Surah Al-Fatihah menjadi istimewa karena pembuka kitab suci Alqur’an atau disebut juga ummul Qur’an (induk Alqur’an). Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat yang diulang terus menerus dalam Alqur’an atau disebut ‘Sab’ul Matsani’. Secara bahasa, Al-Fatiḥah artinya pembukaan. Surah ini diturunkan di Makkah atau disebut Surah Makkiyah. Surah ini merupakan surah terbaik dari 114 surah dalam Alqur’an. Surah Al-Fatihah memiliki 139 huruf dan 25 kata.
Surah Al-Fatihah memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh surah lain. Keutamaan itu disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melalui beberapa hadis dengan riwayat yang shahih. Beberapa keutamaan itu di antaranya;
1.Allah mengutus malaikat yang belum pernah turun ke bumi, dan turun melewati pintu yang belum pernah dibuka karena keberkahan Surah Al-Fatihah
Keutaamaan ini seusai dengan salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Beliau mengatakan, “saat Jibril duduk disamping nabi mendengar suara dari atasnya maka dia menengadahkan kepalanya dan berkata: suara ini adalah salah satu pintu langit yang dibuka hari ini, belum pernah dibuka kecuali hari ini. Maka turunlah seorang malaikat, dia berkata: ini adalah seorang malaikat yang turun kebumi, dimana dia sama sekali belum pernah kebumi kecuali hari ini, kemudian malaikat itu mengucap salam dan berkata: berilah dengan kabar gembira dengan dua cahaya ini yang telah diberikan padamu, yang tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu, surat al-Fatihah dan akhir ayat al-Baqarah, tidaklah engkau membacanya kecuali akan diberikan.” (H.R. Muslim)
2.Tidak pernah diturunkan pada kitab lain serta suhuf para nabi dan rasul
Surah Al-fatihah khsusus diturunkan kepada Nabi Muhammad. Surah tersebut tidak pernah diturunkan kepada nabi dan rasul sebelum beliau. Surah itu juga tidak terdapat dalam kitab Taurat, Injil, Zabur, dan tidak ada di dalam suhuf-suhuf para nabi dan rasul. Ini keistimewaan yang hanya diberikan kepada beliau.
“Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW keluar menemui Ubai bin Ka’ab, beliau berkata: ‘Wahai Ubai…!, Sementara Ubai sedang shalat dan menengok tanpa menjawab seruan itu, lalu dia menyegerakan shalatnya kemudian menemui Rasulullahdan berkata: Salam untukmu wahai Rasulullah, Rasulullahpun menjawab: wa ‘alaikassalam.
Apa yang menghalangimu tidak menjawab seruanku wahai Ubai?
Ubai menjawab: Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat.
Rasulullah menjawab: tidakkah kau temui wahyu yang turun kepadaku (penuhilah seruan Allah dan Rasul saat menyeru kalian sesuatu yang memberi kalian kehidupan)
Ubai berkata: Iya, aku tak akan mengulanginya lagi In Syaa Allah,
Rasulullah bersabda: apakah engkau suka jika aku beritahu sebuah surat yang tidak turun dalam taurat, injil, zabur atau furqan, yang semisalnya?
Iya wahai Rasulullah, kemudian berkata: aku berharap engkau tidak keluar dari pintu itu sampai engkau memberitahuku.
Maka Rasulullah berdiri dan akupun berdiri bersamanya berbincang denganku dan tanganku memegang tangannya, dan aku sengaja mengulur waktu, takut beliau keluar sebelum mengabarkan kepadaku tentang surat itu. saat aku mendekati pintu, aku berkata: wahai Rasulullah, surat yang engkau janjikan kepadaku?
