cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Brain Rot

Bagi kebanyakan orang, scrolling media sosial dengan menonton konten berkualitas rendah atau menerima pemahaman kognitif secara instan disjungtif penilaian sebagai bentuk dari rileksasi atau menenangkan pikiran. Namun, jika kegiatan tersebut menjadi kebiasaan, akan membawa dampak yaitu, menurunkan konsentrasi dan memberikan dampak negatif, terutama di sisi psikologis.

Merujuk Oxford University, menurutnya adalah berkurangnya kemampuan pada otak akibat keseringan menonton konten daring berkualitas rendah. Dampak setelahnya, seseorang akan mengalami penurunan kemampuan daya ingat, semakin sulit untuk berkonsentrasi, sulit menjaga kestabilan emosi, dan permasalahan lainnya.

Oxford University melakukan observasi terkait masalah ini dengan beberapa ahli untuk menyitir sebuah istilah fenomenal sepanjang tahun 2024. Dengan melibatkan peserta sejumlah 37.000 orang, Oxford University Press kemudian menyimpulkan bahwa ‘Brain Rot’ menjadi Word Of The Year pada tahun 2024.

Jauh sebelum adanya internet, tepatnya pada tahun 1854 dalam buku Walden karya Henry David Thoreau, seorang filsuf Amerika Serikat. Thoreau mengkritik bahwa konten yang tidak memiliki kualitas memadai cenderung lebih banyak peminatnya, hal ini merupakan awal gejala dari proses penurunan kondisi mental serta kemampuan berpikir seseorang atau proses bernalar.

Nyatanya penggunaan istilah brain rot koherensi di era digital seperti sekarang, terutama setahun belakangan ini, menyadari kembali apodiktis akibat seringnya menonton konten-konten bermuatan nihil. Lama-kelamaan mengalamai kecanduan, brain rot sendiri bisa menyebabkan kecemasan dan gejala spikomatis.

Untuk mengenali gejalanya, berikut ini adalah tanda-tandanya:

  1. Lebih memilih asik scorolling media sosial pada saat sedang bersama teman, keluarga
  2. Merasa sulit untuk melepaskan diri dari jangkauan gadget
  3. Sesekali memeriksa notifikasi ponsel
  4. Mengalami mata Lelah atau sakit kepala setiap selesai memainkan gawai
  5. Susah tidur

Lalu bagaimana cara juta agar bisa mencegah fenomena penurunan otak ini? berikut Langkah-langkah yang bisa menjadi alternatif:

  • Terapkan screen time

Kecanduan media sosial dapat mengganggu produktivitas. Maka, screen time yang disarankan untuk mencegah brain rot adalah tidak lebih dari 2 jam per-hari untuk orang dewasa, di luar jam kerja. Sementara untuk anak berusia di atas 2 tahun ialah 1-2 jam, dan untuk anak berusia di bawah 2 tahun disarankan tidak diberikan ponsel.

  • Hindari penggunaan gadget sebelum tidur

Menatap gadget menjelang waktu tidur bisa membuatmu jadi susah tidur. Akhirnya malah meneruskan scrolling media sosial dan menikmati konten-konten berkualitas rendah yang bisa menyebabkan brain rot.

  • Olahraga

Untuk menghindarinya, manfaatkan waktu senggang, misalnya melakukan aktifitas fisik. Sinar matahari yang terpancar mengenai kulit dipercaya bisa meningkatkan mood agar bisa lebih produktif dalam menjalankan kegiatan rutinitas.

SUMBER:

Oxford University Press. (2024). ‘Brain rot’ named Oxford Word Of The Year 2024 from https://corp.oup.com/news/brain-rot-named-oxford-word-of-the-year-2024/

Alodokter. (2024). Brain Rot Lemah Otak Akibat Kecanduan Gatget dari https://www.alodokter.com/brain-rot-lemah-otak-akibat-kecanduan-gadget

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code