cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Energi Al-Furqan Dalam Meniti Jalan Dakwah

Ketika Allah SWT menurunkan surat An-Nashr kepada Nabi Muhammad SAW, mayoritas kaum muslimin bersuka cita. Hal itu wajar, karena Allah telah menganugerahi kemenangan kepada mereka. kemenangan itu ditandai dengan penaklukkan Kota Makkah (Fathul Makkah) sehingga masyarakat Arab berbondong-bondong masuk Islam. Namun tidak bagi Abu Bakar. Ash-Shiddiq.

Abu Bakar hanya terdiam lesu. Sedih. Sebab, beliau menyadari tugas Rasulullah SAW menyampaikan risalah Islam sudah selesai. Itu artinya manusia paling mulia, imam para nabi dan rasul tak lama lagi kembali kepada Allah SWT.

Pelajaran penting dari muasal turunnya surat tersebut adalah Rasulullah SAW meninggal dunia setelah selesai menyampaikan seluruh makna Al-Qur’an kepada umatnya. Nabi bisa saja meminta umur yang panjang, namun beliau memilih bertemu dengan rabbnya. Keputusan beliau itu tentu menjadi prinsip hidup bagi setiap muslim, hidup diwakafkan di jalan Allah untuk menyampaikan risalah yang dibawa Rasulullah.

Setiap umat Islam memiliki kewajiban untuk berdakwah. Hal ini tersirat dalam surat Al-Furqan ayat 51-53. Allah SWT berfirman;

وَلَوۡ شِئۡنَا لَبَـعَثۡنَا فِىۡ كُلِّ قَرۡيَةٍ نَّذِيۡرًا

“Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus seorang pemberi peringatan pada setiap negeri.” (QS Al-Furqan: 51-53)

Dalam tafsir At-Thanthawi dijelaskan, ayat di atas ditujukan kepada Rasulullah ketika ditetapakan sebagai rasu. Kalau Allah berkehendak, bisa saja Dia mengutus nabi maupun rasul di setiap desa untuk memberi peringatan dan juga menjadi penolong Rasulullah SAW dalam mengemban risalah. Nabi Muhammad SAW hanya bertindak sebagai mentor saja. Namun Allah tidak menghendaki hal itu. Hal itu bukan berarti Rasulullah tengah diberi beban berat, namun justeru untuk menunjukkan kemuliaan beliau sebagai seorang rasul. Allah tidak memberikan beban berat, tapi sebagai penghormatan, sebuah keistimewaan dari keumumam risalah untuk semua manusia.

Lalu apa hubungannya ayat ini dengan pengemban dakwah dari umat Muhammad saat ini? Sebagai pembanding, kenapa Lukman memilih menjadi orang bijak ketimbang menjadi seorang nabi. Padahal, jika diperintahkan menjadi nabi, Lukman pasti menyanggupi. Menjadi seorang nabi resikonya sangat besar. Tapi jika Allah memberi sebuah perintah, maka Dia juga telah menyediakan segala perangkat kemudahan untuk mengemban perintah tersebut.

Satu pelajaran penting, jika diberikan pilihan maka pilih yang paling mudah. Tapi jika itu perintah, maka laksanakan penuh keikhlasan karena Allah telah menyediakan perangkat kemudahan untuk menjalankannya.

Sama halnya ketika Rasulullah diperintahkan menyampaikan risalah Islam sebagai seorang nabi dan rasul. Beliau tidak menolak, karena beliau yakin akan perangkat kemudahan tersebut. Allah tak mengutus setiap nabi dan rasul di setiap desa, karena Allah memberi kesanggupan kepada Rasulullah untuk memimpin seluruh manusia. Hal itu bisa dilihat saat ini, risalah tetap eksis di tengah terpaan zaman dengan segala permasalahannya.

Hal ini juga bisa menjadi perumpamaan untuk lembaga dakwah seperti AQL Islamic Center. Semua insan AQL patut bersyukur karena Allah memilih untuk mengemban amanah dakwah dalam sebuah organisasi besar. Tidak semua orang bisa mendapatkan anugerah itu. Namun intinya, peran yang harus diambil dengan melihat ayat di atas adalah peran sebagai penerus Rasulullah.

