayi baru, maka seluruh isi langit akan goncang, karena alam semesta mendapat tugas untuk memfasilitasi seorang khalifah di muka bumi.

Maka itu, sebenarnya tidak wajar jika ada penghafal Al-Qur’an merasa hina. Menjadi keluarga Allah dan diistimewakan di sisi-Nya merupakan predikat dan kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Lebih mulia dari bumi dan langit beserta isinya.

Para penghafal Al-Qur’an adalah orang pilihan. Qalbu mereka dipilih untuk menjaga ayat-ayat Allah. tidak sembarang qalbu yang bisa diberikan keistimewaan untuk menjaga mukzijat terbesar Rasulullah itu.

Maka tak diragukan lagi jika para Hamalat Al-Qur’an atau pengemban amanah Al-Qur’an adalah mereka yang mendapatkan kedudukan khusus di sisi Allah SWT. Rasulullah pernah bersabda bahwa penghafal Al-Qur’an itu adalah keluarga Allah di bumi. Selain itu, mereka juga menjadi hama teristimewa-Nya. “Sesungguhnya Allah mempunyai ‘ahli’ dari kalangan manusia.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?” Baginda berkata, “Merekalah ahlu Alquran, yaitu ‘ahli’ Allah dan golongan pilihan-Nya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Perlu dipahami bahwa yang dimaksudkan dengan ahlu Al-Qur’an adalah para penghafal Al-Qur’an yang senantiasa membacanya dan beramal serta berakhlak dengan akhlak Alquran. Jadi, untuk menjadi seorang ahlu Alquran tidak cukup hanya dengan menghafal dan selalu membaca Alquran saja, tetapi harus juga mengamalkan ajarannya, tidak melanggar batas-batasnya dan berakhlak dengan akhlak Alquran.

Imam Tirmidzi dalam kitab Faidh Al-Qadir menjelaskan, ahlu Alquran itu hanya bagi para penghafal dan pembaca Alquran yang tidak ada kezaliman (syirik) dalam hatinya serta tidak ada kejahatan dalam dirinya. Dan, bukanlah ahlu Alquran, kecuali mereka yang sudah menyucikan dirinya dari dosa-dosa, baik yang zahir maupun yang batin, serta menghias dirinya dengan segala bentuk ketaatan, dan ketika itulah mereka menjadi ahlu Allah SWT. (Admin)

Sumber: Ceramah Ustaz Bachtiar Nasir

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code