Amalan Menyambut Bulan Muharram

AQL Peduli, Khazanah – Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1442 Hijriyah sudah dirayakan umat Islam di seluruh dunia. Artinya, tidak lama lagi umat Islam akan merayakan pergantian tahun memasuki tahun baru 1443 Hijriyah.

Terdapat doa dan berbagai amalan istmewa yang bisa ditunaikan dari akhir tahun ini hingga meyambut tahun baru. Apalagi melihat keutamaan bulan Muharram sebagai bulan yang suci dan dimuliakan oleh Allah swt.

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan Muharram sedikit berbeda dengan beberapa bulan lainnya, karena bulan ini termasuk salah satu bulan haram dalam Islam.

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 10 Agustus 2021. Umat Islam berbondong-bondong dan berlomba-lomba dalam kebaikan berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT.

Demi memperoleh satu tahun kedepan yang dilancarkan oleh Allah, Alangkah baiknya menyambut tahun baru Islam dengan berbagai amalan. Berikut amalan yang dianjurkan Rasulullah SAW di bulan Muharram untuk menyambut tahun baru Islam 1443 H mendatang.

1. puasa

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (al-Muharram). Terdapat dua amalan puasa sunnah dalam bulan Muharram. “

Puasa Tasu’a

Puasa Tasu’a merupakan pusa sebelum 10 Muharram atau yang dilaksanakan pada 9 Muharram. Dalam riwayat dijelaskan di akhir hayatnya Rasulullah pernah berkeinginan jika ia masih hidup di tahun depan maka ia akan berpuasa pada 9 dan 10 Muharrram.

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ, قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: (( فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ.)) قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”

Puasa Asyura

Puasa Asyura meeupakan puasa yang dilaksanakan pada 10 Muharram.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR Muslim).

Puasa Asyura ini menjadi puasa yang paling dikenal masyarakat.

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:

(كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَه.)

“Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”

Selain puasa pada 9 dan 10 Muharram, ada pula ulama yang berpendapat adanya puasa sesudah 10 Muharram yakni pada 11 Muharram.

Di antara dalil yang menyatakan ini terdapat dalam hadis Ibnu Abbas.

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.” (HR Ahmad).

Kendati begitu, Syaikh Syu’aib dan Syaikh Al-Albani menghukumi hadits ini lemah. Namun tentu saja bukan berarti berpuasa di 11 Muharram terlarang Puasa ini masih bisa dikerjakan karena termasuk pada bulan Muharram.

2. Memperbanyak amal Shaleh

Seperti bulan Dzulhijjah, pada bulan Muharram, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak amalan saleh. Tentu saja mengerjakan amalan baik di bulan istimewa akan mendapatkan pahala dan mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Memperbanyak amalan saleh bisa dimulai dengan berzikir, bersedekah, hingga tilawatil quran dan mengamalkannya.

3. Bertaubat

Menyesali atas dosa dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali menjadi tugas manusia seumur hidup. Taubat merupakan karunia dan kesempatan yang diberi Allah untuk kembali kepada-Nya.

4. Memperbanyak sedekah

Dalam menyambut bulan Muharram diperintahkan agar memperbanyak pengeluran dari belanja kita sehari-hari untuk bersedekah, membantu anak-anak yatim, membantu keluarga, kaum kerabat, orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

Semua itu hendaknya dilakukan dengan tidak memberatkan diri sendiri dan disertai keikhlasan semata-mata mengharap keridhaan Allah.

Mengenai hal ini Rasulullah bersabda:

مَنْ وَسَّعَ عَلى عِيَالِهِ وَ أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ

“Siapa yang meluaskan pemberian untuk keluarganya atau ahlinya, Allah akan meluaskan rizki bagi orang itu dalam seluruh tahunnya.” (HR Baihaqi, No: 3795)

Namun di antara banyak amalan itu, yang paling utama dan menjadi sunnah adalah berpuasa. Seperti yang tertulis dalam Hadis Riwayat Abu Huraira, yang artinya:

“Seorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang paling utama?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharam.’” (HR Ibnu Majah).

Puasa yang dimaksud adalah puasa Tasu’a dan Asyura, yang biasa dilaksanakan 9 dan 10 Muharam. Dua puasa ini hukumnya sunnah, yang artinya dianjurkan dikerjakan bagi seorang muslim, namun jika tidak dilakukan tidak berdosa.

Dalam Hadis Riwayat Muslim disebut, ganjaran bagi orang yang menjalankan puasa Tasua dan Asyura adalah dihapuskannya dosa-dosa setahun yang lalu. (Admin)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scan the code