cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Tadabbur Surah Al-Qadr

Mukaddimah

Umat Nabi Muhammad saw. khususnya diakhir zaman tidak memiliki amalan seperti umat-umat terdahulu, mereka beribadah sepanjang malam dan di pagi harinya mereka melakukan jihad di jalan Allah tiada henti. Oleh karenanya Allah memberikan kemuliaan kepada umat Nabi Muhammad diakhir zaman dengan diturunkannya Al-Qur’an di malam lailatul Qadr. Malam kemuliaan, malam yang lebih baik dari seribu bulan di malam-malam yang lain.

Asbabun Nuzul

At-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hassan bin Ali, dia berkata, “Suatu ketika, diperlihatkan kepada Rasulullah saw., orang-orang dari Bani Umayyah berdiri di atas mimbar beliau (sepeninggal beliau). Hal tersebut membuat beliau sedih. Setelah itu, turunlah firman-Nya, “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” (QS. Al-Kautsar: 1).

Firman-Nya, “Sesungguhnya, Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam Qadar. Tahukah engkau apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan, yaitu lamanya masa kekuasaan Bani Umayyah sepeninggal Rasulullah saw.”

Qasim al-Hadani berkata, “Ketika kami menghitungnya, ternyata ia (masa kekuasaan Bani Umayyah) benar-benar seribu bulan persis, tidak kurang tidak lebih.” At-Tirmidzi berkata, “Hadis ini ganji.” Al-Muzni dan Ibnu Katsir berkata, “Hadis ini sangat lemah.”

Ibnu Hatim dan al-Wahidi meriwayatkan dari Mujahid bahwa suatu ketika Rasulullah saw. bercerita tentang seorang laki-laki dari Bani Israil yang tidak henti-hentinya berjihad di jalan Allah swt selama seribu bulan. Kaum Muslimin pun terkagum-kagum dengan hal itu. Kemudian, Allah menurunkan firman-Nya (Sesungguhnya, Kami telh menurunkan (Al-Qur’an) pada malam Qadar. Tahukah engkau apkah mlam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan,” artinya, lebih baik dari seribu bulan yang dihabiskan oleh laki-laki itu dalam berjihad di jalan Allah swt.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Dahulu, di antara Bani Israil, hidup seorang laki-laki yang senantiasa melakukan shalat malam hingga subuh tiba. Sementara itu, pada pagi harinya, dia berjihad menumpas musuh hingga sore. Dia terus menerus melakukan hal tersebut selama seribu bulan. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya “Malam kemuliaan itu (Qadar) lebih baik dari pada seribu bulan.” Artinya melaksanakan shalat pada malam hari itu lebih baik daripada amalan yang dilakukan laki-laki Bani Israil tersebut.

Tema Surah

Merugilah bagi siapapun yang di dalam bulan suci Ramadhan tidak mendapat pengampunan dari Allah swt. apalagi di dalamnya terdapat lailatul al-Qadr di mana malam tersebut lebih utama dibanding dengan seribu bulan lamanya.

Ayat & Terjemah

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (3) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (4) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (5)

Tafsir Ringkas (Al-Azhar)

Ayat 1

“Sesungguhnya telah Kami turunkan dia pada Malam Kemuliaan.” (ayat 1)

Artinya Allah Tuhan semesta sekalian alam telah menurunkan Al-Qur’an yang pertama sekali kepada Nabi-Nya pada Lailatul Qadar, malam kemuliaan. Sebagian arti qadar itu ialah kemuliaan. Sejak malam itu perikemanusiaan dicerahi kemuliaan; dikeluarkan dari zhulumaat (kegelapan), kepada nur (cahaya petunjuk Allah) yang gilang-gemilang. Dan boleh juga diartikan Lailatul-Qadar sebagai malam penentuan karena pada waktu itulah mulai ditentukan langkah yang akan ditempuh Rasul-Nya dalam memberi petunjuk bagi umat manusia. Di malam itu dimulai menentukan garis pemisah di antara kufur dengan iman, jahiliyyah dengan Islam, syirik dengan tauhid; tidak berkacau balau lagi. Kedua arti ini boleh dipakai.

Ayat 2

“Dan sudahkah engkau tahu, apakah dia malam Kemuliaan itu?” (ayat 2)

Ayat yang kedua ini tersusun sebagai suatu pertanyaan Allah kepada Nabi-Nya untuk memperkukuh perhatian kepada nilai tertinggi malam itu.

