AQL Peduli, Khazanah – Cinta Allah adalah cinta yang tak terbatas. Hakikat cinta sang Maha tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapapun. Cinta Allah kepada hamba-Nya tak seperti keterikatan emosi dua sepasang kekasih. Rahmat kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu. Satu kebaikan yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan, Dia akan membalasnya dengan balasan berlipat ganda. Itu hanya gambaran kecil bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Salah satu bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya termaktub dalam surah Adh-Dhuha ayat 3. Dari ayat itu, Dia menegaskan tak pernah meninggalkan apalagi membenci para penerus risalah. Dia berfirman;
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
“Tuhanmu (Muhammad) tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (QS. Adh-Dhuha: 3)
Ayat tersebut adalah penegasan. Keraguan hanya tipu daya setan untuk menggoyahkan iman para penerus risalah. Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar menerjemahkan ayat tersebut yakni “tidaklah Tuhanmu membuangmu, dan tidaklah Dia marah.”
Secara harfiyah, Buya Hamka, mengatakan, “tidaklah Tuhanmu mengucapkan selamat tinggal kepadamu” sehingga engkau merasa kesepian, sebab Jibril tidak akan datang lagi. Tidaklah Tuhanmu marah, sehingga engkau tidak diperdulikan lagi.
Buya Hamka menerjemahkan (مَا وَدَّعَكَ) dengan membuang. Artinya Allah tidak berpamitan kepada Nabi Muhammad, dan tentu kepada para penerus risalah Rasulullah.
Ternyata perpisahan itu ada. Ayat di atas mengisyaratkan perpisahan sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Demikian pula ketika seseorang dibenci, sangat menyakitkan. Paling tidak membuat hati begitu sedih akibat perpisahan itu. Demikian pula ketika dibenci oleh orang yang dicintai, itu juga menyebabkan kesedihan.
Dengan turunnya ayat di atas, Allah menegaskan bahwa tidak ada perpisahan antara Dia dan Nabi Muhammad, begitu juga para peneru risalah. Allah juga tidak murka. Meski wahyu sempat terputus, tapi bukan berarti Allah mendeklarasikan perpisahan. Bukankah kerinduan akan terasa sangat syahdu ketika tak bertemu sejenak.
Tafsir Al-Jalalain juga memberikan penegasan yang sama mengenai ayat tersebut. (Tiada meninggalkan kamu) tiada membiarkan kamu sendirian, hai Muhammad (Rabbmu, dan tiada pula Dia benci kepadamu) atau tidak senang kepadamu. Ayat ini diturunkan setelah selang beberapa waktu yaitu lima belas hari wahyu tidak turun-turun kepadanya, kemudian orang-orang kafir mengatakan, sesungguhnya Rabb Muhammad telah meninggalkannya dan membencinya.
Al-Jalalain menyebutkan bahwa wahyu sempat tidak turun kepada Rasulullah SAW selama 15 hari. Itu bukan waktu yang sebentar. Nabi Muhammad selalu mengharapkan wahyu turun setiap hari, namun tiba-tiba terhenti begitu lama. Tidak ada informasi sampai kapan lagi wahyu akan turun. Rasul terus menunggu.
Di tengah penantian itu, orang-orang musyrik Mekah mengatakan, “Sesungguhnya tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan membencinya.” Ucapan itu merupakan isu yang dilontarkan antar sesama orang musyrik.
Ini menandakan bahwa rasa sedih Rasulullah bukan hanya karena kesepian atau pun tidak ada wahyu yang turun, tapi juga disebabkan oleh komentar miring orang-orang musyrik yang sangat menyakitkan hati. Saat itu Rasulullah juga tidak bisa menjawab, karena memang wahyu tidak turun, malaikat jibril tidak datang. Ketika orang musyrik mengatakan kalimat, secara kasat mata seakan-akan demikian adanya. Ini karena biasanya wahyu turun setiap hari, namun tiba-tiba sama sekali selama 15 hari.
Maka ketika turun surah Adh-Dhuha, betapa senang hati Rasulullah. Allah tidak membiarkan Nabi Muhammad sendiri. Tuhan tidak berpamitan dengan Muhammad. Tuhan tidak meninggalkan dan membenci Muhammad, sebagaimana anggapan orang-orang musyrik.
Ayat di atas membuat hati yang sedang sedih, sedang berduka, serta sedang berat dan sulit menjadi lapang dan bahagia. Bagi para penerus risalah, tak masalah ditinggalkan apapun di dunia ini, asal tidak ditinggalkan oleh Allah. Tak masalah dibenci, namun yang pasti tak dibenci oleh Allah. Berpisah tinggal berpisah selama bukan berpisah dengan Allah. Dibenci bukan sesuatu yang buruk, jika bukan oleh Allah. Prinsip tersebut sangat membahagiakan sekali.