Keyakinan manusia pada kebenaran sangat dipengaruhi oleh realitas kehidupan keberagaman sehari-hari. Al-Qur’an menilai suatu kebenaran berdasarkan realita keyakinan yang telah diajarkan oleh Allah SWT. Keyakinan itu dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yakni :
- Ilmul Yaqin
Ilmul yaqin adalah keyakinan akan suatu kebenaran berdasarkan ilmu, yakni mengetahui suatu kebenaran dengan cara mempelajari ilmu yang sudah ada mengenai pengetahuan tentang hal tersebut. Tingkatan tersebut merupakan hasil karya pemikiran manusia yang benar, atau bersumber dari informasi yang dipercaya selain Al-Qur’an. Ini adalah tingkat keyakinan paling rendah.
Tingkatan pertama itu merupakan tingkatan dunia. Tingkatan keyakinan memang tidak bercampur keraguan karena sumber atau dalilnya adalah metode berfikir yang benar dan informasi yang meyakinkan.
Misalnya pengetahuan tentang api. Sifat api bisa diketahui berdasarkan ilmu pengetahuan yang mengajarkannya yang mengenai ciri, seperti rasa panasnya, warnanya kuning kemerahan, bentuknya menjilat seperti lidah, menghasilkan asap dan seterusnya. Dari situ seseorang bisa menggambarkan bentyk api seperti ilmu pengetahuan.
Tingkatan keyakinan ini bisa dijadikan salah satu dasar pembenar suatu fakta yang objektif dalam taraf yang paling rendah. Namun meski didapatkan berdasarkan fakta kebenaran, terkadang dalam penyampaian ilmu tidak tersampaikan secara sempurna. Hal itu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kelemahan pembawa ilmu atau penerima ilmu.
- Ainul Yaqin
Ainul yaqin masuk ke dalam tingkatan keyakinan yang menengah. Keyakinan akan sesuatu kebenaran berdasarkan penyaksian, yakni mengetahui suatu kebenaran dengan cara melihat langsung fakta yang ada. Pada level pertama seseorang mengetahui tentang fakta api berdasarkan informasi yang benar, namun pada tingkatan ini disaksikan secara langsung.
Seseorang yan ingin mengetahui tentang api, ia melihat langsung keberadaan api dan mengetahui fakta kebenarannya. Dia tidak hanya mendapatkan kebenaran berdasarkan informasi, tapi berdasarkan pengalaman langsung.
Tingkatan keyakinan ini menjadi dasar pembenar yang lebih objektif atas fakta suatu kebenaran. Ini karena orang bisa mengetahui fakta suatu kebenaran berdasar mata kepalanya sendiri atau melihat langsung.
Kendati begitu, tingkatan ini masih memiliki kelemahan. Tentu jika penglihatan seseorang tidak sempurna atau ada penghalang, maka pandangan akan terganggu, sehingga benda yang akan dilihat menjadi samar dan tidak sesuai dengan bentuk aslinya.
- Haqqul Yaqin
Tingkatan keyakinan adalah tingkatan paling tinggi. Tingkat keyakinan didasari kehadiran semua indera pada diri seseorang. Tak hanya berdasarkan informasi dan melihat langsung; tapi dilihat, diketahui, disentuh atau dirabah, hingga didengar.
Inilah tingkatan keyakinan yang akan mengantarkan sesorang pada Al-Qur’an. Hal ini termaktub dalam surah Al-Waqi’ah ayat 95.
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ
“Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.”
Ada orang yang melihat kebenaran Al-Qur’an tidak hanya puas secara akal, tapi seakan-akan dia melihat, mendengar, bahkan merasakan sampai ke tingkatan suasana surgawi, atau suasana akhirat, hanya berdasarkan informasi Alquran. Ada orang seperti itu. Seluruh isi Al-Qur’an mengantarkan orang itu sampai pada level keyakinan yang dirasakan oleh ulil albab.
Ulil albab-lah yang sampai pada level tersebut. Ketika membaca ayat-ayat tentang surga, seakan-akan dia merasakan kenikmatan surga. Ketika membaca ayat tentang neraka, dia seolah merasakan panasnya neraka. Ketika diancam, dia merasakan takutnya ancaman Allah. Jika dijanjikan oleh Allah, dia berbahagia dan yakin pasti akan mendapatkannya.