Beliau bersabda: bagaimana engkau membaca dalam shalat? Maka beliau membaca Ummu al-Kitab, maka Rasulullah bersabda: demi yang jiwaku ditangannya, tidak pernah diturunkan ditaurat, injil, zabur dan furqan semisal surat ini, dia adalah tujuh ayat yang diulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung, yang diberikan kepadaku.” (H.R at-Tirmidziy)
Salah satu ayat yang mengungkapkan keutaman surah Alfatihah terdapat dalam surah An-Nahl ayat 87. Dalam ayat itu, Allah Subhanahu wa ta’ala menyejajarkan surah Alfatihah dengan Alquran. Dia berfirman;
ﻭَ ﻟَﻘَﺪْ ﺁﺗَﻴْﻨﺎﻙَ ﺳَﺒْﻌﺎً ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺜﺎﻧﻲ ﻭَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﺍﻟْﻌَﻈﻴﻢَ
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung.” (QS. Al-Hijr: 87)
Allah menyebut tujuh ayat yakni surah Alfatihah lalu menyandingkan dengan Alquran. Artinya kedudukan Alfatihah mewakili Alquran. Semua isi Alquran sudah terkandung dalam surah tersebut. Ini hanya salah satu dari makna ayat di atas. Kedudukan surah tersebut tidak main-main. Meskipun pendek, tapi mengandung makna yang sangat dalam. Tidak bisa diselami hanya dengan fikiran dangkal.
3.Rukun sahnya shalat dan dianjurkan membaca amin setelahnya
“Siapa saja yang shalat wajib maka bacalah ummu Al-Qur’an dan Al-Qur’an bersamanya, jika dia selesai dari ummu Al-Qur’an maka sudah cukup baginya, dan siapa saja yang shalat bersama imam maka bacalah saat diam, siapa saja shalat tanpa membacanya maka shalatnya tidak sempurna, tidak sempurna beliau katakan tiga kali.” (H.R Hakim, al-Baihaqi, ad-Daruqutniy dll)
Al-Fatihah adalah rukun salat. Di dalam ibadah seperti haji, puasa, zakat, tidak ada rukun berupa bacaan. Tetapi dalam ibadah salat ada rukun berupa bacaan, yakni membaca surah Alfatihah. Maka orang yang tidak membaca surah Alfatihah dalam salatnya maka tidak sah salatnya. Selain itu, dalam salat seseorang bisa membaca separuh surah lain. Namun surah Alfatihah harus dibaca secara utuh. Ini merupakan salah satu keutamaan surah tersebut. Tujuh ayat itu satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tidak boleh dibaca separuh-separuh. Wajib lengkap, baik di dalam salat maupun di luar salat. Makanya disebutkan bahwa Alfatihah ini sejajar dengan Alquran.
4.Munajat hamba dan Rabbnya
Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku.
Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395).
Hadis yang mendorong Umar bin Abdul Aziz membaca surah Alfatihah dengan pelan saat salat. Bahkan beliau memberi jedah dari satu ayat ke ayat lain. Saat ditanya mengapa melakukan itu, beliau ‘aku menikmati apa yang Allah firmankan kepadaku’.
5.Rahasia untuk ruqyah, mengobati racun, ma’tuh dan segala penyakit
Dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu berada dalam safar (perjalanan jauh), lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu.
Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah (melakukan pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an, -pen) karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.”
Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.”
Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah.
Akhirnya, pembesar tersebut sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau.
Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah (artinya: bisa digunakan untuk meruqyah, -pen)?” Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Di antara ruqyah yang paling bagus adalah membacakan surah Alfatihah. Boleh dibaca sendiri, atau membacakan kepada orang lain. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa Allah meletakkan surah tersebut di urutan pertama dalam mushaf Alquran. Selain itu, hal paling pentig dalam ruqyah adalah keyakinan sang pembaca ruqyah. Keyakinan itu akan berdampak besar pada yang orang dibacakan. Ini tercermin dari hadis di atas.
Hadis di atas memperlihatkan cerita yang sangat menarik. Orang yang meruqyah adalah bukan ahli ruqyah. Dia hanya yakin bahwa surah Alfatihah merupakan obat, sehingga ia membaca surah itu. Orang yang dibacakan pun bukan orang beriman. Ini artinya ruqyah itu bergantung pada keyakinan pembaca ruqyah.