cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Jangan Jadi Orang Tua Durhaka Kepada Anak

AQL Peduli, Jakarta – Sejak kecil kita selalu diperingatkan agar tidak menjadi anak durhaka kepada orang tua. Ini karena rida Allah SWT tergantung rida kedua orang tua. Seorang anak tidak akan mendapatkan rida Allah di dunia dan akhirat jika durhaka kepada orang tuanya.

Namun, pernahkah para orang tua berfikir agar tidak durhaka kepada anaknya. Sebagai anak, orang tua juga bisa durhaka kepada anaknya. Ini harus menjadi pertanyaan dalam diri setiap orang tua agar memberikan yang terbaik kepada anaknya.

Coba bayangkan jika salah satu dari anak-anak pada hari kiamat kelak diseret masuk ke dalam neraka. Ini pasti sangat sulit dibayangkan, karena belum pernah terekam dalam memori manusia. Tapi, tanda-tanda itu sudah Allah perlihatkan sejak di dunia. Ini bertujuan agar orang tua tidak asal melahirkan anak saja, tapi tidak beranggung jawab untuk masa depannya, yakni hari akhirat.

Tanda-tanda itu bisa dilihat ketika anak gemar bermaksiat. Misalnya anak terlibat dalam dunia narkoba, mabuk-mabukan, tawuran, masih kecil sudah pacaran, dan berbagai maksiat lainnya. Allah sebenarnya hendak memperlihatkan para orang tua agar intropeksi diri. Bukan malah membiarkan, atau malah mendukung anaknya melakukan maksiat.

Ketika anak jauh dari Allah, maka pada kondisi itu sebenarnya orang tua harusnya gelisah. Ini karena nanti orang tua akan ditanya pada hari kiamat kelak. Kenapa bisa punya anak seperti itu?, pedidikannya apa yang diberikan kepada dia? makanan yang bagaimana yang diasupkan kepada dia? kenapa orang tua tidak mendidik anak untuk mencitai Allah dan Rasul-Nya? Kenapa tidak mendidik anak untuk mencintai Alquran? Dan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan dosa sang anak.

Anak mandiri itu bukan kalau sudah bisa mandi sendiri atau punya gaji sendiri. Ukuran anak mandiri adalah ketika dengar azan dia langsung bergegas salat. Ketika mendengar azan dia bergegas ke masjid salat berjamaah.

Ukuran keberhasilan anak itu bukan jika ia telah berhasil menyelesaikan jenjang tertinggi pendidikan formal seperti sarjana hatta professor. Tapi ukuran keberhasilan pendidikan anak adalah ketika hatinya sudah terpaut kepada Alquran. Sang anak tanpa diminta membaca, menghafal, dan mengkaji Alquran setiap hari.

Untuk itu, para ayah dan ibu harus memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus diberikan kepada anak. Tidak etis jika hanya membesarkan fisik anak saja, tapi jiwanya mati. Semoga ini menjadi peringatan untuk kita semua, bagi yang sudah menikah, maupun yang masih menjomblo agar menyiapkan diri sejak hari ini. (MOE)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code