
AQL Peduli, Jakarta – Pundak seorang ayah harus kuat. Ada tanggung jawab besar yang harus dipikul. Tidak alasan untuk menghindari tanggung jawab itu. Selain memberikan nafkah kepada istri, tanggung jawab yang tidak bisa diremehkan adalah mendidik anak agar bisa masuk surga.
Ayah tak hanya bertugas membesarkan anak. Ia bertanggung jawab penuh terhadap jiwa, pemikiran, hingga agama anaknya. Ibarat kata jika hanya bisa bikin anak, hewan pun bisa. Jika hanya mencari nafkah saja, binatang pun bisa membesarkan dan menjaga anak-anaknya. Tentu manusia berbeda dan hewan, ia diberikan akal dan amanah sebagai khalifah di muka bumi agar tidak dinodai dengan perbuatan sesat, seperti syirik.
Anak membutuhkan kehadiran seorang ayah. Tidak hanya kehadiran raga, tapi juga kehadiran ruh. Buat apa mengeluarkan segenap tenaga menyekolahkan anak jika pemikirannya dirampok oleh sukalarisme, liberalisme, dan isme-isme sesat lainnya. Buat apa menyekolahkan anak jika jiwanya dirampok oleh orang lain. Ini harus menjadi bahan intropeksi untuk para ayah, maupun para calon ayah.
Ayah harus menjadi kepala sekolah bagi anaknya. Ayah harus menjadi rector anaknya. Sebab, yang akan dimintai pertanggung jawabab di akhirat kelak adalah ayah, bukan gurunya di sekolah. Ayah adalah sosok yang diberikan amanah oleh Allah SWT untuk membesarkan hamba-Nya, maka itu tanggung jawab besar harus dipikul dengan segenap raga dan jiwa.
Sungguh, ayah sukses bukan mereka yang telah berhasil hanya berhasil memberikan kemewahan dunia kepada anaknya. Ayah sukses itu ialah mereka yang selalu didoakan oleh anaknya dengan penuh rasa cinta. Ayah sukses itu adalah mereka yang selalu dibanggakan oleh anaknya, dan sang anak selalu berusaha tampil baik di hadapan ayahnya.
Maka itu, seorang ayah harus punya kurikulum jelas dalam mendidik anak. Minimal kurikulum bagaimana mendidik anak sejak ia lahir sampai bisa masuk surga. Ini tujuan seorang ayah. Ia tak boleh lalai terhadap amanah yang diberikan itu.
Sebenarnya, Al-Qur’an telah memberikan petunjuk jelas dalam hal ini. Pendidikan karakter anak salah satunya tertulis dengan indah dalam surah Lukman ayat 12-19. Lukmanul Hakim adalah sosok ayah yang diabadikan dalam Al-Qur’an karena berhasil mendidik anak-anaknya.
Al-Qur’an dengan baik membeberkan bagaimana pendidikan karakter yang diterapkan Lukmanul Hakim kepada anak-anaknya. Ada beberapa poin yang ditanamkan Lukman kepada anaknya;
Pertama, persoalan akidah. Sebagaimana firman Allah,” Wahai anak ku jangan sekali-kali engkau sekutukan Allah” (QS: Al-Lukman:13).
Kedua, rasa hormat kepada orangtua. Sebagai mana firman Allah;
”Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapakya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada ku dan ke dua ibu bapak mu, hanya kepada ku lah kembalimu.” (QS: Al-Lukman: 14).
Ketiga, pendidikan moral.
” Wahai anakku bila ada kebaikan yang kamu kerjakan, kecil (tidak nampak oleh pandangan mata yang zahir), yang kecil itu tersembunyi dipuncak langit, di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah-tengah batu hitam sekalipun, Allah pasti akan mengetahuinya dan pasti akan memberikan balasan yang sedail-adilnya” (QS: Al-Lukman: 16).
Keempat, tatanan hidup si anak
“Wahai anakku dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah” (QS: Al-Lukman: 17).
Dasar-dasar agama dalam mendidik anak ini yang harus diapliksikan oleh setiap orang tua sebelum memberikan berbagai disipilin ilmu lainnya. Mantapkan akidah, tanamkan rasa hormat kepada orangtua, ajarkan ahklak dan tingkah laku yang baik, kemudian berikan tatanan hidup yang sesuai dengan Islam.
Sumber: Ceramah Ustaz Bachtiar Nasir