AQLpeduli, Khazanah – Jihad harta merupakan salah satu di antara jihad yang paling ditekankan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an. Bahkan dalam sejarah Islam, pada masa Rasulullah jihad harta dan jiwa menjadi amalan dominan kaum Muslimin kala itu. Muslim yang melakukan jihad harta dan jiwa Allah Ta’ala tegaskan sebagai Muslim yang sesungguhnya.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujurat: 15).
Dengan jihad harta hidup akan mulia, dan bangsa akan berdaulat dan bermartabat. Jiwa tidak akan tertindas jika berani berjihad harta. Dikutip dari buku ‘Para penggenggam Surga’ karya Syaikh Muhammad Ahmad ‘Isa, pada tahun sembilan Hijriyah kerajaan Romawi sedang berada dalam kejayaan. Romawi yang kala itu dipimpin oleh Heraklius berencana menyerang Jazirah Arab. Terlebih keberadaan Rasulullah SAW bersama kaum Muslimin kala itu sampai ke telinga Heraklius, membuatnya penasaran dan bernafsu untuk menaklukannya.
Kabar ini sampai kepada Rasulullah SAW dan Beliau sambut dengan seruan kepada kaum Muslimin untuk berjihad. Namun, kala itu jazirah Arab sedang mengalami puncak musim panas. “Temperatur udara sangat tinggi sampai-sampai panasnya hampir melelehkan gunung,” kata Khalid Muhammad Khalid, seorang penulis sastra sejarah dari Mesir.
Akibat musim panas tersebut terjadi kekeringan yang menyebabkan kaum Muslimin mengalami paceklik, sehingga jika harus berjihad mereka bingung untuk memperoleh perbekelannya dari mana. Kondisi yang seperti itu membuat Rasulullah SAW menyeru kepada para sahabatnya untuk mendanai pasukan Jaisyul ‘Usrah atau pasukan dengan keadaan sulit.
Beliau menjanjikan ganjaran yang besar dari Allâh Azza wa Jalla bagi mereka yang berinfak pada perang ini. Imam al-Bukhâri meriwayatkan, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ “Barangsiapa menyiapkan pasukan ‘Usrah, maka baginya surga”.
Maka, para sahabat dengan antusias memenuhi seruan tersebut. ‘Umar bin Khatab menuturkan: “Inilah saatnya, aku akan mengalahkan Abu Bakar Ash-Shiddiq (dalam kebaikan).”
Esok harinya, dia berangkat menemui Rasulullah SAW membawa separuh hartanya untuk membiayai jaisyul ‘usrah ini. Rasulullah bertanya kepadanya: “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai ‘Umar?” “Masih ada separuhnya buat mereka, wahai Rasulullah,” jawab ‘Umar.
Tak berapa lama datanglah Abu Bakar dengan menyeret hartanya yang cukup banyak dan menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Melihat harta yang cukup banyak itu, Rasulullah bertanya pula padanya: “Apa yang engkau tinggalkan buat keluargamu, wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar menjawab: “Allah dan Rasul-Nya, yang aku tinggalkan untuk mereka.” Mendengar jawaban yang penuh keyakinan ini, ‘Umar berkata: “Demi Allah, aku tidak akan berlomba lagi dalam hal apapun denganmu selama-lamanya, wahai Abu Bakar.”
Kemudian, datanglah ‘Utsman dengan membawa 1.000 dinar di kantongnya dan diletakkannya di pangkuan Rasulullah SAW. Melihat harta tersebut, Rasulullah SAW membolak-balikkan dinar yang ada di tangan beliau, seraya berkata: “Setelah hari ini, apa pun yang dilakukan Utsman tidak akan membahayakannya (di akhirat).
Bahkan menurut penyaksian Abdurrahman ibn Auf, Utsman mendanai pasukan tersebut dengan 700 uqiyah emas. Khalid yang meriwayatkan dari Hassan menyatakan, bahwa Utsman memberikan dana sebesar 750 unta dan 50 kuda pada perang tersebut.
Setelah pasukan siap, Rasulullah SAW pun memimpin mereka bergerak hingga ke sebuah tempat bernama Tabuk yang letaknya berada di antara Madinah dan Damaskus, maka perang ini disebutlah perang Tabuk. Di tempat inilah datang sebuah kabar gembira bahwa pasukan Romawi gentar dan bergerak mundur meninggalkan Damaskus.
Alhasil peperangan selesai dengan kekalahan di pihak Romawi tanpa jatuh satu pun korban. Kaum Muslimin kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan dan perbekalan yang utuh. Meski demikian, Utsman tidak sepeser pun meminta kembali dana atau perlengkapan yang telah beliau berikan bagi pasukan ini.
Apakah dengan itu mereka kekurangan? Bukankah mereka mulia dengan itu? Bahkan izzah Islam menjadi kuat. Poin ketiga ini yang banyak dilupakan oleh umat Islam, jihad harta. Dengan jihad harta, minimal seseorang akan menjadi orang mulia dan Islam akan jaya. (Admin)