AQL Peduli, Khazanah – Sekilas memandang kehidupan dengan berbagai macam pergulatan di dalamnya. Kesibukan metropolitan hingga kesunyian pedesaan tak ubahnya pepatah Jawa, “ibarate wayang, urip iku manut dalange”. Pepatah itu berarti, ibarat seperti wayang, hidup itu nurut dengan dalang.
Tak bisa disangkal jika manusia menjalani kehidupan sudah digariskan oleh Tuhan. Tiap langkah kaki, ayunan tangan, fikiran mengarah, imaji menerawang sejatinya sudah digariskan oleh Allah. Manusia hanya menerjamahkan takdir dalam kehidupan dunia. Hanya saja manusia memiliki kuasa untuk memilih.
Ini tidak terlepas dari manusia yang memang diciptakan berbeda dengan mahluk lain. Manusia mampu menganalisa segala sesuatu dengan akal. Berbeda dengan mahluk lain yang hanya berjalan sesuai dengan kodrat mereka untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Matahari tak pernah melanggar kodratnya untuk tetap berputar mengelilingi bumi. Bulan pun demikian. Hewan dan tumbuhan di bumi patuh dan bertasbih kepada Allah agar bumi tetap aman dihuni.
Setiap manusia lahir pasti memiliki takdir yang telah ditentukan oleh Allah. kehidupan dan takdir memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Ibarat manusia menjalankan aktivitas, takdir akan menentukan keberhasilan atau kegagalan. Tentunya juga bersangkutan dengan tanggung jawab ketika manusia melakoni aktivitas tersebut.
Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang sangat menarik untuk dicermati. Ini mengenai ketentuan Allah kepada para penerus risalah. Dalam surat Adh-Dhuha ayat 3, Allah berjanji tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang menjadi penerus risalah, apalagi membenci mereka. Ini menjadi sebuah ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىؕ
“Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,” (QS. Adh-Dhuha: 3)
Kisah di balik turunnya ayat ini menjadi penguat keyakinan tentang ketetapan itu sendiri. Di mana Allah tidak mungkin meninggalkan hamba-Nya yang berani mengambil jalan menjadi penerus risalah. Dalam sebuah riwayat yang disampaikan Bukhari disebutkan, istri Abu Lahab atau dikenal wanita pembawa kayu bakar menyebarkan isu hoaks di kalangan penduduk Makkah.
Usut punya usut, ternyata beberapa hari terakhir Rasulullah tidak menerima wahyu sebagaimana biasanya. Ada riwayat yang menyebut 2 malam ada pula tiga malam. Di riwayat lain disebutkan 15 hari atau 14 hari. Namun yang pasti kejadian itu membuat Rasulullah sangat bersedih.
Di tengah kesedihan Rasulullah itu, istri Abu Lahab menghina beliau dengan hinaan yang sangat keras. “Wahai Muhammad, aku berharap setan kamu sudah meninggalkan kamu.” Kata dia.
Wanita pembawa kayu bakar menisbatkan kata setan kepada Allah dan Malaikat Jibril. Hinaan itu tentu sangat menyakiti hati. Terlebih wanita tersebut merupakan bibi Rasulullah. Orang terdekat yang seharusnya mendukung perjuangan, tapi malah balik menyerang dan menjatuhkan. Itu ibarat sudah jatuh ketiban tangga pula.
Saat-saat kesedihan Rasulullah sebagai manusia biasa, Allah menurunkan surah tersebut. Seketika wajah beliau sangat bahagia. Tak hanya itu, dengan adanya ayat tersebut, ketatapan mengenai Allah tidak akan meninggalkan penerus risalah menjadi ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat. Ketetapan itu akan terus ada sampai kapan pun. Sama halnya dengan Al-Qur’an yang tidak bisa dikekang oleh ruang dan waktu.
Konsep yang sudah pasti itu seharusnya menjadikan hati seseorang yakin untuk meneruskan risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Rumah bisa saja tak semewah pejabat negara, tapi apa yang lebih berharga dibandingkan perlindungan dari Allah. Bukankah itu surga sebelum masuk surga di akhirat kelak.
Penerus risalah tak perlu risau dengan hinaan para pembenci Islam. Fitnah yang bertebaran di media sosial hanyalah duri biasa, tak sebanding dengan duri neraka kelak. Jadi, bersyukur lantaran mendapatkan hidayah menjadi penerus risalah adalah jalan terbaik. Bahagia menjalani profesi sebagai penerus risalah.
Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya, selama dekat dengan-Nya, berzikir kepada-Nya., beribadah kepada-Nya, mengikuti jejak nabi-Nya, berjuang untuk agama-Nya. Allah akan terus bersama para penerus risalah. Allah tidak akan pernah meninggalkan para penerus risalah. Setiap doa pasti diijabah. Setiap hajat, walau masih dalam hati, Allah pasti mendengar. Apa yang menjadi jeritan hati tak tersuarakan, Allah Maha Tahu semuanya. (Admin)
Jadi tunggu apalagi, jadilah penerus risalah.