Setiap rasa lelah yang menggelutimu, atau berusaha menyelinap merasuki tubuhmu. Kau berusaha menahan semua itu sendirian, tapi di saat yang sama berharap ada seseorang yang dapat menyaksikan rasa lelah yang kita derita.
Suatu ketika, pelepasan mahasiswa KKN di sebuah kampus, seorang rektor berpesan kepada mahasisnya, “Di mana pun kalian memijak bumi Allah, maka disitulah kalian dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang telah kalian perbuat. Dirikanlah shalat dua rakaat pada saat pertama kali kalian menetap. Gantungkan niat tinggi kalian oleh sebab lillah. Kemudian beliau mengutip nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya perbuatan itu hanya tergantung kepada niat dan balasan bagi tiap-tiap orang, tergantung apa yang diniatkan. Dan barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa (yang) dia niatkan.” (HR. Bukhari).
Lanjutnya, percayalah selama kalian berbuat kebaikan yang diniatkan hanya kepada Allah, maka kalian tidak ditelantarkan atau dikecewakan secara gratis. Artinya dalam proses demikian, itulah semua hal bisa terjadi. Hal-hal magis yang pernah kalian rutuki itu akan menjadi hal yang paling kalian syukuri.
Pernahkah kalian merasa lelah, sehabis pulang kerja atau pulang dari sebuah majelis taklim, kelelahan pergi berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Jika kita lalui semua itu dengan Ikhlas bisa menjadi penghapus dosa kita. Kabar gembira ini disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan atau penyakit atau kekhawatiran atau kesedihan atau gangguan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita dapat mengambil pelajaran (ibrah) bahwa segala perbuatan ada baiknya diawali dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Wallahu ‘alam bi shawab…