Ayat 3

“Malam kemuliaan itu lebih utama daripada seribu bulan.” (ayat 3)

Dikatakan dalam ayat ketiga ini bahwa keutamaan malam kemuliaan (Lailatul-Qadar) itu sama dengan seribu bulan, lebih daripada delapan puluh tahun, selanjut usia seorang manusia. Lalu diterangkan pula sebabnya dalam ayat selanjutnya,

Ayat 4

“Turun Malaikat dan Ruh pada malam itu, dengan izin Tuhan mereka, membawa pokok-pokok dari tiap-tiap perintah.” (ayat 4)

Itulah sebab yang nyata dari kemuliaan malam itu. Laksana satu perutusan, atau satu delegasi, malaikat-malaikat turun ke muka bumi ini bersama-sama dengan malaikat yang di sini disebut ruh, yaitu kepala dari sekalian malaikat. Itulah Malaikat Jibril yang kadang-kadang disebut juga Ruhul Amin dan kadang- kadang disebut juga Ruhul Quds, menghantarkan wahyu kepada Nabi yang telah terpilih buat menerimanya, yaitu al-Mushthafa, Muhammad ﷺ di Gua Hira.

Nilai malam itu menjadi tinggi sekali, lebih utama dari seribu bulan, setinggi-tinggi usia biasa yang dapat dicapai oleh manusia. Pada kali pertama dan utama itu Jibril memperlihatkan dirinya kepada Muhammad menurut keadaannya yang asli, sehingga Nabi sendiri pernah mengatakan bahwa hanya dua kali dia melihat Jibril dalam keadaannya sebenarnya, yaitu pada malam Lailatul-Qadar, atau Nuzulul Al-Qur’an itu di Gua Hira; dan kedua di Sidratul Muntaha ketika mi’raj. Pada kali yang lain beliau melihat Jibril dalam penjelmaan sebagai manusia, menyerupakan dirinya dengan sahabat Nabi yang bernama Dihyah al-Kalbi.

Di dalam surah ad-Dukhkhan, ayat 3, malam itu disebut Lailatun Mubarakatun, malam yang diberkati Allah.

Amat mulialah malam itu, sebab malaikat-malaikat dan Ruh menyatakan dirinya dan Muhammad ﷺ mulai berhubungan dengan Alam Malakut, dan akan terus-meneruslah hal itu selama 23 tahun; 10 tahun di Mekah dan 13 tahun di Madinah. Di ujung ayat disebutkan bahwa kedatangan malaikat-malaikat dan Ruh itu dengan izin Allah, ialah karena akan menyampaikan pokok-pokok dari tiap-tiap perintah. Setiap perintah akan disampaikan kepada Rasul ﷺ, setiap itu pulalah malaikat dan Ruh akan datang, sehingga lancarlah perhubungan di antara alam syahadah dengan alam gaib.

Ayat 5

“Sejahteralah dia sehingga terbit fajar.” (ayat 5)

Sebab pada malam itulah Nabi diberi pengertian mengapa sejak beberapa waktu sebelum itu dia mengalami beberapa pengalaman yang ganjil. Dia merasakan mimpi yang benar (rukhyatus shalihah), dia mendengar suara di dekat telinganya sebagai gemuruh bunyi lonceng. Mulai pada malam itu terobat hati manusia utama itu, Muhammad ﷺ, yang sudah sekian lama merasa terpencil dari kaumnya karena perasaannya yang murni sudah sejak kecilnya tidak menyetujui menyembah berhala dan tidak pernah beliau memuja patung-patung dari batu dan kayu sejak kecilnya. Dan sudah sejak mudanya hati kecilnya tidak menyetujui adat-adat buruk bangsanya. Pada malam itulah terjawab segala pertanyaan dalam hati, terbuka segala rahasia yang musykil selama ini. Itulah malam damai, malam salam, sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar hari esoknya.

Dengan keterangan 3 ayat Lailatul-Qadar, ditambah 3 ayat pembuka dari surah ad-Dukhkhan, teranglah bahwa malam Lailatul-Qadar itu adalah malam mula turunnya Al-Qur’an.

Bilakah masa Lailatul-Qadar itu? Al-Qur’an telah menjelaskannya lagi. Di dalam surah al- Baqarah ayat 185 jelas bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang padanyalah diturunkan Al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi manusia, dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan pemisah di antara yang hak dengan yang batil.

Tetapi menjadi perbincangan panjang lebar pula di antara ahli-ahli hadits dan riwayat, bilakah datangnya malam Lailatul-Qadar itu? Sehingga dalam kitab al-Fathul-Bari syarah Bukhari dari Ibnu Hajar al-Asqalani yang terkenal itu, disalinkan beliau tidak kurang ada 45 qaul tentang malam terjadinya Lailatul Qadar, masing-masing menurut catatan ulama-ulama yang merawikannya; sejak dari malam 1 Ramadhan sampai malam 29 (atau malam 30 Ramadhan) ada saja ulama yang merawikan malam itu dalam kitab tersebut. Dan semuanya pun dinukilkan pula oleh asy-Syaukani di dalam Nailul Authar. Ada satu riwayat dalam hadits Bukhari dirawikan dari Abu Said al-Khudri bahwa tentang malam berapa yang tepat, dianjurkanlah supaya setiap malam bulan Ramadhan itu diramaikan dan diisikan dengan aneka ibadah. Tetapi terdapat juga riwayat yang kuat bahwa Lailatul Qadar itu ialah pada malam sepuluh yang akhir dari Ramadhan, artinya sejak malam ke-21. Karena sejak malam 21 itu Nabi ﷺ lebih memperkuat ibadahnya daripada malam-malam yang sebelumnya, sampai beliau bangunkan kaum keluarganya yang tertidur.

