
AQL Peduli, Jakarta – Pesan cinta Rasulullah mengenai ‘doa adalah senjata seorang mukmin’ sering terdengar di mana-mana. Namun coba jujur dalam hati, berapa detik sehari berhenti sejenak untuk berdoa kepada-Nya? Apakah petuah sang manusia terbaik itu hanya litarasi tanpa realisasi? Sungguh hina seorang hamba jika mengabaikan solusi terbaik dari sang Maha Agung.
Perbanyak zikir dan doa, karena di dalamnya terdapat kekuatan besar dari Allah. Saat ikhtiar tak mampu mengubah takdir, justeru Rasulullah menyampaikan bahwa hanya doa yang bisa mengubah ketentuan Allah. Itu kabar baik bukan. Sungguh, rahmat Allah sangat luas.
Barangkali hal yang membuat seorang hamba selama ini tidak bisa melihat kekuatan doa adalah karena ia terlalu rasonal dalam menanggapi segala sesuatu. Ia kurang intuitif. Terlalu materialistik dan kurang beriman kepada yang gaib.
Contoh sederhana seorang ibu kepada anaknya. Banyak orang tua lebih yakin dengan pendidikan sang anak jika transferan bulanan tak telat. Ia yakin dengan kiriman biaya akan mempelancar pendidikannya. Hal itu membuat lupa akan doa dan zikir. Ia sangat jarang mengirimkan doa dan zikir untuk anaknya dari kejauhan. Padahal, doa orang tua sangat penting untuk kesuksesan seorang anak.
Sebut saja Maryam. Rahasia kehebatan Maryam adalah bermula dari doa kedua orang tuanya. Maryam tidak dibenani dengan kepentingan dunia. Dia tidak dididik untuk menjadi manusia dunia oriented. Jiwa dan pikirannya tidak dikotori dengan dunia yang sesaat.
Maryam adalah keturunan keluarga Imran. Siapa yang tak kenal keluarga ini. Mereka menjadi tema penting dalam Al-Qur’an terkait pendidikan keluarga. Kehebatan Maryam tak terlepas dari kekuatan doa yang luar biasa dari sang ibu. Beliau adalah Hannah.
Nama lengkapnya adalah Hannah binti Faqud. Beliau adalah istri Imran bin Matsan. Nenek dari Isa bin Maryam. Hannah adalah seorang wanita shalihah yang taat terhadap suaminya. Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah disebutkan bahwa beliau adalah sosok perempuan ahli ibadah. Beliau tumbuh di rumah ahli ibadah yang selalu menjaga kehormatan dan ketaatan kepada Allah. Selain itu, beliau juga taat kepada suaminya.
Hannah tinggal bersama suaminya di gunung Hibran yang tak jauh dari Al-Quds yang ada di negeri Palestina. Suaminya berasal dari keturunan nabi Daud. Imran juga berasal dari Bani Israil, kaum terpandang yang senantiasa menghormati tempat ibadah mereka.
Dikisahkan dalam kitab Tarikh Dimashq bahwa suatu hari beliau duduk di bawah pohon al-Mawalih yang cukup popular di wilayah Palestina. Kemudian ada seekor burung yang sedang memberi makan anaknya. Hal ini terbesit dalam hati Hannah untuk memiliki keturunan. Namun keinginan itu belum dikabulkan oleh Allah. Mereka diberikan kesabaran dalam menghadapi ini.
Selang beberapa waktu, Allah mengabulkan doa Hannah. Detak janin mulai terasa di dalam perutnya. Setelah mendengar kehamilan tersebut, beliau mengabarkan kabar gembira ini untuk suaminya Mereka sangat bersyukur akan pemberian Allah ini. Tak henti-hentinya mereka memuji kepada Allah dan menambah ketakwaanya. Suatu hari, beliau pergi ke Al-Quds dan berdoa;
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 35)
Hannah tak hanya dikaruniai anak salehah bernama Maryam. Dia juga dianugerahi cucu yang kelak menjadi seorang nabi, yakni Isa putra Maryam. Siapa yang tak kenal Isa, dia adalah nabi Bani Israil yang termasuk dari salah satu nabi dan rasul ulul azmi.
Sama halnya dengan Zakaria. Doanya meruntuhkan tiga lapis kemustahilan. Ia tak berhenti berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak, agar ada generasi yang meneruskan dakwahnya. Padahal, kala itu Zakaria memiliki tiga lapis kemustahilan yang membuatnya tak bisa memiliki anak. Ia sudah tua renta, tulang sulbinya tak mungkin lagi mengeluarkan sperma, dan istrinya mandul.
Pada suatu hari, datanglah istri Imran, Hannah, yang menitipkan anak Maryam kepada Nabi Zakaria. Nabi Zakaria dan istrinya dengan senang hati menerima dan membesarkan Maryam dengan penuh kasih sayang. Nabi Zakaria tidak memiliki anak karena istrinya mandul. Dia menganggap Maryam sebagai anaknya sendiri.
Zakaria membuatkan kamar khusus beribadah untuk Maryam di Baitul Maqdis. Kamar khusus untuk beribadah itu dikenal dengan Mihrab. Dia sangat senang dengan kehadiran Maryam yang sangat istimewa. Namun di pengujung dakwahnya, Nabi Zakaria yang sudah renta mulai khawatir. Dia takut tak ada yang bisa meneruskan ajaran kebenaran.
Akan tetapi, Nabi Zakaria tak berpasrah diri. Dia terus berdoa kepada Allah dengan penuh kelembutan untuk diberikan keturunan yang bisa melanjutkan dakwah.
“Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku,” kata Nabi Zakaria memulai doanya kepada Allah.
“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai,” ucap Nabi Zakaria dalam doanya sesuai surat Maryam ayat 4-6.
Doa memohon keturunan dari Nabi Zakaria yang dapat diamalkan juga terdapat dalam surat Ali Imran ayat 38.
“rabbi hab lii mil ladungka żurriyyatan ṭayyibah, innaka samii’ud-du’aa`
“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”
Siang dan malam Nabi Zakaria dan istrinya tak pernah berhenti berdoa dan semakin giat beribadah. Banyak Bani Israil yang mengejek ibadah Nabi Zakaria dan tak percaya doanya bakal dikabulkan Allah.
Hingga suatu hari malaikat datang memanggil Nabi Zakaria yang sedang salat di Mihrab.
“Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya,” firman ALlah dalam surat Maryam ayat 7. Mendengar kabar itu, Nabi Zakaria terkejut tak percaya.
“Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?” tanya Nabi Zakaria.
“Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali,” firman Allah dalam surat Maryam ayat 7, menjawab pertanyaan Zakaria.
Nabi Zakaria lalu meminta tanda kepada Allah. Allah memberi tanda berupa tak bisa bercakap selama tiga malam.
“Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh,” firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 39.
Nabi Zakaria lalu mengucap syukur kepada Allah SWT karena doanya yang dikabulkan Allah. Yahya menjadi satu-satunya anak Nabi Zakaria yang juga diangkat Allah menjadi seorang Nabi.
Dua kisah di atas menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan doa itu. Dengan doa, Hannah dianugerahi putri salehah bernama Maryam. Zakaria mampu meruntuhkan tiga lapis kemustahilan dengan doa penuh kesungguhan kepada Allah SWT. Sepatutunya kisah tersebut menjadi pelajaran agar tiap hari kita tak berhenti kepada Allah. Dikabulkan atau tidak, Allah Maha Tahu mana yang terbaik dan apa yang kita butuhkan. Kuncinya, jangan berhenti berdoa!
Sumber: Ceramah Ustaz Bachtiar Nasir