AQL Peduli, Khazanah – Siapa sangka jika tangis tahun 2020 masih berlanjut. Sebagian orang menganggap tahun kemarin adalah tahun kelam. Tanah air disambut banjir dan longsor pada awal tahun. Seiring berjalannya waktu, Covid-19 juga menimpa negara tercinta ini.
Pandemi Covid-19 bahkan belum berakhir. Mayoritas masyarakat masih bertahan di rumah. Banyak juga yang beraktivitas di luar rumah, namun dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Semua derita itu belum usai, tersiar kabar Kalimantan Selatan dilanda banjir. Hanya selang berapa hari, Kabupaten Majene dan Kota Mamuju, Sulawesi Barat juga diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,2. Gempa itu tak hanya sekali, tak gempa susulan masih dirasakan warga setempat.
Lalu, apa sebenarnya yang hendak Allah SWT tunjukkan kepada hamba-Nya? Bagi orang beriman, bencana adalah ladang pahala. Dari musibah mereka akan memetik buah manis kesabaran, keihklasan, tawakal, hingga iman kepada takdir Allah. Tentu itu akan bernilai di sisi-Nya.
“Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun,” demikian terjemahan dari Alquran surah al-Mulk ayat 1-2.
Sebagai seorang muslim, ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam memetik hikmah musibah.
Pertama, sebagai ujian keimanan. Apa pun musibah dan bencana yang menimpa adalah ujian. Itu adalah cara Allah untuk meningkatkan kualitas iman kita. Maka, sebagai seorang Muslim, kita harus menerima apa pun ketentuan-Nya dengan ikhlas dan penuh kesabaran (QS al-Baqarah [2]: 155-157 ).
Kedua, musibah dan bencana adalah sarana introspeksi diri. Bukan bahan penyesalan yang tanpa akhir. Tidak pula kita tenggelam dalam keluh-kesah, apalagi bila sampai berputus asa dari rahmat-Nya. Sudah seharusnya sebagai seorang Muslim, kita memperbanyak istighfar, zikir, dan bertobat kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka Dia akan memberikan cobaan kepadanya.” (HR Bukhari).
Ketiga, meninggikan derajat dan mengurangi dosa. Sebab, kadang tanpa disadari, seseorang berbuat salah yang menyebabkan dirinya berlumuran dosa. Allah memberikan musibah kepadanya sebagai konsekuensi atas dosa dan maksiat yang telah dilakukanya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa mengantarkannya ke sana. Maka, Allah senantiasa mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya sehingga dia bisa sampai pada kedudukan yang dikehendaki oleh Allah.”
Maka itu, musibah harus dijadikan ladang amal saleh. Kesempatan terbuka lebar bagi kita untuk menunjukkan solidaritas persaudaraan antarsesama. Rasulullah SAW bersabda, “Orang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak akan menzalimi dan menyerahkannya pada musuh.
“Barang siapa berada dalam kebutuhan saudaranya yang Muslim, Allah akan memenuhi hajatnya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan saudaranya yang Muslim, Allah akan hilangkan satu kesulitan di hari kiamat. Dan, barang siapa yang menutup aib seorang Muslim maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (HR Muttafaq ‘Alaihi).