
Dahulu para ulama ketika hendak menyambut bulan Ramadhan mereka sangat bersungguh-sungguh. Bahkan riyadhah (upaya melatih diri)nya jauh-jauh hari sebelum Ramadhan itu tiba. Kita sebut saja di kalangan ulama dan sudah masyhur di telinga kita pula yaitu Imam Syafi’i.
Beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay. Beliau merupakan jajaran ulama besar, seorang mujtahid dan juga pendiri madzhab fiqih yang masyhur diikut, khususnya di bumi Indonesia.
Ia lahir di Askelon (Askolan) Gaza, Palestina pada tahun 15 Hijiriyah. Saat usia dua tahun, ia diuji dengan wafat ayahnya, setelah itu ia dibawa ke Makkah diurus oleh ibunya. Di sanalah ia mempunyai kesempatan untuk menimba ilmu. Dengan begitu, beliau memafaatkan waktunya detik demi detik hanya untuk memperdalam keilmuannya, bagaimana tidak, saat menginjak usia tujuh tahun, ia sudah mengkhatamkan Al-Qur’an.
Tidak hanya itu, saat beliau ingin mengikuti halaqah dari Imam Malik, beliau sudah menghafal kitab al-Muwatha karya Imam Malik, lebih dari itu, bahkan sempat diuji kemampuannya, pada usia 10 tahun. Pada usia 15 tahun ia sudah mampu memberikan sebuah fatwa. Dan beliau belum berani mengeluarkan fatwa, kecuali setelah menghafal sebanyak 10.000 hadis.
Ar-Rabi mengatakan, “Imam Syafi’i di bulan-bulan biasa, selama satu hari mampu menyelesaikan satu kali khataman Al-Qur’an. Bahkan beliau menggiatkan lagi di bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan hingga 60 kali di luar bacaan Al-Qur’an pada saat shalat. Suaranya merdu, saat suaranya terdengar, banyak orang yang menghayati bahkan sampai meneteskan air mata.”
Selain Imam Syafi’i para Qori-Qori di bulan Sya’ban juga sibuk berinteraksi dengan Al-Qur’an begitu juga yang dilakukan oleh Amr bin Qais.
Salamah bin Kuhail Rahamahullahu berkata:
“Dahulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para Qurra (pembaca Al-Qur’an).” Begitu pula yang dilakukan oleh Amr bin Qais Rahimahullahu apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau menutup tokonya dan mengosongkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an.”