فَلَا تُطِعِ الۡكٰفِرِيۡنَ وَ جَاهِدۡهُمۡ بِهٖ جِهَادًا كَبِيۡرًا‏

“Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.” (QS Al-Furqan: 52)

Satu pelajaran penting yang harus dicatat, betapapun beratnya amanah dakwah, nabi dilarang tunduk kepada kemauan orang kafir. Nabi maupun umatnya tidak boleh menaati orang-orang kafir karena mereka berada pada jalur kehidupan yang salah. Di sisi lain, umat Islam harus berjuang melawan orang kafir dengan Al-Qur’an.

Berjuang dengan Al-Qur’an yakni dengan membacanya, menghayatinya, mengamalkan dan menjelaskan isinya kepada khalayak manusia dengan semangat perjuangan yang besar. Jihad dengan Al-Qur’an itu harus dihadapi dengan ketegasan dan kesungguhan hati. Argumentasi orang kafir harus dibantah dengan dalil-dalil kuat yang bersumber dari Al-Qur’an. Umat Muhammad tidak boleh berhenti mendakwahkan Al-Qur’an walaupun jalan dakwah membuat lelah, sebab itu akan mengangkat derajat di sisi-Nya.

Para pelanjut risalah Rasulullah harus menyampaikan risalah Islam dengan sungguh-sungguh, melaksakan jihad dengan penuh kebijaksanaan, kesabaran, ketabahan dan tidak takut atau gentar terhadap musuh. Keyakinan bahwa Allah akan menolong orang yang berdakwah harus menancap kuat dalam hati.

Dalam ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad mengikuti orang-orang kafir yang mengajaknya mengadakan kompromi dengan mereka dalam hal agama. Ia harus tetap bersikap tegas dan konsekuen dalam melaksanakan dakwah dan berjihad menyebarkan Al-Qur’an.

Semangat orang yang memilih jalan dakwah adalah berjihad dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an harus menjadi energy dalam berdakwah, maka Allah akan memberikan kemudahan dalam mengemban amanah tersebut.

وَهُوَ الَّذِىۡ مَرَجَ الۡبَحۡرَيۡنِ هٰذَا عَذۡبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلۡحٌ‌ اُجَاجٌ ۚ وَجَعَلَ بَيۡنَهُمَا بَرۡزَخًا وَّحِجۡرًا مَّحۡجُوۡرًا

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” (QS. Al-Furqan: 53)

Kebatilan dan kebaikan tidak akan pernah menyatu. Tempat orang yang melanjutkan risalah Rasulullah akan ditempatkan dalam tempat berbeda dengan orang kafir. Kedua tempat itu dipisahkan oleh dinding yang tak bisa ditembus.

Allah memperlihatkan kemahakuasa-Nya di alam seluruh agar manusia merenungkannya. Dia yang membiarkan dua laut yaitu air sungai dan laut, mengalir berdampingan; yang ini tawar dan segar enak untuk diminum dan yang lain sangat asin lagi pahit yang sangat berguna bagi hewan-hewan di laut dan kehidupan manusia lainnya.

Allah menjadikan dinding pemisah di antara dua sifat air yang sangat lentur dan canggih serta batas yang tidak tembus. Dengan dinding itu, kedua air tersebut tidak akan pernah bercampur. Masing-masing masih membawa sifat-sifat dirinya. Inilah fenomena alam yang luar biasa.

Menurut para ilmuwan, Allah telah menciptakan pemisah air laut dan sungai, walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat tinggi. Barzakh (pemisah) ini berfungsi menghalangi kedua air untuk tidak saling menghapus ciri-cirinya. Laut asin dan tawar seolah-olah sudah ada dinding pembatas di antara keduanya, sehingga tidak bercampur aduk. Manusia dapat menentukan pilihannya karena baik air asin maupun tawar ada gunanya.

Ayat ini juga menjadi penegas bahwa kebatilan dan kebaikan tidak akan pernah menyatu. Terdapat dinding kasat mata yang tidak bisa ditembus. Kebatilan akan terus berada dalam kesesatan, sementara kebaikan akan berada dalam derajat yang tinggi di sisi-Nya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code