
Ilmu merupakan cahaya bagi si empunya, ia dapat meninggikan derajat si pemilik ilmu, “Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11). Dengan begitu tidaklah mudah untuk mendapatkan ilmu, diperlukan kegigihan dan konsistensi dalam meniti ilmu.
Namun bukan berarti cahaya ilmu tidak bisa padam, laiknya seorang yang telah membeli kesesatan, Allah “memperumpamakan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahayanya (yang menyinari) mereka dan membiarkan dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (QS. Al-Baqarah: 18).
Artinya kesesatan itulah yang memadamkan cahaya, akibat melakukan perbuatan maksiat kepada Allah, dampak terburuknya adalah bisa menjadi dinding-dinding penghalang dari ilmu yang bermanfaat. Imam Syafi’i rahimahullah memberkan nasihat kepada para penuntut ilmu, dari pengalaman beliau yang mengeluhkan ilmunya susah masuk kepada gurunya yang bernama Waki’.
Saat Imam Syafi’i merasakan susahnya ilmu meresap ke dalam dirinya lalu beliau mengadukannya kepada gurunya yang bernama Waki’. Beliau heran dan berkata, “Wahai guruku, aku tidak dapat mengulangi hafalanku dengan cepat. Apa sebabnya?” Sang gurunya menjawab, “Engkau pasti pernah melakukan suatu dosa, cobalah engkau merenungkannya kembali!”
Imam Syafi’i kemudian ia merenung mencoba mengingat-ingat dosa apa yang telah dilakukannya, sekelabat beliau berhasil mengingat bahwa pernah suatu ketika beliau tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang menaiki kendaraannya, lantas terlihatlah pahanya. Di redaksi lain mengatakan, yang terlihat adalah mata kakinya. Bersegera beliau memalingkan wajahnya.
Terucaplah sebuah kalimat syair:
“Aku mencintai orang-orang shalih meskipun aku bukan termasuk di antara mereka,
Semoga bersama mereka aku bisa mendapatkan syafaat kelak.
Aku membenci para pelaku maksiat, meskipun aku tak berbeda dengan mereka.
Aku membenci orang yang membuang-buang usianya dalam kesia-siaan walaupun aku sendiri adalah orang yang banyak menyia-nyiakan usia.”
Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing kami untuk menjauhi maksiat, dan dikaruniakan kepada kami ilmu yang bermanfaat…