cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Ramadhan Sebagai Sarana Pembersihan dan Peningkatan Diri

AQL Peduli, Khazanah – Hadrinya Bulan suci Ramadhan merupakan salah satu tanda kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Allah swt mengetahui bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna. Sejatinya, manusia adalah tempat salah dan lupa. Banyak lalai dan dosa yang dilakukan sepanjang hidupnya.

Oleh sebab itu, Allah sediakan waktu-waktu khusus sebagai kesempatan bagi seorang Muslim untuk menghapus dosa-dosa, sekaligus memperbaiki kualitas imannya. Ramadhan adalah salah satu diantara mekanisme yang Allah sediakan untuk hal tersebut. Rasulullah Shallallahu aialihi wasalam bersabda:

“Shalat lima waktu dan shalat Jumat ke Jumat berikutnya, Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa besar.” (H.R. Muslim).

Bagi seorang muslim sejati akan menyadari kelemahan dirinya, Ramadhan adalah waktu yang sangat dinanti-nantikan. Menjadikannya sebagai momentum untuk membersihkan diri dari dosa dan meningkatkan kualitas dirinya dihadapan Allah SWT. Bahkan, dulu para ulama salaf menjadikan Ramadhan sebagai munthalaq (titik tolak) dengan mempersiapkan diri untuk Ramadhan setengah tahun sebelumnya dan mengevaluasi Ramadhan pada setengah tahun sisanya.

ketika Ramadhan datang, seorang Muslim sejati tidak akan menyia-nyiakan kehadirannya. Dia akan melakukan ibadah-ibadah yang terbaik. Ber-mujahadah (bersungguh-sungguh) dengan semua amalnya dan menjadikannya sebagai waktu untuk melakukan sebanyak mungkin istighfar, untuk mensucikan diri dari dosa. Karena dia meyakini dengan sepenuh keyakinan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadis: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka Alah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Gambaran orang yang sukses menjalani Ramadhan. adalah dia ridha menahan lapar dan dahaga dan berjuang mengekang hawa nafsunya di siang hari, kemudian di malam hari khusyuk menegakkan shalat di hadapan Rabb-Nya. Maka, ampunan Allah menantinya sebagai balasan yang teramat berharga. Namun, ada pula orang-orang yang melalui Ramadhan justru mendapatkan kerugian di penghujungnya. yaitu mereka yang tidak pandai memanfaatkan Ramadhan sebagai “sarana istighfar”. Sehingga, saat Ramadhan berlalu Allah belum mengampuni dosa-dosanya. Sebagaimana sabda Rasulullah:

“Sungguh sangat merugi seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya).”(HR. at-Tirmidzi).

Amal istimewa lainnya di bulan Ramadhan, selain berpuasa di siang hari dan qiyam di malam hari, yaitu hubungan yang akrab dengan Al-Qur’an. Rasulullah dan para shahabat, generasi berikutnya dari kalangan as-salaf ash-shalih telah menjadi contoh terbaik dalam menjalani Ramadhan bersama Al-Qur’an.

Khusus pada bulan Ramadhan, Rasulullah memperdengarkan bacaan Qur’annya kepada Jibril yang mendatanginya setiap malam. Hal ini menjadi isyarat adanya hubungan yang kuat antara bulan Ramadhan dengan aktifitas bersama Al-Qur`an. Sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiyallahu anha, istri Baginda Nabi. Ia berkata:

“Rasulullah adalah orang yang paling pemurah berbuat kebajikan, terutama di bulan Ramadhan, ketika Jibril menemuinya. Jibril mendatangi Nabi setiap malam pada bulan Ramadhan untuk menyimak bacaan Qur`an beliau…” (HR. al-Bukhari).

Generasi berikutnya yang merupakan para pengikut setia Rasulullah juga telah menjadi teladan yang baik dalam hubungan mereka dengan Al-Qur’an, khususnya di bulan Ramadhan. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an 60 kali selama bulan Ramadhan. Sebagian ulama ada yang khatam setiap pekan, dan ada pula yang khatam setiap sepuluh hari sekali. Imam Malik dan Imam Ahmad menutup majelis ilmunya untuk lebih banyak waktunya bersama Al-Qur’an. Semua itu dilakukan di dalam rangka memuliakan Al-Qur’an. Bahkan, Allah pun telah memuliakan Al-Qur’an dengan menjadikan malam diturunkannya (lailatul qadr) sebagai malam yang bernilai lebih baik dari seribu bulan dan dipenuhi keberkahan. Demikianlah, Ramadhan menjadi momentum bagi orang-orang shalih untuk meningkatkan hubungan mereka yang lebih erat dengan Al-Quran.

Pada bulan Ramadhan lah, orang-orang shalih juga membiasakan dirinya untuk meningkatkan semua amal kebaikan. Tidak hanya yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, tetapi juga ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia. Jika kita perhatikan ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa Ramadhan, pada surat Al-Baqarah ayat 183-187, maka kita dapati ayat-ayat sebelum dan sesudahnya berkaitan dengan hukum hudud, muamalah, jihad dan lain sebagainya. Tentu ada hikmah di dalamnya. Rangkaian ayat-ayat tersebut, yang saling terkait satu sama lain, memberikan pelajaran tentang integrasi ibadah mahdhah dan tanggungjawab sosial antar manusia.

Oleh sebab itu, Rasulullah juga menjadi teladan yang baik dalam hal sedekah di bulan Ramadhan, selain ibadah mahdhah yang dilakukannya. Aisyah mengumpamakan kedermawanan Rasulullah di bulan Ramadhan seperti angin yang berhembus. Selain itu, Ramadhan juga mengajarkan nilai-nilai empati, berbagi, kasih sayang dan persaudaraan.

Semoga Ramadhan kali benar-benar menjadi sarana bagi kita untuk mensucikan diri dan meningkatkan kualitas iman di hadapan Allah. Tentu dengan cara mempersiapkan mental diri untuk siap berjuang, bersungguh-sungguh, dan bekerja keras, sehingga mengantarkan kita untuk menjadi pemenang. Juga menjadikan kita sebagai manusia paling bahagia, karena di penghujung Ramadhan kelak kita mendapatkan pengampunan dari Allah sekaligus memenangkan penghargaan terbaik dari-Nya sebagai hamba yang berhasil meningkatkan kualitas iman.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code