Dunia bukan tujuan. Dunia hanya ladang untuk bekal di akhirat kelak. Dunia adalah tempat berbagai macam ujian dan cobaan dari Allah SWT yang diperuntukkan untuk manusia. Maka itu, orang beriman selalu diperintahkan untuk bersabar dan bertawakal dalam menjalani ujian-ujian tersebut.
Ada tiga macam ujian yang dihadapi manusia di dunia ini. Ujian kesulitan, kesenangan, dan kesalahan. Ujian kesulitan dapat muncul dalam bentuk kekurangan harta, kelaparan, penyakit, dan musibah-musibah lainnya. Sementara, ujian kesenangan dapat berupa harta yang banyak, istri yang cantik, dan kedudukan sosial yang tinggi.
Dari ketiga ujian itu, ujian kesuliitan merupakan ujian yang paling ringan. Ini karena ujian itu tidak hanya dialami oleh orang beriman saja, tapi juga dirasakan oleh orang kafir. Banyak orang yang berhasil menjalani ujian kesulitan dengan baik, meskipun mereka tidak beriman kepada Allah SWT. Tetapi, sedikit sekali orang kafir yang mampu melewati ujian kesalahan, karena tidak petunjuk-Nya. Akibatnya mereka terus mengulangi kesalahan dan dosa yang sama dari waktu ke waktu.
Demikian pula ujian kesenangan. Tidak sedikit manusia yang terlena oleh berbagai kesenangan dunia yang mereka rasakan sehingga mereka pun lupa kepada Allah SWT. Dalam surah at-Taghabun ayat 11 disebutkan bahwa setiap musibah yang datang adalah ujian bagi kaum mukmin. Sementara, pada ayat 15 surah itu dikatakan, harta dan anak-anak juga bisa menjadi ujian bagi orang-orang beriman.
Dalam menghadapi berbagai ujian tersebut, ada beberapa sikap yang harus dilakukan seorang mukmin. Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan datang pertolongan Allah kepada kita. Kedua, segera mengucapkan innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun setiap kali mendapat musibah. Sikap selanjutnya adalah bertawakal kepada Allah.
Tawakal menjadi salah satu syarat bagi seseorang mendapat pertolongan Allah. Untuk itu, ada empat hal yang mesti kita perhatikan saat bertawakal. Pertama, tidak boleh menyandarkan hati kepada selain Allah. Jika kita menyandarkan hati kepada selain Allah saat menghadapi satu masalah atau musibah, pertolongan-Nya akan semakin jauh.
Kedua, dalam bertawakal, tidak boleh melakukan ikhtiar dengan mudarat yang lebih besar daripada manfaat. Berikutnya, menyelesaikan segala urusan dengan cara-cara yang syar’i, bukan dengan cara yang haram.
Terakhir, ketika bertawakal, kita harus berserah diri sepenuhnya kepada Allah dari awal hingga berakhirnya urusan. Dengan berserah diri kepada Allah, maka hati seseorang akan menjadi tenang sehingga dapat menerima apa pun hasil ikhtiar dengan lapang dada. Maka itu, tidak boleh tergesa-gesa dalam memasrahkan diri kepada-Nya.