
Orang-orang telah terfokuskan tujuan akhirnya hanya kepada dunia maka ia akan mengerahkan, tenaga, harta dan wibawanya untuk menebus kematian tersebut. Sebagaimana yang diberitakan oleh berita, ramai warga medsos dihebohkan, nama yang disebut-sebutkan media, katanya, sedang mempersiapkan sebuah bunker yang telah dilengkapi teknologi canggih yang paling terbaru.
Konon katanya, usaha yang mereka lakukan benar adanya, bisa menebus kematian, dengan kata lain, mereka dapat terhindar dari kematian tersebut. Proyek yang sedang mereka kerjakan ini, bahkan digadang-gadang sebagai bunker anti kiamat.
Pada hakikatnya kematian tidak bisa dihindarkan oleh siapapun itu, entah itu orang beruang, orang kurang beruang, orang berjasa, orang berjabat dan orang-orang lainnya. Tidak ada kemungkinan untuk dapat lari dari kematian. Bahkan disebutkan dalam surah An-Nisa: 78. “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh…”
Orang-orang pada umumnya dan khususnya umat Muslim jarang sekali yang memperhatikan betul atau mempersiapkan kematiannya, padahal, kematian adalah suatu hal yang pasti, suatu hal yang tidak mungkin bisa diundur atau direka ulang. Umar bin Abdul Aziz pernah mengatakan, “Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun, sangat jarang sekali orang-orang yang mau mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kematian.”
Dalam redaksi lain atau ayat yang berbeda, ini sebagai pengingat, “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8).
Masih sehubungan dengan ayat yang di atas, Di dalam kitab Mu’jam Imam Ath-Thabarani disebutkan melalui hadis Mu’az Muhammad Ibnu Muhammad Al-Hudali, “Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama dengan musang yang dikejar oleh bumi karena suatu utang, maka musang itu melarikan diri dengan cepatnya; hingga manakala ia kecapaian dan napasnya tersengal-sengal, lalu ia masuk ke dalam liangnya. Dan bumi pun berkata kepadanya, “Wahai musang, mana utangku, lalu musang itu keluar melarikan diri dengan ceoatnya kerena ditagih utang, dan ia terus-menerus dalam keadaan demikian hingga pada akhirnya ia kehabisan napas dan mati.”
Apabila ayat-ayat tentang kematian disejajarkan maka akan banyak sekali, tujuannya sekurang-kurangnya agar lebih mempertimbangkan lagi dan mempersiapkan bekal apa yang hendak dibawa pertanggungjawaban apa yang hendak diberikan kelak, karna kematian datang dengan tiba-tiba dan termasuk ke dalam hal-hal ghaib. Dan jika telah ditetapkan ajalnya kepada kita, maka kita tidak dapat memprotesnya sebagaimana Allah berfirman: “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan” (QS. Al-‘Araf: 34).
Oleh karenanya, jadilan Mukmin yang cerdas, hal ini sebagaimana yang dinasehatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kejadian ini diceritakan oleh Ibnu Umar, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullahm Mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda,”Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu Mukmin manakan yang paling cerdas?” Ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259)
Wallau’alam bi shawab…
SUMBER:
Muhammad Abduh Tuasikal. (2013). Kematian Yang Tidak Bisa Dihindari dari Rumaysho.com