
Sejarah Sumpah Pemuda dimulai dari kesadaran para pemuda Indonesia akan pentingnya persatuan untuk melawan penjajahan Belanda. Seiring berkembangnya organisasi pemuda muncul kesadaran bahwa kekuatan bersama diperlukan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada awal 1900-an, organisasi pemuda mulai bermunculan di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:
- Budi Utomo (1908) sebagai organisasi pertama yang menumbuhkan kesadaran nasional.
- Jong Java (1915) yang memperjuangkan identitas Jawa.
- Jong Sumatera Bond (1917) yang fokus pada pemuda dari Sumatera.
- Jong Ambon, Jong Celebes, dan Jong Islamieten Bond (kemudian berdiri) yang ikut menumbuhkan semangat kebangsaan.
Pada 27-28 Oktober 1928 para pemuda mengadakan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta yang diikuti dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama, menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan: ialah Indonesia. Keyakinan itu lalu disebarluaskan untuk dijadikan asas bagi semua perkumpulan kebangsaan Indonesia setelah peristiwa Kongres Pemuda Kedua.
Dalam pertemuan seblumnya disepakati bahwa Kongres Pemuda Kedua akan diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi berbeda, yaitu gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106). Keseluruhan biaya akan ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela. Selain itu, pertemuan juga menyepakati pembentukan kepanitiaan kongres dengan susunan sebagai berikut:

- Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
- Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
- Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
- Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
- Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
- Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
- Pembantu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
- Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
- Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)
Pada rapat ketiga, sore hari, Minggu, 28 Oktober 1928, Mohammad Yamin, seorang tokoh yang berpengaruh, menyampaikan gagasan tentang pentingnya satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air.
Momen Puncak: Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia secara resmi mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berbunyi :
- PERTAMA.
- KAMI PUTERA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU,
TANAH INDONESIA. - KEDUA.
- KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,
BANGSA INDONESIA. - KETIGA.
- KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,
BAHASA INDONESIA.

Sumpah Pemuda menjadi landasan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini menginspirasi lahirnya organisasi-organisasi yang lebih fokus pada persatuan dan perlawanan terhadap penjajah. Semangat persatuan dari Sumpah Pemuda juga terus dipegang dalam perjuangan menuju kemerdekaan yang akhirnya diraih pada 17 Agustus 1945.
Sumpah Pemuda menjadi titik balik sejarah nasionalisme Indonesia, karena menyatukan para pemuda dari berbagai suku dan agama untuk mengakui dan memperjuangkan Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh.

Hikmah dari Sumpah Pemuda:
- Nasionalisme: Meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
- Kesadaran Identitas Nasional: Mempertegas identitas kebangsaan, sehingga bangsa Indonesia memiliki satu identitas bersama di tengah keberagaman.
- Persatuan dan Kesatuan: Mengajarkan pentingnya persatuan di tengah perbedaan, karena bangsa yang kuat adalah bangsa yang bersatu.
- Semangat Perjuangan: Menginspirasi generasi muda untuk terus berjuang, berkontribusi, dan memberikan yang terbaik bagi kemajuan Indonesia.
- Toleransi dan Solidaritas: Mendorong untuk saling menghargai dan bekerja sama meski berasal dari latar belakang yang berbeda.
Sumpah Pemuda terus menjadi inspirasi dalam memperkokoh semangat kebangsaan dan persatuan di Indonesia, terutama bagi generasi muda.
Referensi: https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/sejarah-sumpah-pemuda/