Abdullah bin Mas’ud, dan asy-Sya’bi dan al-Hasan dan Qatadah berpendapat bahwa malam itu ialah malam 24 Ramadhan. Alasan mereka ialah karena ada hadits dari Wastilah bahwa Al- Qur’an diturunkan pada 24 Ramadhan.

Munasabah Ayat

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. Allah Ta’ala menceritakan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an di malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh dengan keberkahan, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati. (Ad-Dukhan: 3) Yaitu Lailatul Qadar yang terletak di dalam bulan Ramadhan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an. (QS. Al-Baqarah: 185)

Kolerasi Dengan Hadis

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Al-Qadar: 2-3) Abu Isa At-At-Tirmidzi sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnul Fadl Al-Haddani, dari Yusuf ibnu Sad yang mengatakan bahwa seorang lelaki bangkit menuju kepada Al-Hasan ibnu Ali sesudah membaiat Mu’awiyah. Lalu lelaki itu berkata, “Engkau telah mencoreng muka kaum mukmin,” atau, “Wahai orang yang mencoreng muka kaum mukmin.” Maka Al-Hasan ibnu Ali menjawab, “Janganlah engkau mencelaku, semoga Allah merahmatimu, karena sesungguhnya Nabi ﷺ pernah diperlihatkan kepadanya Bani Umayyah berada di atas mimbarnya, hal itu membuat diri beliau merasa berdukacita.

Maka turunlah firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (telaga) Al-Kautsar” (QS. Al-Kautsar: 1) wahai Muhammad, yakni sebuah sungai (teiaga) di dalam surga. Dan turunlah pula firman Allah Ta’ala: ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan’ (QS. Al-Qadar: 1-3). yang akan dimilikkan sesudahmu kepada bani Umayyah, wahai Muhammad.”

Inti Pesan

Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an pada malam yang mulia, malam kemuliaan itu adalah Lailatul Qadar.

Pesan-Pesan Utama

  1. Malam diturunkannya Al-Qur’an
  2. Malam yang lebih baik dari seribu bulan
  3. Malam yang kemuliaan
  4. Malam yang diberkati
  5. Terdapat banyak sekali malaikat yang berdesakan untuk mendapat kemuliaan yang dipimpin oleh malaikat Jibril
  6. Beruntung dan sejahteralah orang yang mendapat malam itu

Hikmah & Pencerahan

Mindset

  1. Allah swt yang mengatur segala urusan yang ada di langit dan bumi
  2. Allah swt Tuhan semesta sekalian alam
  3. Segala puji bagi yang telah menurunkan Al-Qur’an
  4. Di bulan suci Ramadhan ini terdapat satu malam yang penuh kebaikan dan keberkahan

Atitude

  1. Raihlah pahala berlimpah di dalamnya
  2. Setiap amalan-amalan kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya
  3. Berlomba dalam kebaikan

Behavior

Iman

  1. Meyakini segala amalan-amalan yang dikerjakan akan mendapat pahala yang berlipat ganda
  2. Meyakini di dalam Ramadhan terdapat malam kemuliaan
  3. Meyakini segala perbuatan kebaikan yang sedang kita lakukan disaksikan malaikat, karna pada saat itu para malaikat turun dengan izin Tuhannya

Amal

  1. Perbanyaklah amalan-amalan harian seperti ditambah dzikirnya, shalat dhuha, shalat malamnya di kencengin lagi, tilawahnya diperbanyak dan lainnya
  2. Menahan diri untuk melakukan apapun yang tidak diperintahkan seperti tidak mengerjakan sesuatu yang jelas-jelas pelarangannya meminum khamr, berzina, dan lainnya

Dakwah

  1. Mengajak orang lain untuk memperbanyak amalan-amalan sunahnya
  2. Mengajak orang lain untuk lebih giat lagi berinteraksi (membaca) dengan Al-Qur’an
  3. Mengajak orng lain untuk menjauhkan diri dari segala sesuatu yang sudah Allah larang

SUMBER:
Abdul Hayyie. (2021). Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an

Buya Hamka. Tafsir Al-Azhar: Juz Amma

Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code