Fenomena Narasi Red Pill

Fenomena narasi red pill sebenarnya datang dari komunitas manosphere dan subreddit, adalah sebuah komunitas yang keduanya saling menggugat. Titik perbedatannya adalah sisi komunitas feminis menggugat pandangan laki-laki yang dinilai mengandung misogini, sebab keberadaan pihak laki-laki yang lebih dominan. Di sisi lain, pihak laki-laki yang merasa telah di eksploitasi dan terjebak dalam kasus penipuan.

Red pill secara umum adalah sebuah narasi, di mana masing-masing komunitas saling menggugat dan mereka mengungkapkan keresahannya. Kaum feminis merasakan bahwa ketertindasannya yang disebabkan oleh laki-laki. Sedangkan pihak laki-laki menggugat bahwa dirinya adalah korban eksploitasi dan penipuan yang dicanangkan dalam komuditas alibi heteroseksual.

Connel’s menguraikan sistem kerja maskulinitas dan feminitas, yakni terdiri dari beberapa lapisan bangunan. Posisi yang paling atas, di tempati oleh lapisan maskulinitas, sebab ia lebih mendominasi dan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi (hegomoni) atas semua kalangan feminitas. Yang kemudian berangkat dari situ berhasil memaksakan kaum feminitas untuk tunduk mematuhi segala perintah.

Sementara komunitas feminitas tidak seperti yang tersurat maskulinitas, secara lahiriah tidak memiliki kemampuan memimpin dan mempengaruhi. Dengan alesan masih berada di bawah bayang-bayang kepemimpinan kaum laki-laki.

Namun penyangkalan yang terjadi datang dari Hamilton, menurutnya, semua atas usulan dari Connel’s bukan merupakan bagian dari peran aktif. Sebaliknya, suatu argumen seharusnya mengandung sebuah unsur peran aktif. Dalam hal ini, Hamilton lebih menekankan tentang ketidaksetaraan gender. Lebih jauh dari itu, sudah memasuki ke level dominasi segala posisi yang diduduki oleh laki-laki. Bahasa yang selalu dipergunakan adalah kesetaraan. Bagi Randal Colin hubungan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki ikatan (keluarga atau pernikahan) idealnya adalah yang bebas dari sistim patriarki. Hubungan yang sehat harus horizontal dan hirarkis.

Karna paham ini bertolak dari pemikiran sekuler, tidak semua kondisi yang telah disebut di atas cocok. Sebab, ada seorang perempuan yang mempunyai jabatan tinggi di kantor dan ia memiliki kemampuan memimpin atas perempuan lainnya dan sebagian laki-laki. Sehingga sulit diarahkan. Hal inilah yang dianggap memberi ancaman terhadap kedudukan kepemimpinan (qawwam) pada laki-laki di dalam Islam.

Islam mengajarkan dalam bermuamalah antara laki-laki dan perempuan tidak mesti memiliki kesetaraan, inilah yang menjadikan Islam sebagai ajaran yang teduh. Pemahaman ini tentu tidak mudah diterima begitu saja. Dalam Al-Qur’an (QS. Ar-Rum: 12) dijelaskan bahwa hubungan yang sehat (pernikahan) adalah untuk hidup bersama dengan jiwa kebersamaan (sakinah) dan tidak saling menuding tuntutan. Tapi bersama bukan berarti tanpa aturan dan aturan pula memilki otoritas.

Misalnya dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat: 34. Dijelaskan otoritas kepemimpinan yang diserahkan kepada kepala keluarga (suami) dan suami akan mempertanggung jawabkan atas kepemimpinannya kepada Allah Ta’ala kelak di hari pertanggung jawaban tiba.

Bagi Ismail Raji al-Faruqi, keduanya memang memiliki perbedaan, yaitu kelebihan fisik dan kondisi psikis masing-masing yang tidak saling bertentangan tapi saling melengkapi. Jika pemahaman ini sudah berhasil dicerapi maka akan menjadi ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan akan berubah menjadi sebuah ideologi. Dengan demikian, status laki-laki (suami) terhadap perempuan (istri) dalam bahtera keluarga bukan seorang penguasa yang mendominasi tapi seorang navigator yang menjadi penanggungjawab. Tanggungjawab memberi nafkah materi dan non-materi (QS. An-Nisa: 4 dan 24). Lalu kewajiban memberi makan dan pakaian suami kepada istri dengan baik (QS. Al-Baqarah: 233).

Nabi saw. mengajarkan, “Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap istri.” (HR. Tirmidzi dari Aisyah). Jika suami istri berhasil menciptakan hidup bersama dengan rukun (sakinah) dan saling mencintai dalam bahtera rumah tangga, insya Allah cinta itu akan mendatangkan rahmat atau kasih sayang dari Allah Ta’ala…

SUMBER:

Paunline Hoebanx. (2024). Red Pill Women: Heterosexual Fantasies In Misogynictic Spaces

Hamid Fahmy Zarkasyi dan Mohammad Sya’um Salim. (2021). Rasional Tanpa Menjadi Liberal; Worldview Islam Untuk Framework Pimikiran dan Peradaban

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top