cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Ramadhan Kareem (Tadabbur Surah Adh-Dhuha)

Mukaddimah

Dalam Surah Adh-Dhuha ini diterangkan sejelas mungkin, bahwa Allah SWT., tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya sedetik pun, meski begitu, hambanyalah yang sering mennggalkan Allah dan diperintahkan untuk berbuat baik terhadap yatim.

Asbabun Nuzul

Al-Bukhari dan Muslilm meriwayatkan dari Jundub R.A., dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah saw. menderita sakit sehingga tidak melakukan shalat malam satu atau dua malam lamanua. Seorang perempuan mendatangi beliau dan berkata, “Wahai Muhammad, menurutku, hal itu disebabkan setanmu (yang dimaksud adalah Jibril a.s) telah meninggalkanmu.” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya (pada surah Adh-Dhuha ayat: 1-3), “Demi waktu Dhuha (ketika matahari naik sepenggalah). Demi malam, apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan engaku (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.”

Tema Surah

Untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, jangan berlaku sombong dan bukalah kepekaan terhadap anak yatim, berusahalah untuk berempati kepada orang yang meminta-minta meski anda tidak menyukainya.

Ayat Surah & Terjemah

وَالضُّحَى (1) وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى (2) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (3) وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى (4) وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (5) أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآَوَى (6) وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى (7) وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى (8) فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ (9) وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ (10) وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11)

“Demi waktu dhuha. Dan demi waktu malam apabilah telah sunyi, Tuhanmu (Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu. Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia). Sunguh, kelak (di akhirat) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau ridha. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu); dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan? Terhadap anak yatim, janganlah engaku berlaku sewenang-wenang. Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik. Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).”

Tafsir Ringkas (Al-Azhar)

Ayat 1

“Demi waktu dhuha.” (ayat 1)

Waktu Dhuha ialah sejak pagi setelah matahari terbit, sampai naik sampai menjelang tengah hari. Di dalam bahasa Melayu lama disebut sepenggalah matahari naik. Apabila matahari telah sampai di pertengahan langit, yang disebut tengah hari, berarti waktu Dhuha sudah tidak ada lagi. Terdapat hadis-hadis yang shahih menganjurkan kita shalat sunah sekurangnya 2 rakaat, atau 4 rakaat, atau sampai 8 rakaat, dua rakaat satu salam pada waktu Dhuha itu. Waktu Dhuha diambil persumpahan oleh Allah untuk menarik perhatian kita kepadanya.

Ayat 2

“Demi malam, apabila dia sudah sunyi senyap.” (ayat 2)

Sumpah peringatan atas malam apabila sudah sunyi senyap ialah memperingatkan betapa penting manusia istirahat mengambil kekuatan baru di malam hari untuk berjuang hidup pada besok harinya. Dan kelak apabila telah masuk dua pertiga malam, kira-kira sekitar pukul tiga dini hari (di daerah Khatulistiwa), dianjurkan pulalah kita melakukan shalat tahajjud dan ditutup dengan witir.

Ayat 3

Sesudah Allah mengambil sumpah dengan waktu Dhuha dan larut malam itu, barulah Allah menuju apa yang Dia maksudkan dengan sumpah tersebut. “Tidaklah Tuhanmu membuangmu, dan tidaklah Dia marah.” (ayat 3)

Menurut tafsir Ibnu Jarir, pernah beberapa lamanya terhenti turunnya wahyu, sehingga belum ada lagi sambungan Al-Qur’an yang akan disampaikan oleh beliau ﷺ kepada manusia, sehingga merasa sepilah Nabi ﷺ. Dan hal ini diketahui oleh kaum musyrikin, sampai mereka berkata, “Muhammad sudah diucapi selamat tinggal oleh Tuhannya dan telah di-marahi.” Yang mengatakan demikian ialah istri Abu Lahab. Lantaran itu datanglah ayat ini, bahwasanya persangkaan kaum musyrikin itu tidaklah benar. Allah tidak pernah meninggalkan Nabi-Nya dan tidak pernah marah kepadanya.

Ayat 4

“Dan sesungguhnya kesudahan itu, lebih baik bagimu daripada permulaan.” (ayat 4)

Jika di permulaan ini kelihatan agak sendat jalannya, banyak tantangan dan perlawanan, namun akhir kelaknya engkau akan mendapat hasil yang gilang-gemilang. Dengan ayat ini diberikanlah kepada Rasul ﷺ dan kepada orang yang menyambung usaha Rasul, agar merasa besar hati dan besar harapan melihat zaman depan.

