
AQL Peduli, Jakarta – Salah satu amalan yang sangat dicintai Allah SWT adalah interaksi dengan Al-Qur’an. Tujuan Al-Qur’an diturunkan bukan sekedar bacaan, tapi sebagai petunjuk atau hidayah.
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2)
Al-Qur’an adalah petunjuk yang berasal dari sang pencipta. Kemudian pada zaman khalifah Rasulullah dirangkum dalam bentuk tulisan kemudian disebar ke seluruh penjuru dunia.
Di dalam Al-Qur’an terkandung banyak ilmu pengetahuan. Untuk lebih memahami, coba disimulasikan. Pertanyaan pertama, dari mana asal-muasal kehidupan manusia? Secara sains, ada teori yang mengatakan asal-mula manusia dari kera. Dikenal dengan teori Darwin.
Hal yang paling umum, sejak SD diajarkan bahwa manusia tercipta dari ovum dan sperma yang berkembang di rahim seorang ibu. Cairan itu menjadi janin, kemudian terlahir sebagai manusia. Itu penjelasan sederhana.
Kalau manusia itu bersumber dari ovum dan sperma, lalu kedua cairan ini asalnya dari mana?
Sains mungkin bisa menjelaskan bahwa sperma diambil dari tulang sulbi atau tulang belakang laki-laki. Ovum diambil dari di antara dua tulang dada wanita.
Seandainya pengetahuan manusia hanya sebatas itu, bahwa manusia tercipta dari ovum dan sperma. Kira-kira bagaimana manusia menjalani hidup?
Bisakah manusia menjalani hidup dengan berterimakasih kepada sang Pencipta? Tidak. Mampukah dia menjalani hidup seperti yang diinginkan oleh penciptanya? Tidak. Maka sudah pasti dia akan menjalani hidup sesuka hati.
Memang menyedihkan ilmu tanpa agama. Sebaliknya, berbahagialah orang yang hidupnya bersama agama.
Manusia yang menjalani hidup tanpa agama seperti berjalan di tengah kegelapan. Hanya menerka-nerka. Dia mendapatkan ilmu, tapi tidak subtantif, hanya permukaan saja.
Jila ilmu didasari agama, dan agama membimbing ilmu pengetahuan maka manusia akan tercahayakan. Dia akan mampu memaknai hidup. Tentu dia bisa menjawab asal-muasal manusia, bahwa manusia berasal dari Allah SWT dan atas kehendak-Nya dia hidup.
Pertanyaan kedua, akhir kehidupan ini ke mana? Jika hanya dijawab dengan ilmu pengetahuan tanpa agama, maka jawabannya sama seperti pada umumnya. Bumi itu bulat dan berkembang, akan ada saatnya meledak dan itulah yang disebut kiamat.
Al-Qur’an bertabur informasi tentang akhir zaman. Terkadang Allah SWT menyebutnya sebagai As-Sa’ah, atau Al-Qariah, dan ungkapan lainnya. Bukan tanpa maksud, setiap kata menggambarkan setiap enggel dari peristiwa hari kiamat.
Al-Qariah yang menggambarkan kejadian dahsyat, sampai manusia dengan keluarganya pun tak peduli. Az-Zalzalah yang memberikan informasi bahwa kala itu alam semesta diguncang dengan hebat, semua isi perut bumi akan dikeluarkan. Demikian juga dengan kata-kata lain yang digunakan untuk memaknai hari kiamat.
Jika manusia tidak bisa menjawab ke mana akhir hidupanya, maka dia tidak akan bersungguh-sungguh menyiapkan bekal untuk hari kiamat kelak. Hidupnya akan dihabiskan tanpa makna.
Lahir, cari kerja, berkeluarga, lalu mati. Selesai. Sesederhana itu pikiran orang yang tak punya iman di dalam hatinya. Padahal tidak demikian, justru awal kehidupan adalah kematian di dunia.
Di sinilah pentingnya hidayah ilmu dari Alquran. karena hidayah ilmu dari Alquran akan menyingkap asal-muasal kehidupan manusia. Manusia yang dikaruniai ilmu tersebut akan menjadi hamba yang mengetahui sang pencipta, dan pandai bersyukur atas ciptaan-Nya. Dalam menjalani hidup, juga akan tunduk pada Aturan Allah SWT.
Sumber: Ceramah Ustaz Bachtiar Nasir