Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat. Ini hanya gambaran kecil. Tentu kebahagiaan akan sangat besar jika momen berkumpul itu disurga. Ramadhan merupakan momen penting untuk mewujudkan hal tersebut.
Ada empat kurikulum yang harus menjadi fokus jika ingin menjadikan ramadhan sebagai bulan masuk surga sekeluarga. Pertama, suami harus menjadi pemimpin gerakan masuk surga sekeluarga. Hal ini tak memerlukan penjelasan panjang. Sudah seharusnya suami menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Didik anak-anak untuk bertakwa kepada Allah SWT. Itu adalah bekal paling utama. Sebagaimana Nabi Ya’kub AS mendidik keturunannya untuk beriman kepada Allah.
اَمۡ كُنۡتُمۡ شُهَدَآءَ اِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوۡبَ الۡمَوۡتُۙ اِذۡ قَالَ لِبَنِيۡهِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِىۡؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَآٮِٕكَ اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖۚ وَّنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ
“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 133)
Kedua, istri harus menjadi pendamping suami untuk masuk surga sekeluarga. Suami harus membina istri sampai memiliki kesadaran untuk menjadi pendamping masuk surga sekeluarga. Peran istri bisa menjadi wakil. Jika suami sedang tidak ada di rumah, maka istri yang menggantikan.
Ketiga, anak harus dididik menjadi jembatan masuk surga sekeluarga. Sebagaimana Ya’kub yang mendidik anak-anaknya. Saat mengetahui tanda-tanda kematian sudah dekat, Ya’kub menhgumpulkan anggota keluarganya. , “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”
Keempat, orang tua dan mertua. Ramdhan adalah momentum paling tepat untuk menularkan kebaikan rumah tangga kepada keluarga besar. Perlu ada usaha agar kakek dan nenek menjadi teladan bagi anak-anak untuk masuk surga sekeluarga.
Ada empat konten penting yang harus diajarkan di dalam rumah untuk menyukseskan program tersebut. Pertama, tauhidullah dan latusyrik billah. Kuatkan anggota keluarga untuk menambah rasa cintanya kepada Allah, menguatkan rasa takut kepada-Nya, menguatkan rasa harap kepada-Nya, dan tawakal kepada-Nya.
Banyak anak menjadi galau karena tidak memiliki empat ilmu tersebut. Bukan sepenuhnya kesalahan anak. Orang tua kadang salah metedologi dalam menanamkan nilai-nilai tauhid di dalam keluarga. Pada akhirnya, anak salat bukan karena takut kepada Allah, tapi takut kepada ayah. Anak tergerak berbuat baik bukan karena cinta, berharap, dan tawakkal kepada-Nya.
Jika sampai anak salat karena takut orang tua, berarti dia salah didik. Bahkan sudah menjadi pengganti tuhan. Sering kali orang tua menggunakan pendekatan power, sehingga seharusnya anak salat karena takut kepada Allah, berubah menjadi takut kepada ayahnya. Empat ilmu itu pula yang membentengi anak dari berbagai macam bentuk kemusyrikan.
Kedua, birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua). Orang tua harus mengajarkan birrul walidain kepada anak-anaknya. Orang tua harus menanamkan sikap berbakti kepada orang tua selama bulan suci ramadhan. Bulan ini adalah latihan sekaligus mengamalkan.
Ketiga, muroqabatullah (merasa diawasi oleh Allah). Ini adalah konten yang harus ditanamkan kepada anak-anak. Perasaan ini sulit ditanamkan di luar ramdhan. Maka ramdhan harus dimaksimalkan. Misalnya, tanamkan bahwa pada bulan ramadhan pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.
Dengan pengetahuan itu, anak sudah memiliki bekal iman kepada hal gaib. Jika keimanan kepada hal gaih sudah tumbuh, maka dia akan merasa nikmat jika berdua-duaan dengan Allah.Gunakan ramadhan untuk menanamkan anak bahwa Allah mengawasi. Ajak melakukan banyak ibadha. Ajak bersosial demi mengharapkan balasan dari Allah. Dekat dengan Alquran. Bikin target untuk khatam Alquran, tambah hafalan, murojaah hafalan, semata-mata ingin mendapatkan timbangan amal baik di akhirat kelak. Semua hal itu menjadi jalan untuk muroqabatullah.
Keempat, shalat. Shalat adalah tiang agama. Itu narasi utama ketika seseorang diingatkan untuk mendirikan shalat. Ibadah itu pula yang pertama kali dihisab di hari kiamat kelak. Maka ajak keluarga untuk berdoa;
رَبِّ اجۡعَلۡنِىۡ مُقِيۡمَ الصَّلٰوةِ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ ۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Jadilah seorang ayah yang menjadi teladan shalat untuk anak-anak kalian. Didik anak sampai mampu mendirikan shalat, bukan karena paksaan. Ramdhan adalah momentum paling tepat untuk merealisasikan itu.