cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Penyakit Ain Di Era Digital

Di era praktis ini, melakukan pekerjaan, berbelanja, dan sebainya bisa melalui smart phone. Misalnya, dari rumah saja kita dapat mengirim pesan kepada saudara kita yang berada nun jauh di sana atau kita dapat berbelanja barang-barang branded lainnya yang ada di luar negeri atau ketika mau bersilaturahim, bukalah smart phone pilih tools yang dubutuhkan jadilah kita bisa bertatap muka. Banyak juga orang-orang yang mengexposure pencapainnya di dalam media sosial. Hal inilah yang dianggap kebanyakan adalah biasa atau lumrah dilakukan.

Ketahuilah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan ummatnya tentang bahaya ain yang justru jarang dari kita waspada dan berlindung darinya. Ain sendiri adalah penyakit yang bermula dari mata, awalnya dari kekaguman seseorang yang melihat sesuatu, lalu diikuti dengan munculnya respon hasad, lalu dari hasad tersebut memanfaatkan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah).

Sebagaimana yang dijelaskan masih dalam Al-Lajnah Ad-Daimah, “Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhmmad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan dari orang yang memiliki hasad. Dalam Al-Qur’an: “..dan dari keburukan orang yang (memiliki) hasad” (QS. Al-Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu dapat menimbulkan ain. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah).

Dalam redaksi lain, dari Abu Umamah bin Sahl, “Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, Mandi di Al-Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabiah ketika itu melihatnya. Dan Shal adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl punsakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengapa seseorang menyaiti saudaranya? Mengapa engaku tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ain itu benar adanya, maka berwuduhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sal”am” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’).

Adapun cara agar mencegah pandangan kita supaya tidak mengandur unsur ain, sebagaimana dari pendapat beberapa ulama bahwa untuk mencegah ain ketika melihat suatu hal yang menakjubkan pada orang lain, ucapkanlah, “Masyaa Allah LaaH aula Walaa Quwwata Illa Billah” meskipun pendapat ini tidak berlandasan dengan dasar yang kuat.

Dari sisi orang yang memandang, hadis-hadis menunjukkan bahwa untuk mencegah penyakit ain adalah dengan tabriik (mendoakan keberkahan), misalnya mengucapkan: “Barakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu) atau “Baarakallahu laka” (semoga Allah memberkahimu).

Allahuu Ta’ala ‘Alam…semoga kita dapat terhindar dari penyakit ain tersebut atau sekurang-kurangnya tidak membuat saudara kita terkena penyakit ain, karna penyakit ain benar adanya.

SUMBER:

Yulian Purnama. (2019). Mengenal Penyakit Ain, Pencegahannya dan Pengobatannya dari https://muslim.or.id/51176-penyakit-ain.html

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code