AQL Peduli, Khazanah – Jodoh dan kematian sama-sama misteri ilahi. Hanya ada dua pilihan, berjodoh dengan wanita yang dicintai ataukah berjodoh dengan kematian. Tak seorang pun yang tau itu.
Namun manusia kerap memperlakukan dua misteri itu secara tak adil. Kematian seolah tak menjadi hal utama, padahal ia gerbang kehidupan sesungguhnya. Banyak orang lebih mendahulukan bekal bertemu jodoh ketimbang pertemuan dengan sang khaliq saat jiwa tak lagi menyemai raga.
Mati adalah kepastian, sebuah ketentuan yang tak akan meleset sedetik dan sesenti pun. Tidak ada perbedaan strata, miskin kaya sama di hadapan mahluk bernama kematian itu. Demikian pula tua muda, sakit sehat, dan tak kenal tempat dan waktu.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisaa’: 78)
Allah yang Maha Hidup menciptakan kematian sebagai gerbang kehidupan hakiki. Ia pun menciptakan kehidupan di dunia untuk menyeleksi hamba yang beriman dan kafir. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Mulk ayat 2;
“(Dialah Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan, Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Hal ini mengingatkan pada tujuan manusia diciptakan, yakni sebagai khalifah dan untuk beribadah kepada-Nya. Sebuah misi kehidupan yang bermuara pada pertemuan kepada Allah. Maka itu, sudah sepatutnya seorang hamba lebih mempersiapkan diri menghadapi kematian ketimbang kesenangan dalam pernikahan.
Bahkan, dalam konsep Islam, pernikahan adalah ibadah untuk menuju kepada-Nya. Ia hanya wadah untuk melestarikan kehidupan, sebuah tugas dari seorang khalifah di muka bumi. Menikah untuk ibadah berarti menjadikan pernikahan sebagai bekal menanti kematian.
Jadi, persiapkan kematianmu, sebab mati akan menyambut dari pintu ribuan pintu misteri.
