cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Marhaban ya Ramadhan: Agar Tak Merugi di Bulan Ramadhan

Ramadhan sebentar lagi bertamu. Besar harapan usia sampai pada bulan suci itu. Sungguh sebuah kenikmatan besar dari Allah SWT ketika usia dan kesehatan diberikan sekali lagi untuk berada dalam dekapan bulan ampunan dan berada dalam pangkuan bulan penuh kasih sayang. Jiwa-jiwa yang beriman sungguh sedang pada puncak merefleksikan kerinduan untuk memperbanyak ketaatan. Hal yang paling patut disyukuri adalah kenikmatan berislam dan kenikmatan beriman.

Di depan mata ada sebuah program besar yang harus dijalankan, yakni program masuk surga sekeluarga. Ketika tidak fokus dan dan tidak spesifik dalam mencermati, maka bisa saja ramadhan tahun ini sama saja tahun-tahun sebelumnya. Paling yang dilakukan sangat standar. Berpuassa sejak sahur kemudian menunggu berbuka. Kerja dari pagi sampai siang seperti biasa. Lalu kemudian capek setelah tarawih, itu pun kalau tidak kekenyangan. Tertidur dan bangun sudah sahur lagi. Istirahat salat subuh, ada yang tidur lagi, dan berangkat kerja lagi.

Lebih parah lagi ada orang yang begadang tengah malam bukan untuk beribadah, tapi untuk bermain-main seperti nongkrong hingga menonton pertandingan sepakbola. Lalu sahur sebentar sambari menunggu subuh. Setelah salat langsung tidur sampai duhur. Setelah duhur tidur lalgi. Setelah asar hidup sebentar untuk berbuka puasa. Setelah itu kembung lagi perutnya, mungkin tarawih mungkin tidak, siap-siap begadang lagi.

Orang yang seperti itu sudah termasuk orang yang merugi dan kehilangan momentum di bulan ramadhan. Giat dan lebih spesifik serta fokus untuk menggunakan bulan ramadhan menjadi bulan masuk surga sekeluarga. Tentu tidak menghilangkan subtansi dari berpuasa itu sendiri. Ada beberapa hal yang bisa dikerjakan.

  1. Sebelum Berbuka Puasa

Untuk menyukseskan program masuk surga sekeluarga usahakan 15 15 menit minimal sebelum berbuka puasa, walau dalam keadaan beraktivitas, untuk berdoa. Waktu sebelum berbuka puasa adalah waktu doa-doa dikabulkan. Doa memiliki makna yang sangat besar.

Aktivitas berdoa sebelum berbuka harus menjadi rutinitas setiap hari untuk keluarga. Terlebih pada masa pandemi saat ini yang menghauruskan berada di dalam rumah. Itu memberikan banyak waktu bersama keluarga. Suami mendoakan kebaikan untuk istri. Istri mendoakan kebaikan untuk suami. Orang tua mendoakan kebaikan untuk anak-anak. Anak pun demikian, mendoakan yang terbaik untuk orang tua.

Terutama orang tua yang sering mengeluhkan kelakuan anaknya. Ramadhan adalah momen terbaik untuk memperbaiki semua. Orang tua yang berfikir anak memahami orang tuanya, itu adalah cara berfikir mustahil. Ini karena anak tidak pernah mengunjungi alam orang tua. Tapi sebaliknya, orang tua pernah menjadi seperti anak-anak. Jadi lebih mudah bagi orang tua untuk mengunjungi alam anak-anak. Pada saat itulah berdoalah;

رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An-Naml: 16)

Doa yang termaktub dalam Al-Qur’an itu memiliki makna yang sangat dalam. Dimulai dari kesyukuran atas nikmat orang tua, kesyukuran diberikan nikmat keturunan, baru setelah itu minta kepada Allah agar dikuatkan bisa merubah keturunan menjadi lebih baik. Dengan begitu, program masuk surga sekeluarga tidak menjadikan gagal fokus di bulan ramadhan dengan semua dinamika yang berlangsung.

  1. Saat Berbuka

Waktu berbuka puasa adalah momen terbaik untuk menjaga keharmonisa keluarga. Upayakan tidak ada telepon pintar di genggaman masing-masing saat menunggu buka puasa. Ajak semua anggota keluarga berdoa. Pada momen berbuka, suami dan istri menghabiskan waktu bersama. Bercengkrama dengan anak. Hal itu akan mendatangkan hal positif dalam kehidupan rumah tangga.

Tinggalkan media sosial yang menyita waktu untuk beribadah. Ramadhan adalah waktu tepat untuk berdua-duaan dengan Allah SWT. Perbanyak waktu lagi bersama keluarga. Kurangi interaksi dengan media sosial, interaksi langsung dengan keluarga.

