
Mukaddimah
Dalam surah At-Tin ini diuraikan jenis manusia dengan potensi baik-buruknya, dan bila mereka ingin mengembangkan potensi baiknya maka adalah wajar bila mereka menjadikan Nabi sebagai panutan.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-‘Aufi dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang pada zaman Rasulullah saw. yang dipanjangkan umurnya hingga menjadi pikun. Orang-orang pun bertanya tentang (perkataan dan perbuatan) mereka ketika pikiran mereka telah tidak berfungsi lagi. Kemudian, Allah menerangkan bahwa mereka mendapat pemaafan. Artinya, mereka hanya diganjar dari apa yang mereka kerjakan ketika pikiran mereka masih sehat dan baik.”
Tema Surah
Keistimewaan manusian dan pengingkarannya terhadap nikmat tersebut.
Ayat & Terjemah

1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, 2. demi gunung Sinai, 3. dan demi negeri (Mekah) yang aman ini. 4. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, 5. kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, 6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. 7. Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu? 8. Bukankah Allah hakim yang paling adil?
Tafsir Ringkas (Al-Azhar)
Ayat 1
“Demi buah Tin, demi buah Zaitun.” (ayat 1) Terdapat berbagai tafsiran.
Menurut Mujahid dan Hasan, kedua buah-buahan itu diambil jadi sumpah oleh Allah untuk diperhatikan. Buah tin diambil sumpah karena dia buah yang terkenal untuk dimakan, buah zaitun karena dia dapat ditempa dan diambil minyaknya.
Kata Qatadah, “Tin adalah nama sebuah bukit di Damaskus dan Zaitun nama pula dari sebuah bukit di Baitul Maqdis.” Tandanya kedua negeri itu penting untuk diperhatikan. Dan menurut sebuah riwayat pula, yang diterima dan Ibnu Abbas, “Tin adalah masjid yang mula didirikan oleh Nuh di atas Gunung al-Judi, dan Zaitun adalah Baitul Maqdis.”
Ayat 2
“Demi Gunung Sinai.” (ayat 2)
Di ayat ini disebut namanya Thurisinina, disebut juga Thursina, disebut juga Sinai dan disebut juga Thur saja. Kita kenal sekarang dengan sebutan Semenanjung Sinai.
Ayat 3
“Demi negeri yang aman ini.” (ayat 3)
Negeri yang aman ini ialah Mekah, tempat ayat ini diturunkan. Berkata Ibnu Katsir, “Berkata sebagian imam-imam, inilah tiga tempat, yang di masing- masing tempat itu Allah telah membangkitkan nabi-nabi utusan-Nya, rasul-rasul yang terkemuka, mempunyai syari’at yang besar.
Pertama, tempat yang di sana banyak tumbuh tin dan zaitun. Itulah Baitul Maqdis. Di sanalah Allah mengutus Isa bin Maryam.
Kedua, Thurisinina, yaitu Thursina, tempat Allah bercakap-cakap dengan Musa bin Imran.
Ketiga, negeri yang aman, yaitu Mekah. Barangsiapa yang masuk ke sana, terjaminlah keamanannya. Di sanalah diutus Rasul-Nya Muhammad ﷺ.
Ayat 4
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu atas sebaik-baik pendirian.” (ayat 4)
Yaitu bahwa di antara makhluk Allah di atas muka bumi ini, manusia diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan batinnya; bentuk tubuh dan nyawanya.
Ayat 5
“Kemudian itu, Kami jatuhkan dia kepada serendah-rendah yang rendah.” (ayat 5)
Sesudah lahir ke dunia, berangsur tubuhnya kuat dan bisa berjalan, dan akal pun berkembang, sampai dewasa, sampai puncak kemegahan umur. Kemudian itu berangsur menurun tubuh tadi, berangsur kian tua. Badan mulai lemah, pikiran juga lemah, tenaga berkurang, gigi mulai rontok, rambut hitam berganti uban, kulit kencang mulai kendor, telinga berkurang pendengarannya, mulai pelupa. Kalau umur masih panjang juga, suatu ketika akal pun padam, sehingga kembali seperti anak-anak, berharap akan belas kasihan anak-cucu.
Ayat 6
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.”
Menurut Tafsir Ibnu Jarir, “Beriman dan beramal saleh di waktu badan masih muda dan sehat.”
“Maka untuk mereka ada ganjarnan yang tiada putus-putus.” (ujung ayat 6)
Doa yang diajarkan Nabi ﷺ itu ialah “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bakhil dan pemalas, dari tua dan kepikunan, dari siksa kubur dan fitnah dajjal, dari fitnah kehidupan dan kematian.” (HR Bukhari)
Di dalam Al-Qur’an umur tua renta (Ardzalil ‘Umur) itu sampai bertemu dua kali. Yaitu surah an-Nahl, ayat 70 dan surah al-Hajj, ayat 5. Ketika menafsirkan Ardzalil ‘Umur itu terdapatlah satu tafsir dari Ibnu Abbas, demikian bunyinya, “Asal saja dia taat kepada Allah di masa-masa mudanya, meskipun dia telah tua sehingga akalnya mulai tidak jalan lagi, namun buat dia masih tetap dituliskan amal salehnya sebagaimana di waktu mudanya itu jua, dan tidaklah dia akan dianggap berdosa lagi atas perbuatannya di waktu akalnya tak ada lagi itu. Sebab dia adalah beriman. Dia adalah taat kepada Allah di masa mudanya.”
Ayat 7
“Maka apakah sesuatu yang akan mendustakan kamu tentang agama.” (ayat 7)
Artinya, kalau sudah demikian halnya, yaitu Allah telah menciptakan engkau, hai insan sedemikian rupa, dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan setelah lanjut umur kamu akan jatuh menjadi serendah-rendahnya; kalau tidak ada pendidikan dan asuhan agama semenjak kecil. Bukankah ajaran agama itu yang akan menjadi pegangan bagi kamu menempuh hidup ini, sejak mudamu sampai kepada hari tuamu?