Ayat 5

“Dan sesungguhnya Tuhanmu akan memberi kepadamu, sehingga engkau ridha.” (ayat 5)

Ayat ini pun berisi janji harapan yang disampaikan Allah sebagai hiburan bagi utusan yang dikasihi-Nya. Bahwa banyaklah karunia dan anugerah yang akan diberikan kepadanya kelak, terutama anugerah ketinggian gengsi dan martabat, kesempurnaan jiwa dan kebesaran pribadi, ilmu dunia dan akhirat, pengetahuan tentang umat-umat yang dahulu, kemenangan menghadapi musuh-musuh, ketinggian agama dan penaklukan beberapa negeri, baik yang terjadi di zaman beliau sendiri ataupun di zaman Khalifah-khalifah beliau; dan akan tersebarlah agama ini ke seluruh dunia.

Ayat 6

“Bukankah Dia dapati engkau dalam keadaan yatim, lalu Dia pelihara engkau?” (ayat 6)

Lalu Allah memperingatkan nikmat yang beliau terima sejak beliau kecil. Ayah beliau telah meninggal semasa beliau lagi dalam kandungan ibunya dua bulan. Setelah dia lahir ke dunia, sejak dari penjagaan ibu yang menyusukan beliau di desa Bani Sa’ad, yang bernama Halimah as-Sa’diyah, sampai pulangnya ke Mekah dalam usia empat tahun sampai dalam pemeliharaan kakeknya Abdul Muthalib, sampai pula kepada pemeliharaan Abu Thalib pamannya, jelas sekali pada semuanya itu bahwa beliau tidak pernah lepas dari pemeliharaan dan pengasuhan Allah.

Ayat 7

“Dan didapati-Nya engkau dalam keadaan bingung, lalu Dia pimpin?” (ayat 7)

Sejak masa muda beliau telah kelihatan tidak menyukai perbuatan-perbuatan kaumnya, menyembah berhala, mengembangkan usaha riba, memperbudak sesama manusia dengan sesuka hati, menguburkan anak-anak perempuan hidup-hidup. Kadang-kadang berperang di antara satu kabilah dengan kabilah yang lain, hanya karena soal-soal kecil. Beliau menolak semuanya itu. Tetapi beliau bingung, tak tahu jalan, bagaimana memperbaiki segala kebobrokan yang didapatinya dalam masyarakat ini. Lalu tertariklah hatinya hendak menyisihkan diri, mencari kejernihan pada jiwa, memohonkan petunjuk kepada Allah, maka datanglah wahyu.

Ayat 8

“Dan didapati-Nya engkau dalam keadaan miskin, lalu Dia cukupkan.” (ayat 8)

Miskin harta benda meskipun kaya budi, sampai akhirnya menerima kerjasama dagang dengan Khadijah, lalu berniaga ke Syam. Setelah pulang dari Syam menikah dengan Khadijah, sehingga sejak itu beliau menjadi orang kaya di Mekah dengan dukungan harta istrinya.

Untuk mensyukuri nikmat yang berganda-lipat yang telah diterima dan akan diterima itu;

Ayat 9

“(Oleh sebab itu) tentang anak yatim, janganlah engkau hinakan.` (ayat 9)

Oleh sebab engkau sendiri telah merasai keyatiman itu, dan Allah sendiri yang menanamkan kasih sayang kepada pengasuh- pengasuhmu di waktu engkau kecil, hendaklah engkau tunjukkan pula kasih sayang kepada anak-anak yatim, jangan engkau bersikap keras kepadanya, jangan mereka dipandang hina.

Ayat 10

“Dan adapun orang yang datang bertanya, janganlah engkau handik.” (ayat 10)

As-sa’il mempunyai dua arti. Yaitu bertanya dan meminta.

Dalam tafsiran menurut yang pertama, kalau datang orang menanyakan soal-soal agama yang musykil baginya dan dia tidak tahu, hendaklah beri dia jawaban yang memuaskan. Janganlah jengkel atau marah kepadanya jika ternyata dia bodoh. Inilah menurut tafsir ar-Razi.

    Tafsir yang kedua, “Jika ada orang datang meminta tolong, meminta bantu karena dia berkekurangan, jangan engkau sambut dengan sifat angkuh dan menghardik.” Ini menurut Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari.

    Ayat 11

    “Dan adapun dengan nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau sebut-sebut.” (ayat 11)

    Berkata al-Ustadz Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir Juz ‘Amma-nya, “Sudah menjadi kebiasaan orang yang bakhil menyembunyikan bahwa dia orang kaya, untuk jadi alasan baginya menahan dari memberikan bantuan kepada orang lain atau untuk kepentingan umum. Biasa saja dia mengatakan bahwa dia sedang susah! Adapun orang yang telah melatih diri jadi dermawan senantiasa memberikan harta karunia Allah yang telah diterimanya. Dan selalu dia memuji Allah, karena telah mencurahkan rezeki kepadanya. Lantaran itulah maka mendermakan harta, memberi makanan fakir dan miskin dan membantu orang-orang yang sangat memerlukan bantuan. Di ujung ayat ini disebutkan fahaddits, yang artinya secara harfiyah; hendaklah sebut-sebut! Bukan disebut-sebut dengan mulut, melainkan dibuktikan dengan perbuatan, sampai akhirnya mau tidak mau, jadi buah sebutan yang baik dari orang yang dibantu.”