Selain itu, kepala keluarga, yakni ayah, harus mengambil inisiatif untuk mengajak keluarga berfikir dan bertindak empati. Sangat sederhana untuk mewujudkan itu. Tanamkan rasa empati kepada anak dengan bersedekah kepada keluarga terdekat. Tetangga yang masih belum bercukupan banyak. Berikan sedekah untuk mereka. Ajak anak saat mengantarkan sedekah kepada orang miskin, kepada anak yatim, dan orang yang membutuhkan lainnya. Anak akan memotret itu untuk diaplikasikan pada masa yang akan datang.

Jika perlu tidak hanya berbagi saat berbuka puasa. Namun menyisikan harta untuk memberikan makanan kepada orang miskin. Lalu dilanjutkan dengan menyediakan makanan sahur untuk mereka. bisa juga dengan menyediakan paket sembako selama sebulan untuk keluarga miskin. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk tumbuh kembang anak.

Dengan demikian, seseorang tidak hanya mendapatkan satu pahala dari satu kebaikan yang telah dilakukan. Akan menjadi sangat hebat, jika dala waktu berbuka puasa, tapi pahala yang mengalir sangat banyak.

  1. Taraweh

Taraweh merupakan saat-saat paling nikmat untuk syiar ramadhan dan untuk meramaikan masjid. Ini karena masjid biasanya ramai hanya pada 10 hari pertama ramadhan. Setelah itu mulai berangsur berkurang. Bahkan 10 terkahir ramadhan mall lebih banyak pengunjung dibandingkan masjid. Ini tentu fenomena yang terjadi di tengah masyarakat Indonesai. Maka itu perlu tekad kuat saat memasuki bulan ramadhan. Berdoalah agar dikuatkan bisa konsisten beribadah.

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah yang baik pada-Mu.” (HR. Abu Daud dan An Nasai)

Berdoa kepada Allah untuk untuk memperbanyak ibadah. Jika perlu buat agenda khusus di bulan ramadhan. Paling minimal menjaga salat sunah qabliyah dan salat sunah ba’diyah. Meski di luar ramadhan sering terlewatkan, maka usahakan pada bulan ramadhan ibadah sunnah itu tidak pernah ditinggalkan.

Sangat merugi jika kehiangan momentum pada bulan ramadhan kali ini. Terlebih khusus ibadah salat tahajud. Akan lebih hebat jika mengajak keluarga untuk tahajud berjamaah. Ayah yang menjadi imam, istri dan anak menjadi makmun. Manfaatkan momentum untuk salat tahajud bersama keluarga.

  1. Sahur

Sering kali ada orang tua yang tidak kreatif menciptakan suasana sahur yang tidak kondusif. Saat susah membangunkan anak-anak untuk bangun sahur, dia meminta anak tertua membangunkan adik dengan nada kesal. Penggunaan diksi yang tidak tepat seperti ‘bangunkan adikmu, susah banget dibangunin” akan menyulap anak tertua seperti gladiator. Dia akan membangun adik dengan kasar, karena menerjemahkan “susah banget dibangunkan” dari ibu.

Sang adik tentu tidak senang dibangunkan seperti itu. Masakan yang tadinya enak terasa tidak enak, imbas perasaan tidak karuan. Provokator utama yang menjadikan sahur berantakan adalah orang tua. Suami harus menasihati istri untuk berlaku lembut. Suami harus mengajak semua anggota keluarga untuk memperbanyak istighfar.

وَبِالۡاَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُوۡنَ

“Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat: 18)

Suami harus berinisiatif mengajak semua anggota keluarga memperbanyak istighfar di waktu sahur. Tak perlu merusak suasana dengan hal remeh temeh. Apalagi dengan memarahi anak. Gunakan cara lembut. Tentu bekali diri dengan kesabaran untuk mengamalkan hal tersebut.

Setiap sepertiga malam Allah turun ke bumi untuk mengampuni hamba-Nya yang beristighfar. Rasulullah SAW bersabda, “Allah tabaaraka wata’ala turun setiap malam ke langit bumi, ketika malam tersisa sepertiga terakhir. Ia berkata, “Adakah yang memohon kepada-Ku agar Aku kabulkan, adakah yang meminta kepada-Ku agar Aku berikan, adakah yang memohon ampun agar Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika seseorang tidak menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, maka orang itu termasuk hamba yang kufur terhadap nikmat yang besar itu.

  1. Setelah salat subuh berjamaah

Setelah salat subuh berjamaah tentu harus ada target penting. Siapa saja yang memiliki masalah dalam hidup, maka baca surah-surah dalam Alquran sambil bertawasul agar hati kita dilembutkan, agar bisa keluar dari masalah dengan solusi terbaik. Ini adalah waktu yang tepat untuk bertawasul dengan Alquran.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code