cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj

Peristiwa ini bermula terjadi pada ‘amul huzni atau tahun berduka tatkala Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dihadapkan dengan dua kejadian sekaligus yakni kedua permatanya wafat di tahun yang sama, yakni tahun ke-10 kenabian. Dua permata yang wafat tersebut adalah Abu Thalib paman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam usia 80 tahun dan Sayyidah Khadijah istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelulm hijrah ke Madinah atau 619 M. pada saat itu Rasulullalla shallallahu ‘alaihi wa sallam sekitar 50 tahun. Dan beliau dimakamkan di dataran tinggi Makkah, sekarang dikenal dengan sebutan al-Hajun.

Peristiwa ini menjadi sangat sakral, yang mana nantinya akan menjadi sebuah momen penting bagi umat Islam, dengan peristiwa ini pula perintah shalat diturunkan. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di isra’ dan mi’raj-kan, melalui tunggangannya buraq. Beliau menceritakan kejadian yang baru saja dilaluinya, namun keragu-raguan bagi orang yang baru memeluk Islam mulai menghampir-hampirinya seakan-akan kejadian demi kejadian yang dilaluinya tidak pernah terjadi, di antaranya beberapa ada kembali murtad dan melunturkan kepercayaannya terhadap Nabi Muhammad, semula telah ditanamkan bahwa Nabi Muhammad adalah al’amin, rasa-rasanya hal demikian mustahil ada pada zamannya. Oleh karenanya peristiwa ini juga menjadi ujian keimanan.

Allah Ta’ala berfirman: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS. Al-Isra: 1).

Keterangan Peristiwa Isra’ Mi’raj Dari Hadis-Hadis

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan: “Ketika aku berada di sisi Baitullah antara tidur dan sadar, lantas datang seorang laki-laki, di antara yang menghampiriku, salah satunya membawa bejana terbuat dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan iman, lalu orang itu membelah badanku dari atas dada hingga bawah perut, lalu dia mencuci perutku dengan air zam-zam kemudian mengisinya dengan hikmah dan iman kembali.

Sejurus aku telah disediakan hewan tunggungan berwarna putih, ukurannya lebih kecil dari bighal namun ia lebih besar dibanding keledai yang diberi nama buraq. Maka aku berangkat menggunakan hewan tersebut bersama Jibril AS hingga sampai di langit dunia. Pada saat menginjakkan kaki di langit dunia, di saat itu pula ditanyakan: “Siapakah ini? Jibril menjawab: “Jibril” ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu? Jibril menjawab: “Muhammad”. Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus? Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang, sebaik-baik manusia yang datang telah tiba”. Kemudian aku menemui Adam AS dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata: “Selamat datang bagimu dari anak keturunan dan Nabi”.

Kemudian kami naik ke langit keenam lalu ditanyakan: “Siapakah ini?”. Jibril menjawab: “Jibril”. Ditanyanyakan lagi: “Siapakah orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab: “Muhammad”. Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Kemudian aku menemui Musa AS dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata: “Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi”. Ketika aku sudah selesai menemuinya, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan: “Mengapa kamu menangis?”. Musa menjawab: “Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya akan masuk surga dengan kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk surga dari umatku”.

Kemudia kami naik ke langit ketujuh lalu ditanyakan: “Siapakah ini?”. Jibril menjawab: “Jibril”. Ditanyakan lagi: “Siapakah orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab: “Muhammad”. Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Kemudian aku menemui Ibrahim AS dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata: “Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi”.

Kemudian aku ditampakkan Al-Baitul Ma’mur. Aku bertanya kepada Jibril, lalu dia menjawab: “Ini adalah Al-Baitul Ma’mur, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat mendirikan shalat di sana. Jika mereka keluar (untuk pergi shalat) tidak ada satu pun dari mereka yang kembali”. Kemudian diperlihatkan kepadaku Sidratul Muntaha yang ternyata bentuknya seperti kubah dengan daun jendelanya laksana telinga telinga gajah. Di dasarnya ada empat sungai yang berada di dalam (disebut) Bathnan) dan di luar (Zhahiran)”. Aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab: “Adapun Bathinan berada di surga sedangkan Zhahiran adalah An-Nail dan Al-Furat (dua nama sungai di dunia).

Kemudian diwajibkan atasku shalat lima puluh kali (dalam sehari). Aku menerimanya hingga aku datang pada Musa AS dan bertanya: “Apa yang telah diwajibkan?” Aku menjawab: “Aku diwajibkan shalat lima puluh kali”. Musa berkata: “Akulah orang yang lebih tahun tentang manusia daripada engkau. Aku sudah berusaha menangani Bani Israil dengan sungguh-sungguh, dan umatmu tidak akan sanggup melaksanakan kewajiban shalat itu. Maka itu kembalilah engkau kepada Rabbmu dan mintalah (keringanan)”. Maka aku meminta keringan, lalu Allah memberiku empat puluh kali shalat lalu aku menerimanya dan Musa kembali menasehati aku agar meminta keringan lagi, kemudian kejadian berulang seperti itu (nasehat Musa) hingga dijadikan dua puluh kali kemudian kejadian berulan lagi hingga menjadi sepuluh lalu aku menemui Musa dan dia kembali berkata seperti tadi hingga dijadikan lima waktu lalu kembali aku menemui Musa dan dua bertanya: “Apa yang kamu dapatkan?”. Aku menjawab: “Telah ditetapkan lima waktu”. Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakana: “Aku telah menerimanya dengan baik”. Tiba-tiba ada suara yang berseru: “Sunggu aku telah putuskan kewajiban dariku ini dan aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku dan aku akan balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala). (HR. Bukhari).

Faidah Hadis di Atas

Dari hadis di atas kita dapat mengambil pembelajaran yaitu:

  1. Menanggalkan segala sifat kejelekan, kedengkian dan sifat buru dan isilah hati-hati dengan iman dan hikmah.
  2. Di setiap lapisan langit, Nabi disambut oleh penghuni langit yang ada di lapisan langit tersebut. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mengucapkan salam kepada Nabi-Nabi yang ada di setiap langit sesuai dengan kedudukan dan tingkatan mereka. Artinya bila bertemu dengan sesama Muslim khususnya ucapkanlah salam.
  3. Sifat malu, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam malu ketika ingin meminta keringan lagi, setelah menerimanya menjadi lima waktu dalam sehari.

Wallahu Ta’ala ‘Alam…

SUMBER:

Abdul Haris. (2015). Jurnal. Tafsir Tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code