cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Melihat Hari Kiamat Melalui Al-Qur’an

Berbicara tentang keyakinan mengenai kebenaran Al-Qur’an, maka contoh terbaik adalah orang-orang yang tergolong dalam ulul albab. Ulul albab selalu menghiasi waktunya dengan dua aktivitas utama, yakni berfikir dan berzikir. Secara keyakinan, mereka sudah mencapai tingkatan paling tinggi yakni haqqul yaqin.

Ulul albab berzikir dalam situasi apapun. Mereka mengingat Allah dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring. Mereka berzikir dengan membangun hubungan vertikal transendental (seperti mendirikan salat) dan hubungan horisontal sosial (seperti membayar infak dan menyambung persaudaraan).

Dalam berpikir, ulul albab melibatkan beragam obyek seperti fenomena alam, pergantian malam dan siang serta penciptaan langit dan bumi dan siklus kehidupan tumbuhan yang tumbuh karena air hujan dan akhirnya mati, fenomena sosial, seperti sejarah atau kisah masa lampau.

Pada tingkat keyakinan, ulul albab adalah kelompok yang sudah mencapai tingkat ketiga, yakni haqqul yakin. Ibarat sebuah kotak, jika seseorang baru sampai ke gerbang kotak tersebut, maka ia masih berada pada level ilmu yaqin. Ilmul yaqin adalah keyakinan akan suatu kebenaran berdasarkan ilmu, yakni mengetahui suatu kebenaran dengan cara mempelajari ilmu yang sudah ada mengenai pengetahuan tentang hal tersebut.

Bila seseorang masuk ke dalam kotak tapi tidak berkeliling di dalamnya, maka ia berada pada level ainul yaqin. Ainul yaqin masuk ke dalam tingkatan keyakinan yang menengah. Keyakinan akan sesuatu kebenaran berdasarkan penyaksian, yakni mengetahui suatu kebenaran dengan cara melihat langsung fakta yang ada.

Namun jika ia berkeliling dan menguasai seluruh sudut kotak itu, maka ia telah mencapai tingkatan haqqul yaqin. Tingkatan keyakinan adalah tingkatan paling tinggi. Tingkat keyakinan didasari kehadiran semua indera pada diri seseorang. Tak hanya berdasarkan informasi dan melihat langsung; tapi dilihat, diketahui, disentuh atau dirabah, hingga didengar.

Inilah tingkatan keyakinan yang akan mengantarkan sesorang pada Al-Qur’an. Hal ini termaktub dalam surah Al-Waqi’ah ayat 95.

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ

“Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.”

Ulul albab sudah sampai pada tingkat ketiga itu. Mereka melihat Al-Qur’an sebagai keyakinan yang rill. Mereka tak perlu menunggu kiamat lalu dibangkitkan dan masuk ke dalam surga untuk meyakini itu semua. Mereka merasakan suasana surga saat membaca dan menghayati ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kenikmatan surga. Mereka merasakan siksaan api neraka saat membaca ayat tentang azab neraka.

Akan tetapi tidak bisa dipungkiri jika evel manusia dalam meyakini Al-Qur’an berbeda-beda. Sebagian mereka hanya sampai pada level ilmul yaqin. Tapi itu tidak salah. Keyakinan seperti itu sudah mendapat nilai kemuliaan di sisi Allah SWT. Tingkatan ini juga dijelaskan dalam surah Al-Hijr ayat 99. Dia berfirman;

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)

Akal manusia pasti meyakini kebenaran tentang kematian. Mereka yakin akan mati, karena otak berfikir secara logis dan empiris memang membuktikan bahwa kematian itu ada. Setiap hari terdengar kabar kematian seseorang. Bahkan tak jarang kematian terjadi di depan mata.

كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡيَقِيۡنِؕ

“Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti.” (QS. At-Takatsur: 5)

Pada ayat selanjutnya, Al-Qur’an menggiring pemahaman mengenai tingkatan keyakinan kedua yakni ainul yaqin. Dia menginformasikan pada saatnya nanti semua manusia akan melihat hari pembalasan dengan mata kepala mereka sendiri. Sehingga, tidak ada lagi keraguan.

لَتَرَوُنَّ الۡجَحِيۡمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ الۡيَقِيۡنِۙۙ

“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,” (QS. At-Takatsur: 6-7)

Ainul yaqin menjadi keyakinan yang diindera dengan mata, bukan sekedar pengetahuan. Digambarkan pada hari kiamat kelak para pendusta tak bisa lagi mendustakan neraka jahim. Neraka yang menyala-nyala tampak jelas di depan mata. Keraguan sudah pasti hilang berganti dengan keyakinan.

Maka itu, hal terbaik adalah menanamkan keimanan dan ketakwaan dalam diri agar mampu mencapai tingkatakan haqqul yaqin. Seperti digambarkan dalam surah Al-Waqi’ah ayat 95. Keimanan itu akan membaya keyakainan bahwa pada hari pembalasan, neraka pasti menjilat para pendusta. Sebaliknya, surga akan menjadi tempat nyaman bagi orang-orang beriman.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code