    Munasabah Ayat

    Dan demikianlah Kami wahyukan kepada wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. (Asy-Syura: 52), hingga akhir ayat. Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya Nabi ﷺ pernah tersesat di lereng-lereng pegunungan Mekah saat ia masih kecil, kemudian ia dapat pulang kembali ke rumahnya. Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya ia pernah tersesat bersama pamannya di tengah jalan menuju ke negeri Syam.

    Saat itu Nabi ﷺ mengendarai unta betina di malam yang gelap, lalu datanglah iblis yang menyesatkannya dari jalur jalannya. Maka datanglah Malaikat Jibril yang langsung meniup iblis hingga terpental jauh sampai ke negeri Habsyah. Kemudian Jibril meluruskan kembali kendaraanNabi ﷺ ke jalur yang dituju. Keduanya diriwayatkan oleh Al-Bagawi.

    Kolerasi Dengan Hadis

    Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-Aswad ibnu Qais yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Jundub menceritakan bahwa Nabi ﷺ mengalami sakit selama satu atau dua malam hingga beliau tidak melakukan qiyamul lail. Maka datanglah kepadanya seorang wanita dan berkata, “Wahai Muhammad, menurut hematku setanmu itu tiada lain telah meninggalkanmu,” maksudnya malaikat yang membawa wahyu kepadanya.

    Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (Adh-Dhuha: 1-3)

    Inti Pesan

    1. Pengingat tentang nikmat Allah: Surah ini mengingatkan kta tentang nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt. seperti cahaya pagi dan malam yang memberikan kesempatan untuk beristirahat
    2. Peringatan tentang kesabaran: Surah ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya kesabaran dalam menghadapi cobaan dan kesulitan
    3. Pengharapan tentang Ar-Rahman dan Ar-Rahimnya Allah: Surah ini mengajak kita untuk memiliki pengharapan yang baik kepada Ar-Rahman dan Ar-Rahimnya Allah swt., yang akan memberikan kita kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat

    Pesan-Pesan Utama

    1. Memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, dan upayakan agar tidak disibukkan dengan hal-hal yang tidak berguna
    2. Tidak berputus asa dari rahmat Allah
    3. Yakinlah dengan hidayah Allah berupa cahaya Islam
    4. Bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan dan Allah swt adalah yang Maha Kaya
    5. Berikanlah sedikit dari sebagian hartamu kepada orang yang meminta-minta. Jika sekiranya tidak mau memberi kepada orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghakiminya

    Hikmah & Pencerahan

    Mindset

    1. Allah swt. rahmatnya sangat luas sehingga selalu membuka peluang untuk hamba-hamba yang bermaksiat agar kembali kepada-Nya dan bertaubat
    2. Tidak menganggap orang yang meminta-minta dan seorang yatim dengan remeh
    3. Bersabar dengan yang sedikit, bersyukur atas pemberian yang banyak

    Atitude

    1. Perbanyaklah melakukan aktivitas yang di dalamnya mengandung kebermanfaatan yang dapat diperoleh darinya, dan pantang menjadikan waktu terbuang sia-sia
    2. Selalu berprasangka baik kepada takdir baik maupun takdir buruk Allah
    3. Berbuat baiklah kepada orang yang meminta-minta dan seorang yatim

    Behavior

    Iman

    1. Meyakini di setiap transisi waktu dibaliknya mempunyai hikmah
    2. Meyakini rahmat Allah sangat luas, dan Allah memberi kesempan untuk selalu kembali kepada-Nya dan menerima taubat dari hamba-Nya
    3. Meyakini keberadaan hari akhir itu lebih baik daripada di dunia

    Amal

    1. Mengingat atas pemberian nikmat dari Allah swt
    2. Menyempatkan beribadah di waktu Dhuha (shalat dan berdo’a)
    3. Mengingatkan kita tentang pentingnya dalam bersabar di setiap cobaan dan kesulitan
    4. Berbuat kebaikan kepada orang lain (seorang yang meminta-minta dan seorang yatim)

    Dakwah

    1. Mengajak orang lain agar mengingat nikmat Allah swt. yang telah diberikan seperti cahaya pagi dan pada waktu malam hari untuk beristirahat
    2. Memberitahukan kepada orang lain agar selalu bersabar pada saat menghadapi cobaan dan kesulitan
    3. Mengingatkan orang lain tentang kekuasaan Allah swt.

    SUMBER:

    Abdul Hayyie. (2021). Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an

    Buya Hamka. Tafsir Al-Azhar: Juz Amma

    Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir

    Tinggalkan Komentar

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Scroll to Top
    Scan the code