Sejarah Singkat Islamophobia
Merujuk pada kajian kata yang terdiri dari dua rangkaian. Islamophobia di mana terdiri dari Islam dan phobia. Islam sendiri diartikan kembali kepada persepsi Barat sebagai orang-orang yang mengenakan atribut Islam yang digambarkan sebagai penghancur atau sebuah ancaman yang datang yang menggantikan posisi setelah tumbangnya kekuasaan Nazi. Dan phobia diartikan dengan ketakutan atau kecemasan sebagai sebuah respon alamiah yang dialami seseorang jika melihat atau berhadapan pada kondisi tertentu.
Puncaknya ini terjadi pasca peristiwa tragedi WTC 11 September 2001 di New York. Tragedi tersebut mendapat tanggapan serius bagi Amerika yang mana mereka menyerukan peperangan terhadap komunitas Islam. Bukan main, setiap terdeteksi pergerakan dari komunitas-komunitas tertentu membawa atribut berbau keislaman maka mereka akan dilabeli sebagai teroris. Kemudian streroetip ini terus dipupuk menjadi sebuah ideologi yang tersebar dan berubah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat dunia. Desas-desus ini meluas hingga ke berbagai antero negeri.
Di Indonesia ketakutan dan kecemasan semakin cepat menyebar luas di masyarakat, dampak tuduhan-tuduhan yang selalu ditudingkan kepada komunitas Muslim, hal ini terjadi pasca ledakan bom Bali, 12 Oktober 2002. Drama penangkapan orang-orang Islam yang diduga menjadi pelaku ledakan bom Bali pun terjadi, kejadian ini diwartakan di saluran tv dengan mengatakan identitas teroris (yang dimaksud adalah komunitas muslim) memiliki ciri-ciri pria pemelihara jenggot dan identitas lainnya. Jadi, pasca kejadian tersebut masyarakat memiliki trauma yang berlebih terhadap orang Muslim dan berpandangan bahwa setiap Muslim itu sudah pasti diberitakan sebagai pelaku teroris.
Pasca Terjadi Islamophobia
Baik prasangka maupun tuduhan terus dilontarkan kepada komunitas Muslim sebagai teroris yang menimbulkan keresahan. Bahkan yang mengejutkan ialah di antara komunitas Muslim sendiri juga terdampak saling mewaspadai dan menanam rasa kecurigaan. Dengan demikian, menyebabkan konflik internal berkepanjangan antar kelompok Islam dapat menjadi pemicu yang berpotensi menimbulkan masalah berbahaya. Implikasinya juga akan berdampak pada bidang politik, keamanan, dan di terima di ruang tata sosial.
Kejadian demi kejadian adalah bias dari rasa kebencian sebagian kalangan tertentu yang selalu menganggap orang Islam sebagai musuh utama bagi kalangan tersebut. Persepsi ini telah lama ada ketika Nabi Muhammad di utus pertama kali membawa ajaran Islam. Ketakutan muncul di kalangan orang-orang Quraisy Mekkah disebabkan penyebaran ajaran Islam sangat signifikan. Orang-orang Quraisy berupaya semampunya untuk menghalangi penyebaran dakwah yang di bawa oleh Nabi Muhammad.
Islamophobia tidak dapat dipisahkan dari problema tuduhan terhadap orang Muslim dan orang yang dipersepsi sebagai Muslim. Tudahan Islamophobia dilemparkan kepada komunitas Muslim ialah sebagai peralihan alibi anti Muslim didasarkan pada sebuah klaim bahwa Islam adalah agama “inferior” dan merupakan ancaman terhadap nilai—nilai tata sosial pada sebuah masyarakat atau kelompok tertentu.
Tahap Pemulihan Islamfobia
Untuk itu perlu melakukan langkah mengurangi stereotip kehadiran Islam sebagai kekuatan penghancur, perusak dan ancaman.
Adanya prasangka yang beredar di marsyarakat dikarenakan munculnya stereotip pada Islam, terjadi peralihan paham yang berubah menjadi ideologi kemudian tersebar luas di masyarakat. Oleh karenanya informasi tersebut yang terus berkembang, akibatnya informasi akurat (Islam sebagai ajaran rahmat) tertutupi dalam proses di terimanya di kalangan yang beredar. Di sisi inilah bermula stereotip negatif ada.
Ashmore dan Delboca menjelaskan bahwa pendekatan kognisi sosial sangat berperan dalam ingatan pada kalangan atau kelompok tertentu. Dengan demikian, seorang Muslim harus memiliki sikap yang terpatri dalam dirinya yaitu bertakwa, tawadhu, lemah lembut agar yang terkesan dalam ingatan kalangan luas, Islam datang sebagai rahmat bukan sebagai ancaman.
Selain itu pola piker seorang Muslim harus benar, seorang Muslim juga dituntut memiliki amaliah yang dapat diteladani.
Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sikap negative dan pandangan buruk orang lain terhadap Islam
SUMBER:
Moordiningsih. (2004). Islamophobia Dan Strategi Mengatasinya.