AQLpeduli, Khazanah – Manusia pasti menemui ajal. Itu merupakan kepastian yang tidak bisa dihindari. Saat manusia sudah menghembuskan nafas terakhir, maka terputuslah amalnya. Ini karena tidak bisa bekerja, tidak bisa beramal, tidak bisa berkarya, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Maka itu, sangat penting mencari amal yang berkualitas, kekal, dan bermanfaat, baik selama di dunia maupun setelah meninggal dunia.
Pahala kualitas amal tersebut tidak terputus sekalipun telah meninggal dunia, selama amalnya masih dimanfaatkan oleh manusia.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara. (yaitu): sedekah jariyah, imu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631)
Hadis di atas harus menjadi renungan panjang, agar hidup tidak sia-sia. Waktu akan menjadi sia-sia jika salah mewariskan. Padahal tersisa dari manusia setelah meninggal dunia hanya tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan. Hadis ini harus menjadi visi besar orang yang ingin membangun peradaban Islam.
Saat meninggal dunia, Rasulullah SAW tidak mewariskan harta benda. Suatu ketika beliau pernah ditawari emas sebesar gunung Uhud, tapi ditolak. Warisan beliau kepada umat manusia adalah risalah Islam. Warisan tersebut mampu mendatangkan kebahagiaan kepada orang yang menjalankannnya dengan penuh keikhlasan.
Hal itu harus menjadi visi besar lembaga dakwah, tak terkecuali AQL Islamic Center. AQL yang didirikan dari semangat mengajarkan Al-Qur’an, maka warisan paling besar adalah tadabbur Al-Qur’an.
Jika mengambil ibrah dari hadis di atas maka ada tiga hal yang bisa diwariskan setelah kita mati. Pertama, sedekah jariyah. Sedekah jariyah tak terbatas pada materi semata. Lembaga dakwah bisa membuat program berkesinambungan dan bermanfaat untuk umat. Itu menjadi sedekah jariyah untuk insan-insan yang mengabdi di dalam lembaga dakwah tersebut.
Salah contohnya adalah program pembangunan Masjid yang digarap AQL Islamic Center. Demikian pula pembangunan Rumah Tahfiz Qur’an di seluruh Indonesia, serta ragam program yang berkesinambungan dan memiliki maslahat besar untuk umat.
Warisan kedua adalah ilmu yang bermanfaat. Pada tingkat lembaga dakwah, maka ilmu bermanfaat itu bisa diaplikasikan dalam bentuk program pendidikan. Muhammadiyah dalam 100 tahun mampu melahirkan ratusan lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat paling tinggi. Manfaat program tersebut tentu sudah mengakar di tengah masyarakat Indonesia.
Lembaga pendidikan berbasi Islam juga sangat penting di era modern ini. Ini karena berbagai paham sesat, seperti liberalisme dan sekularisme, mulai disusupkan ke perguruan tinggi. Maka ilmu adalah cara paling efektif untuk melawan isme-isme sesat. Ilmu tentang Al-Qur’an harus diwariskan agar menjadi bekal di akhirat kelak.
Warisan ketiga adalah anak sholeh. Jika belum memiliki anak biologis, maka usahakan memiliki anak ideologis. Anak biologis belum tentu mendoakan orang tuanya saat meninggal dunia, maka hal itu bisa dilakukan oleh anak ideologis. Cara paling efektif untuk itu adalah mendirikan lembaga pendidikan berbasis Islam, agar anak-anak yang belajar di tempat itu menjadi aset untuk kehidupan akhirat yang lebih baik. (Admin)