Ayat 8
“Bukankah Allah itu yang paling adil diantara segala yang menghukum?” (ayat 8)
Kalau seseorang setia memegang ajaran agama untuk pedoman hidupnya, lalu hidupnya selamat sampai hari tuanya, bukankah itu suatu akibat yang adil dari hukum kebijaksanaan Ilahi?
Maka segala petunjuk yang dibawa oleh nabi-nabi, baik yang dilambangkan oleh buah tin dan zaitun yang tumbuh di pergunungan Jerusalem (Palestina) yang berupa kitab suci; atau yang diturunkan di Jabal Thursina di Semenanjung Sinai, tempat Taurat diberikan kepada Musa; atau kitab penutup yang dibawa oleh Khatamul Anbiya’ wal Mursalin, Al-Qur’an yang dibawa Muhammad, yang mula diturunkan di negeri yang aman, Mekah Al-Mukarramah; semuanya itu adalah satu maksudnya, yaitu ad-Din, agama untuk maslahat hidup manusia sejak datang ke dunia ini sampai pulangnya ke akhirat esok.
Maka tersebutlah dalam sebuah hadits dirawikan Tirmidzi dari Abu Hurairah, Nabi menganjurkan bila imam sampai pada penutup ayat ini, pada shalat jahar, Alaisallaahu bi ahkamil haakimiirr, kita makmun sunnat membaca, “Balaa wa ana ‘alaa dzaalika minasy syaahidiin. Benar itu! Dan aku sendiri atas yang demikian itu turut menyaksikan.”
Munasabah Ayat
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempatyang serendah-rendahnya. (At-Tin: 5) Yaitu kepada usia yang paling hina. Hal ini telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dan Ikrimah, sehingga Ikrimah mengatakan bahwa barang siapa yang hafal Al-Qur’an seluruhnya, maka ia tidak akan memasuki usia yang paling hina.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Seandainya hal itulah yang dimaksud oleh makna ayat, niscaya tidaklah menjadi indah pujian bagi kaum mukmin, mengingat sebagian dari mereka adalah yang mengalami usia pikun. Dan sesungguhnya makna yang dimaksud hanyalah sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas, yakni ke neraka, bukan ke usia yang paling hina alias pikun.
Dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, (Al-‘Asr: 1-3).
Kolerasi Hadis
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin: 4) Dan inilah subjek sumpahnya, yaitu bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan rupa yang paling sempurna, tegak jalannya dan sempurna, lagi baik semua anggota tubuhnya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (At-Tin: 5) Yakni neraka, menurut Mujahid, Abul Aliyah, Al-Hasan, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya. Yakni kemudian sesudah penciptaan yang paling baik lagi paling indah itu, tempat kembali mereka adalah ke neraka, jika mereka tidak taat kepada Allah dan tidak mengikuti rasul-rasul-Nya.
Inti Pesan
Secara keseluruhan, surah At-Tin menjelaskan bahwa Allah memuliakan Bani Adam atau manusia baik mukmin maupun kafir. Namun, kemuliaan itu akan bertemu kehinaan jika manusia tersebut ingkar.
Pesan-Pesan Utama
- Bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
- Allah hadirkan sebuah rasa aman untuk hamba-hambanya yang telah menyatakan beriman kepada-Nya.
- Allah membukakan dengan selebar-lebarnya pintu kelalaian yang mengakibatkan orang-orang banyak terlena dan menemukan kepuasan hati.
- Allah memberikan penjagaan khusus kepada orang yang menjaga kesucian Rabb-Nya.
- Allah melimpahkan rahmat-Nya tiadatara yang terus-menerus mengalir kepada orang tersebut.
- Allahlah yang menjadikan keseimbangan dalam raga seseorang, agar orang tersebut mampu menemukan jati dirinya dan terus mengeluarkan potensi baik yang ada di dalam Pustaka jiwa.
Hikmah & Pencerahan
Mindset
- Pada hakikatnya manusia akan merasa tinggi hati jika sifat-sifat mulia ada pada dalam dirinya, maka dari itu teruslah perbarui niat.
- Mengembalikan segala sesuatu yang ada pada diri kita hanya kepada Allah.
- Menyadari bahwa manusia adalah lemah tanpa pertolongan Allah.
- Menyadari manusia yang bersifat angkuh tidak akan pernah selamat dari hinaan-Nya (Adzab).
Atitude
- Tidak tenggelam dan membanggakan diri dengan harta dan kekuasaan yang kita miliki
- Tidak menghalangi orang lain untuk beribadah
- Menghindari sebab-sebab yang dapat membuat kita jadi durhaka kepada Allah
- Tidak menuruti kehendak orang kafir yang bertentangan dengan syariat Allah, walau mereka mengancam
Behavior
Iman
- Meyakini bahwasannya manusia adalah makhluk yang diistimewakan oleh Allah.
- Meyakini bahwasannya akan adanya hari pembalasan. Allah memberi balasan sesuai kadar perbuatan di dunia, pahala kepada mereka yang taat dan begitu pula sebaliknya
Amal
- Memperbanyak rasa syukur kepada Allah dengan cara berterima kasih kepada manusia dan kurangi rasa insecure- memperbanyak amal shalih
- Selalu mendekatkan diri kepada Allah
Dakwah
- Mengajak kepada amal ma’ruf nahi munkar
- Saling menasehati satu sama lain
SUMBER:
Abdul Hayyie. (2021). Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an
Buya Hamka. Tafsir Al-Azhar: Juz Amma
Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir