AQL Peduli, Jakarta – Islam adalah agama sempurna yang diturunkan Allah kepada nabi dan rasulnya, Rasulullah SAW merupakan utusan terakhir Allah yang diperitahkan untuk menyampaikan risalah kenabian sekaligus penyempurna agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Islam merupakan agama rahmatan lil alamin yaitu membawa rahmat bagi seluruh alam.
Senin, 22 September 622 M menjadi hari yang bersejarah bagi umat Islam. hari dimana Rasulullah tiba di Madinah dalam rangka hijrah, setelah menempuh perjalanan puluhan hari dari Makkah.
Setibanya Rasulullah di Madinah, beliau disambut dengan penuh suka cita. Bak kedatangan “sang juru selamat” masyarakat menyambutnya. Kota Madinah pada saat itu dihuni masyarakat yang beragam. Mulai dari suku, etnis hingga agama. sehingga mereka kerap kali berperang. Mereka berharap dengan kedatangan Rasulullah ke Madinah dapat menjadi penengah juga pemersatu diantara mereka.
Abdurrohman Asy Syarqawi dalam bukunya Muhammad Sang Teladan menjelaskan pada awal mula Rasulullah datang ke Madinah, yang saat itu masih bernama Yasrib, kaum muslimin yang ikut berhijrah atau yang dikenal dengan nama muhajirin mengalami kesulitan.
Dalam beberapa sumber sejarah menyebutkan Rasulullah SAW berhasil membangun kota Yasrib yang biasa-biasa saja menjadi Kota Madinah yang berperadaban dan diperhitungkan di jazirah Arab. Rasulullah juga berhasil membangun masyarakat yang majemuk hidup dalam harmoni dan damai. Sebelum suatu kelompok di Madinah mengkhianatinya.
Rasulullah berhasil membangun peradaban di Madinah, keberhasilan itu tak lepas dari upaya beliau mewujudkan aturan bersama atau konstitusi yang dinamkan piagam madinah. Rasulullah membangun peradaban Islam dimulai dengan pendidikan, ekonomi dan gerakan politik.
As-Suffah adalah tempat paling menonjol dalam bidang pendidikan diwaktu itu, sehingga Rasulullah SAW bisa menghadirkan orang hebat seperti Abu Hurairah, Salman Alfarizi, Abdullah ibn Mas’ud, Az-Zuhri, Ibnu Abbas, Anas bin Malik dan Bilal. Orang-orang yang menjadi pakar dalam bidangnya. Hal itu bukanlah khalaqah bisa, para tokoh memiliki pakar masing-masing, Az-Zuhri dan Ibnu Abbas memiliki ahli dibidang tafsir, Abdullah ibn Mas’ud pakar Hadist dan Anas bin Malik ahli fikih.
Kemudian, orang-orang yang belajar kepada Rasulullah betul-betul belajar konfrensif. Sebab itu mereka menulis kesan-kesan dikalangan para sahabat. “Hidup Bersama Rasulullah, kami tidak melewatkan satu surah pun, kecuali menghafalkannya, mengamalkannya. Maka di Suffah kami belajar ilmu dan amal.”
Tak hanya itu, syariah juga bagian dari peradaban,banyak ilmu yang diajarkan mengenai muamalah kepada kita dari sini. Akidah juga mengajarkan kita bagaimana mengkaitkan kehidupan dengan Allah. Dan ihsan adalah tingkatan paling tinggi dimana kita sebagai manusia yang kesadarannya selalu terikat dengan Allah.
Dari sinilah kemudian tradisi intelektual Islam yang berupa madrasah muncul di mana-mana, karena asasnya Al-Qur’an begitu kuat yang mendorong kita untuk mengejar ilmu pengetahuan. Berbeda dengan kitab suci yang lain. Boleh jadi, tidak ada anjuran untuk tadabbur, tafakkur, istilah ulul albab, istilah orang-orang yang rasikhuna fil ilmu. Itu merupakan terminology yang sangat akademis dalam Islam.
Jika kita membadingkan, ketika penjajah Belanda datang ke negara-negara Islam, mereka tidak memintarkan orang Islam justru membodohkannya. Sebaliknya, ketika Islam datang ke Persia mereka mendidik orang-orang yang kemudian memahami Islam hingga menjadi ilmuan bahkan lebih pintar dari pembawanya. Dari situlah peradaban Islam berkembang melalui pikiran, perbuatan, dan kontribusi orang-orang yang bukan Arab lagi.
Islam masuk ke sebuah negara dengan memakmurkan, bahkan tidak ada yang merampok kekayaan alamnya. Mereka membebaskan sebuah wilayah dari kegelapan menuju cahaya yang terang menderang. Sebab itulah bahasa peradaban Islam bukan naturalisasi, tetapi islamisasi, karena Islam itu sudah natural, sesuai dengan manusia.
Jangan berkata orang di Islamkan kemudian bertentangan dengan nuraninya, dengan budayanya, hal itu merupakan pemahaman yang salah. Kita harus memahami peradaban Islam yang aslinya dari Al-Qur’an. Memahami apa yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, yang diimplementasikan melalui para sahabat, dikembangkan oleh sahabat menjadi sebuah peradaban ilmu pengetahuan melalui jalan politik dan kekuatan ekonomi.