
Kebaikan, kebahagiaan, kesempurnaan, dan kebajikan memiliki keterkaitan yang erat dalam konteks moral dan spiritual. Kebaikan, yang dalam Islam disebut al-birr, mencakup tindakan beriman kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama. Kebahagiaan sering dianggap sebagai hasil dari perbuatan baik dan keselarasan dengan nilai-nilai moral. Kesempurnaan dalam konteks ini merujuk kepada pencapaian ideal dalam menjalani kebaikan dan kebajikan, yang merupakan manifestasi iman yang kuat. Kebajikan itu sendiri adalah tindakan atau perilaku yang baik dan mulia, mengacu kepada karakter yang dicontohkan dalam ajaran agama.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibnu Taymiyyah (rahimahullah):
“Hakikat kebaikan, kebahagiaan, kesempurnaan dan kebajikan terletak pada dua hal utama: Ilmu yang bermanfaatn dan amal yang shalih.”
Ilmu yang bermanfaat adalah pengetahuan yang dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah, menambah kebijaksanaan, dan membantu individu memahami aib diri sendiri. Sedangkan amal shalih adalah tindakan baik yang dilakukan semata-mata karena Allah, yang memberikan manfaat pada dunia dan akhirat serta menghasilkan pahala. Dua konsep ini saling terkait karena ilmu yang bermanfaat dapat mendorong seseorang untuk melakukan amal shalih.