cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Dari Masjid Kita Bebaskan Al-Aqsha

Masjid secara bahasa adalah sebagai tempat sujud bagi kaum Muslim. Bukan secara struktural bangunannya saja yang kokoh, tapi tempat sujud yang dikuatkan bagi jiwa spiritual masing-masing manusia yang sudah terpatri dalam jiwa pustakanya. Jadi bisa dikatakan inilah “Pemuda-pemuda yang jiwanya tertaut kepada masjid” (Muttafaq ‘alaihi) [Shahih Bukhari-1423].

Jika ditilik dari historikalnya, masjid berperan sangat penting. Di mana masjid dijadikan oleh kaum Muslimin sebagai sentral orang-orang intelektual mengadakan perkumpulan. Berbagai strategi, penguatan spiritual, pelatihan dasar kepimimpinan semua itu dilakukan di masjid-masjid. Dari sinilah, berangkat kekuatan-kekuatan kaum Muslim, kekuatan finansial, kekuatan bersama masyarakat, hingga membangun peradaban dari sisi memadatkan masjid dan merapatkan barisan shalat.

Dari titik pangkal berkumpulnya orang-orang di masjid menjadi ladang penyebaran tauhid. Allah taala berfirman, “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah Allah.” (QS. Al-Jin; 18).

Keangkuhan orang-orang Israel yang ongkang-ongkong kaki, dengan ke canggihan alat-alat persenjataan yang dimiliki, dengan perlengkapan perang yang memadai, pasokan pangan serta sumber daya manusia (SDM) yang mencukupi. Mereka meyakinkan pada dunia, bahwa mereka adalah kekuatan besar, sulit jika dikalahkan.

Tapi keyakinan tekad ditanamkan kuat pada sanubari manusia mulia, orang-orang Palestina. Tauhid-tauhid yang ternanam kokoh, meyakini betul. Bahwa dari masjid ke masjid, dengan dibersamai kekuatan spiritual mereka yakin mampu membebaskan Masjidi al-Aqsa. “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya Sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1).

Mereka tiada gentar ketika masjid-masjid mereka diluluhlantahkan, mereka tidak berkecil hati ketika gedung-gedung megah masjid mereka dihancurkan. Mereka tetap mengumandangkan adzan, mereka tetap mendirikan shalat di atas puing-puing berserakan. Mereka inilah jiwa-jiwa yang kuat, spiritual yang sudah terlatih. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla dari pada Mukmin yang lemah.” (HR. Muslim. No 2664).

Maka apabila kita menghendaki kejayaan dan kemenangan kaum Muslimin, mari kita hidupkan kembali sirah-sirah atau historikal bagaimana pentingnya peran masjid dalam kejayaan kaum Muslimin di masa lampau. Dengan senantiasa memperhatikan shaf-shaf shalat menjaganya agar tetap ramai di penuhi jamaah-jamaah yang hadir. Jadi sudah barang tentu, masjid ini akan Makmur karna dimuliakan oleh orang-orang yang mengerti, kita bangkitkan lagi jiwa-jiwa kaum Muslimin yang sempat tertidur melalui masjid.

Jangan hanya menjadi jamaah yang rajin menunaikan shalat berjamaah di masjid. Tapi sekarang kita harus menjadi bagian dari orang yang berpikir bagaimana dari masjid ini kita dapat mengembalikan posisi sentral masjid tersebut”.

SUMBER:

Shahih Muslim-2664

Shahih Bukhari-1423

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code