Pemasaran bukan hanya dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan mendatangkan penghasilan atau keuntungan atau profit. Pemasaran bahkan dapat dilakukan oleh pelaku utama dalam kesesatan yaitu Iblis untuk memasarkan hal-hal kesenangan yang bersifat indrawi.
Dihiasi dengan hal-hal menarik
Iblis selalu berhasil menemukan sisi terbaik untuk mendapatkan hati dengan pemasaran yang luar biasa. Bahkan pemasaran ini, tetap banyak diminati meskipun sesuatu yang bersifat negatif. Hal ini disebabkan, produk yang dipasarkan dibaluti dengan sesuatu yang menyenangkan, mengandung kegiatan yang sia-sia dan hal-hal lainnya. Meskipun yang ditawarkannya sesuatu hal yang dapat membahayakan, kendati Iblis mampu melakukan aktivitas pemasaran dengan lebih berwarna sehingga ladang konsumen menjadi loyal terhadapnya. “Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya taka da seorangpun yang akan memberi petunjuk.” (QS. Ar-Ra’d: 33). “Dan Syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk…” (QS. An-Naml: 24).
Dibalik Kemasan Indah Pemasaran Iblis
Sebelum namanya berubah dan ditetapkan menjadi Iblis, Iblis adalah makhluk Allah yang paling ta’at dan paling banyak beribadah serta paling luas pengetahuannya yang bernama Azazil. Ibadah dan pengetahuannya pun mampu mengalahkan makhluk lainnya termasuk malaikat. Hanya saja dalam melaksanakan ibadahnya, Azazil tidak memiliki kesadaran bahwa Allah-lah yang memberi kekuatan kepada seorang hamba untuk istiqamah beribadah kepada-Nya. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang kontraversial dengan tujuan peribadatan, yakni muncul rasa sombong dalam diri Azazil dan yang merasa paling berhak menduduki maqam tertinggi makhluk dan dimuliakan. Kesombongan Azazil ini menjadikannya mendapat julukan baru yakni Iblis. Kata Iblis derivasinya diambil dari akar kata ablasa-yublisu yang berarti ‘putus harapan’, karena Iblis telah putus harapannya untuk masuk ke surga.
Dendam Iblis dan rencana jahatnya:
- “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya…” (Al-Hijr: 39)
- “Dia (Iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguhan kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.” (QS. Al-Isra: 62)
- “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. As-Shaad: 82)
Namun dibalik dinamika respon Iblis yang tidak terima diturunkan ke muka bumi dan berjanji akan membuat indah tiap perbuatan yang dimurkai-Nya. Kendati Iblis memberikan bocoran agar tetap berada di jalan yang lurus yaitu, “Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka, Dia (Allah) berfirman, ‘Ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku. Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat.
SUMBER:
Tafsir Ibnu Katsir
Penulis: Azzam Nashih Ulwan