cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Bencana Datang Bertubi-Tubi, Saatnya Evaluasi Diri

Tahun 2021 diawali berbagai peristiwa merenggut nyawa. Pandemi Covid-19 hampir setahun mewabah di tanah air, korban meninggal dunia dari kalangan tenaga medis dan sipil mencapai puluhan ribu. Saat situasi masih mengcekam, tersiar kabar insiden Sriwijaya Air jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Di luar itu, bumi pun meresoons dengan berbagai macam bencana. Gempa bumi, erupsi Gunung Merapi, longsor di mana-mana, banjir dan entah apa lagi setelah ini.

Apa makna dari peristiwa yang terjadi hampir bersamaan itu? Untuk mengambil hikmah dari ragam kejadian tersebut, alangkah baiknya jika merujuk kepada Al-Qur’an. Allah telah memperingatkan manusia tentang akibat dari setiap perbuatan. Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 16;

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al-Isra` : 16).

Sudah tentu jika semua bencana yang terjadi akibat ulah manusia. Berdasarkan ayat di atas, maka para tokoh, para pemimpin, orang kaya, dan orang yang memiliki posisi strategis di tingkat sosial masyarat yang harus pertama kali mengevaluasi diri. Sebab, jika alam sudah merespons itu berarti ada perilaku manusia yang sudah keterlaluan dan melampaui batas. Para tokoh masyarakat itu harus memohon ampun kepada Allah atas segalah dosa dan perilaku yang menyimpang tersebut. Tidak hanya secara verbal, tapi harus dibuktikan melalui perbuatan.

Peringatan yang ditujukan kepada para tokoh itu tentu bukan tanpa alasan. Dalam surat Azh-Zukhruf dikatakan, para tokoh masyarakatlah yang paling sulit untuk diberi peringatan. Allah SWT berfirman;

وَكَذٰلِكَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِكَ فِىۡ قَرۡيَةٍ مِّنۡ نَّذِيۡرٍ اِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوۡهَاۤ اِنَّا وَجَدۡنَاۤ اٰبَآءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمۡ مُّقۡتَدُوۡنَ

“Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.” (QS Azh-Zhukruf: 23)

Selain para tokoh masyarakat, segenap semua manusia harus melihat rentetan peristiwa dengan hati lapang. Tengadah ke langit dan memohon ampun. Jika bumi sudah merespons secara negatif, besar-besaran, bertubi-tubi dengan semua jenis bencana alam, itu berarti perilaku manusia yang menyimpang sudah meliputi semua kejahatan dan melampaui batas di semua titik perbuatan kita.

Namun tidak perlu khawatir, Allah Maha Penerima Taubat. Maka itu, para pemimpin harus mengajak masyarakat bertaubat kepada Allah. Semoga pesan alam ini sampai kepada kita semua. Semoga kita menjadi hamba yang taat setelah semua peristiwa. Jangan hanya sesaat, tapi harus konsisten di jalan kebenaran.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code