AQL Peduli, Khazanah – Jiwa-jiwa Qur’ani para penerus risalah selalu dinantikan oleh umat manusia. Tetesan air penyejuk iman selalu mengantar hamba-hamba Allah pada hidayah-Nya. Ketika langkah kaki diayunkan, pada saat itu pula Allah akan memberikan pertolongan, sebagaimana termaktub dalam surat Adh-Dhuha ayat 1-4. Kebenaran harus ditegakkan di muka bumi. Itu menjadi salah satu sebab penerus risalah menjadi profesi yang sangat mulia, karena tidak hanya membawa kebaikan dirinya sendiri, tapi untuk umat manusia. Meski hidayah urusan Tuhan, tapi alangkah indahnya jika bisa menjadi perantara seseorang mendapatkan petunjuk kebenaran.
Suatu ketika wahyu sempat tak turun kepada Nabi Muhammad sampai beberapa hari. Ada riwayat yang menyebut dua malam atau tiga malam. Namun Ibnu Abbas meriwayatkan 15 hari, ada pula yang menyebut 12 malam. Rupanya kekosongan itu menjadi kesempatan bagi para orang kafir untuk menyebarkan hoaks. Orang kafir menuduh Rasulullah dengan tuduhan keji. Mereka menuduh bahwa Allah telah meninggalkan Nabi Muhammad SAW seorang diri. Maka itu, Allah SWT menurunkan surat Adh-Dhuha.
وَالضُّحٰىۙ وَالَّيۡلِ اِذَا سَجٰىۙ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىؕ وَلَـلۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لَّكَ مِنَ الۡاُوۡلٰىؕ
“Demi waktu dhuha, dan demi malam apabila telah sunyi, tuhanmu tidak akan meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak pua membencimu, dan sungguh yang kemudian itu lebih bagimu dari yang permulaan.” (QS. Adh-Dhuha: 1-4)
Umumnya wahyu turun pada waktu dhuha, waktu tempat semangat menggelora. Lalu pada malam yang sunyi, Rasulullah membaca ayat yang turun kepadanya dalam salat. Itu merupakan rutinitas beliau. Ini mendakan bahwa tidak waktu bagi beliau untuk berleha-leha. Di setiap kesempatan ia menyampaikan risalah kepada umat manusia. Mengajak manusia untuk kembali ke jalan benar, agar bisa selamat dunia akhirat.
Tidak ada larangan untuk meninggalkan pekerjaan duniawi. Tapi perlu dicatat, profesi duniawi itu bagi penerus risalah dijadikan jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an kepada masyarakat. Para penerus risalah tetap bekerja agar bisa membeli kendaraan, telepon pintar, dan semua sarana yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan dakwah.
Dari sini bisa disimpulkan pula bahwa orang yang susah sebenarnya adalah mereka yang keluar dari jalur risalah. Saat langkah tidak untuk menyampaikan makna Al-Qur’an, maka pada saat itu kehidupan direbut oleh kesenangan duniawi yang sesaat.
Mereka yang Dirindukan Allah
“Tuhanmu tidak akan meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak pua membencimu, dan sungguh yang kemudian itu lebih bagimu dari yang permulaan.” (QS. Adh-Dhuha: 3-4)
(مَا وَدَّعَكَ) dalam ayat di atas memiliki makna yang sangat dalam. Kosakata itu berasal dari kata Wadda’a yang artinya melepaskan kepergian seseorang dengan kerinduan, ia masih merindukan pertemuan di kemudian hari. Ini pula yang membantah argumentasi kafir quraisy kala itu, Allah tidak meninggalkan Nabi Muhammad.
Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, terkhusus mereka yang menjadi penerus risalah. Rasulullah memang sempat galau karena wahyu tak turun. Namun rasa galau Rasulullah tak seperti mayoritas kita. Beliau galau karena seluruh hidupnya sudah didedikasikan untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia. Prinsip Rasulullah dan orang yang mengikuti jejak beliau sangat jelas. Hidup tanpa ada Al-Qur’an setiap hari di dalam hati, rasanya sangat sepi.
Al-Qur’an adalah penyejuk jiwa, maka sangat mengherankan jika ada orang yang tidak pernah berusaha mengkhatamkan kita suci tersebut. Sangat mengherankan orang yang menghabiskan waktunya tanpa mendekati kalamullah. Sangat menyedihkan jika hati tidak diisi dengan pesan-pesan Al-Qur’an.
Bagi para penerus risalah, hidup tanpa Al-Qur’an lunglai rasanya. Sebab, tidak ada narasi kekuatan dan tidak ada motivasi menguatkan jiwa daripada kalimatullah yang menghujam ke dalam jiwa. Konsumsi utama para penerus risalah adalah zikir. Dan, zikir paling mulia adalah membaca Al-Qur’an. Lebih baik tidak sarapan pagi daripada lupa membaca zikir pagi. Tidak apa-apa tidak makan malam asal sudah zikir sore.
Itu adalah prinsip penerus Rasulullah, karena sumber kekuatan mereka ada pada hatinya, bukan pada otak dan fisiknya. Letak kekuatan sesungguhnya ada pada qalbu. Keberanian ada pada qalbu. Berani bersabar untuk sakit sebentar demi kebaikan panjang dan tak berujung di akhirat kelak. Begitulah cara hidup penerus risalah, mereka senantiasa tidak pernah ditinggalkan oleh Allah.
Penerus risalah tidak hanya mendapatkan kebaikan dunia semata, kenikmatan akhirat sudah menanti mereka. Jika hari ini kita berjuang di jalan dakwah, maka besok kita akan mendapatkan kemudahan. Jika besok mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan risalah, maka sudah disiapkan dua kemudahan. Iadi, tidak ada kata berhenti. Tidak ada kata takut. Karena ujuang dari kehidupan adalah perjumpaan dengan Allah. Akan sangat mulia jika kita menghadap Allah dan menyandang status sebagai penerus risalah.