cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Kisah Haji Maman, Tetap Lanjutkan Shalat Shubuh Saat Banjir Mengamuk

Sukabumi-Haji Maman (72 tahun) salah satu korban banjir yang meluluhlantakkan Sagaranten, Sukabumi, pada Rabu (4/12/2024). Hujan deras mulai turun di daerah tersebut sejak Senin (2/12/2024), yang membuat Sungai Cikaso meluap dan melahap 39 Kecamatan di Sukabumi.

Namun, ada cerita mengharukan dari sosok Haji Maman. Sosoknya tak lagi muda. Tubuhnya mulai membungkuk, kaki tak lagi kuat berjalan, dan warna putih telah mengubah rambutnya.

Haji Maman bangun untuk Shalat Subuh saat air sungai mulai naik ke daratan. Ia sebenarnya berada pada posisi mengkhawatirkan, itu karena rumahnya hanya berjarak sekitar 10 meter dari bibir sungai.

Dia tetap memilih bertahan dan melanjutkan shalat. Beberapa kali ia menyelamatkan hewan seperti ayam yang hanyut dan masuk ke dalam rumahnya. Perabotan berjatuhan dihantam derasnya aliran banjir.

Ia tak bergeming, dan posisi hanya sendiri. “Saya hanya tawakal,” ujarnya. Cukup lama ia bertahan. Rumah yang terbuat dari beton menjadi penyelamat. Tapi, ia tak bisa berbuat apa-apa jika dinding rumah roboh.

“Dari subuh air sudah naik. Puncaknya itu saat duhur, air sudah sampai dada,” ujar Haji Maman.

Haji Maman berhasil selamat saat air mulai surut. Syukur, jembatan yang ada di seberang rumahnya tak roboh. Sehingga, ia bisa berjalan ke rumah keluarga yang berada di seberang sungai.

“Alhamdulillah, beliau selamat. Tapi, sawah, ladang habis semua. Padahal padi baru ditahan minggu lalu,” ujar Ibu Tita, anak Haji Maman.

Menurut penuturan Ibu Tita, air naik sampai sedada orang dewasa. Tak hanya air, banjir juga membawa lumpur. “Lumpur dari dalam rumah kami keluarkan secara manual,” tuturnya sambil menunjuk lumpur yang menggunung di samping rumah.

Sama halnya yang dialami Mak Cicin (53 tahun). Ia tinggal bersama empat anaknya di daerah yang sama dengan Haji Maman.

“Saya berempat di sini, ada tiga rumah. Tapi satu rumah hancur, hanyut terbawa sungai,” tutur Mak Cicin.

Mak Cicin tak bisa menahan air mata saat menceritakan kejadian hari itu . Ia sedang memasak untuk menyiapkan sarapan. Namun, air tiba-tiba naik dan menghanyutkan rymah anaknya.

“Saya langsung lari ke rumah keluarga, kebetulan lebih tinggi tempatnya,” tutur Mak Cicin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code