AQL Peduli, Jakarta – Menjadi hamba saleh, tak hanya kewajiban seorang anak, tapi ayah menjadi sosok yang paling dituntuk untuk itu. Ini karena ayah saleh bakal menjadi contoh teladan bagi anggota keluarga, terutama anak. Ayah adalah pemimpi rumah tangga, maka ia bertugas mendidik anggota keluarganya agar bisa masuk sruga sekeluarga. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Kahfi ayat 82;
“Ayah keduanya adalah orang yang shaleh…… ”
Muasal ayat ini dari kisah Musa dan Khaidir. Khaidir mengajak Musa untuk memperbaiki sebuah rumah yang hampir roboh. Musa yang tak menahu motivasi Khaidir protes, sebab keduanya harus memerbaiki rumah yang hamper roboh tanpa upah. Dalam logika untung rugi, sangat wajar jika keduanya mendapatkan upah dari pemilik rumah. Tapi ini tidak. Terlebih lagi, penduduk setempat menolak memberikan tempat mengingap dan makanan kepada keduanya yang pada saat itu tengah musafir.
Khaidir yang memang memang meliki ilmu ladunni kemudian menjelaskan hikmah di balik inisiatif tersebut, setelah Musa tak mampu bersabar. Di bawah rumah itu, kata Khaidir, terdapat harta warisan. Ahli waris dari harta tersebut adalah anak yatim yang ‘Ayah kedua anak itu adalah orang saleh’.
Poin yang harus dicatat adalah ‘ayah saleh’. Allah menjaga aset seorang ayah yang saleh. Lebih menarik lagi, ayat tersebut tidak membocorkan perihal sang anak, apakah termasuk anak saleh atau justeru sebaliknya.
Seorang ayah yang saleh sekalipun telah meninggal, asetnya akan dijaga oleh Allah. Sebaliknya, ayah yang tidak menjadikan nilai-nilai keimanan dalam menjalani hidup, hartanya tidak akan berkah. Boleh jadi hartanya tidak bisa dinikmati oleh anak keturunannya.
Ibnu Abbas saat mengomentari ayat di atas mengatakan, kedua anak ini dijaga karena kesalehan kedua orang tuanya. Meskipun kedua anak ini tidak tersebut sebagai anak yang saleh.
Muhammad Al-Munkadir berkata, sesungguhnya Allah Swt. benar-benar menjaga anak cucu, kampung halaman, dan rumah di sekitar orang yang shaleh. Mereka selalu dalam penjagaan dan pemeliharaan-Nya.
Ibnu Musayyib pernah memberikan nasihat kepada anaknya. Dia berkata kepada anak lelakinya, wahai anakku, sesungguhnya aku menambah shalatku karenamu untuk menjagamu. Sebagaimana firman Allah Swt. “Wakana Abuhuma shaalihan”
Berbeda dengan Umar bin Abdul Aziz, dia berkata, tidaklah seorang mukmin meninggal dunia melainkan Allah akan menjaga anak mereka dan juga menjaga cucu-cucu mereka.
Makna di balik kisa itu sangat kuat. Ayah harus menjadi teladan. Ia harus selalu mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan berkah dalam hidup. Imbalan tidak hanya di akhirat, kesalehan seseorang ayah akan berdampak siginifikan kepada anggota keluarganya.
Sumber: Ceramah Ustaz Bachtiar Nasir