Dunia pada dasarnya bukanlah sesuatu yang harus di jauhi apalagi dibenci, sebagaimana firman Allah, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al-Qashashash: 77). Taruhlah dunia pada genggamanmu, bukan pada hatimu. Namun, apabila kemewahan dunia menjadi penyebab utama penghalang dari ketaatan kepada Allah, maka orang tersebut akan terjerumus ke dalam al-wahn atau seorang yang hatinya terikat kepada dunia. Demikianlah manusia tidak luput dari cobaan (QS. Al-Ankabut: 2).
Karena masalah yang sering datang pada kita adalah pikiran kita sendiri dan hawa nafsu. Apalagi di zaman kerakusan pada dunia. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan dunia yang diletakan pada hati mereka, dengan mengumpulkan harta atau memperbanyak keturunan.
“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanalah sebagai fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar”. (Qs. Al-Anfal: 28).
Merujuk pada pendapat Imam Fakhruddin ar-Razi, dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib mengatakan, “Maka ketika penyebab awal munculnya khianat adalah cinta pada harta dan anak, maka Allah memberikan peringatan, bahwa wajib bagi orang yang berakal untuk selalu waspada yang ditimbulkan oleh bahaya-bahaya untuk selalu waspada yang ditimbulkan oleh bahaya-bahaya cinta pada harta dan anak tersebut, karena ia bisa menyibukkan hati dengan dunia, kemudian hal itu akan menjadi penghalang dari berkhigmah kepada Allah. Maka ayat ini dikorelasikan dengan ayat sebelumnya (QS. Al-Anfal: 27). Maka masalah itulah yang harus dikenali, dan diupayakan untuk diselesaikan. Sebab, adanya solusi berangkat dari suatu masalah yang sudah dikenali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihati ummat. “Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’I”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam shahihu al-Jami’, Syaikh al-Bani mengatakan hadis ini hasan).
Di dalam redaksi lain menggambarkan keterikatan hati dengan dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencelanya. “Celakalah budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak khamisah (pakaian yang bagus) dan celakalah khamilah (ranjang yang empuk)”. (HR. Bukhari).
Imam Al-Ghazali mengingatkan pula nasihat dari Rasulullah shallalallu ‘alaihi wa sallam yang di sampaikan dalam kitabnya, “ayyuhal walad”. “Di antara sekian banyak nasihat yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ummatnya adalah sabda beliau, ‘Salah satu tanda bahwa Allah Ta’ala berpaling dari seorang hamba adalah menjadikan hamba itu sibuk dengan perkara yang tidak memberinya manfaat. Apabila seseorang kehilangan usianya sesaat saja untuk sesuatu diluar tujuan ia diciptakan, yaitu untuk beribadah, sungguh ia layak mengalami penyesalan yang berkepanjangan. Barang siapa usianya telah melewati 40 tahun namun kebaikannya belum mampu mendominasi keburukannya, maka bersiap-siaplah ia masuk neraka”.
Setelah nasehat yang diberikan Imam al-Ghazali, sudah sepatutnya kita merenungkannya. Imam al-Ghazali menekankan orang yang menyibukkan diri dengan perkara yang tidak memberinya manfaat merupakan tandah bahwa Allah Ta’ala telah berpaling dari hambanya.
Maka demikianlah, jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu barang sesaat saja, karna itulah penyebab penyesalan yang berkepanjangan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penduduk surga pasti akan menyesalkan waktu sesaat yang telah berlalu di mana mereka ketika itu tidak berdzikir mengingat Allah.”
Begitu pentingnya masalah perkara menyibukkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat, sampai Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”. Mari sama-sama menyibukkan diri kita dengan perkara-perkara yang bermanfaat seperti berdzikir, memperdalam ilmu-ilmu khususnya ilmu agama dan lainnya. Insya Allah ini menjadi bahan muhasabah.
Wallahu ‘alam bishwab.
SUMBER:
Muslim M. N. I. (2021). Ketahuilah Dunia Itu Terlaknat dari https://shorturl.at/AKejC
Faizin M. (2023). Tafsir Tentang Harta dan Anak Sebagai Fitnah Dalam Surah Al-Anfal Ayat 28 dari https://shorturl.at/AmZ8C
Husaini A. (2020). Ilmu Tanpa Amal Adalah Gila dari https://shorturl.at/X24JB