cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Fenomena Post-Truth

Mari kita luruskan terlebih sebelum menuai pemahaman baru agar tidak hanya berbuah informasi, tetapi dapat diolah menjadi sebuah keilmuan, yang nantinya dari keilmuan ini akan lahirlah ideologi yang benar dan kebenaran berasal dari Allah swt.

Hakikat fenomena post-truth istilah yang berkembang dikenal dengan post-modernism, modernism sendiri berarti pengembangan pengetahuan ilmu di Barat (sekuler) yang lebih berkiblat pada sains. Dan sains hanya menerima ilmu-ilmu empiris lalu menolak keilmuan metafisik. Metafisika berarti juga kebenaran agama, artinya post-truth menolak kehadiran agama. Tolak ukur kemajuan suatu peradaban dinilai dari sejauh mana perkembangan ilmu-ilmu sains. Tapi secara bersamaan post-truth merupakan sebuah prinsip yang mengkritik yang tidak segan-segan menyerang sains itu yang merupakan simbol dari kemajuan zaman. Posttruth residunya berhenti hanya sampai pada tahap informasi dan melanjutkan untuk menolak ilmu. Selalu merasa lebih tahu, kerapkali menolak kebenaran, maka ia akan jatuh sesat, ketika sesat maka ia sudah pasti bathil, dari sebab bathil pula muncul ragu-keraguan.

Secara terjemahan post bisa diartikan menjadi pasca, setelah atau sesudah. Sedangkan truth berarti benar, paten atau critical thinking. Jadi dapatlah kita mengambil tali benang merahnya bahwa post-truth ialah suatu fakta kebenaran yang dibanjiri informasi-informasi baru, dan informasi tersebut membuat penerimanya menjadi ragu atas fakta kebenaran yang sudah ada sebelumnya. Biasanya fenomena post-truth menimbulkan masalah, yaitu kritikan-kritikan yang dilontarkan bertubi kepada siapapun yang telah menjadi tesis. Sebagaimana zaman Yunani, periode Barat (sekuler) bahkan agama sekalipun juga kena kritik. Hal ini, mempunyai kemiripan dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an (QS. Yunus: 32) “Tidak ada setelah kebenaran itu, kecuali kesesatan”.

Sebagai contoh, pada tahun 2019 lalu terjadi wabah mematikan yang dinamai dengan Covid-19. Bahwa himbauan-himbauan penting dari pemerintah untuk melakukan vaksinisasi telah banyak diwartakan melalui media di televisi. Tapi ada sebagian golongan yang memiliki paham anti-vaksin. Faktanya apa yang mereka yakini betul terjadi, yakni Covid-19 tidak tertular pada anggota tubuhnya. Sebenarnya, apa yang mereka yakini (golongan anti-vaksin), telah diselamatkan oleh golongan yang mematuhi pemerintah untuk vaksin, kebenarannya, sebanyak 80 % terindikasi telah melakukan vaksinisasi. Hal ini bisa terjadi, sebab informasi-informasi terus-menerus diproduksi yang dapat diterima oleh penerimanya secara random.

Islam mengajarkan untuk menerima suatu informasi, dan dari informasi kemudian dikelola menjadi data, lalu data diproses menjadi ilmu, dari ilmu diproses lagi dengan tekun maka akan menjadi hikmah. Hikmah adalah otoritas keilmuan paling tinggi. Sementara menafikan keilmuan itu yang salah, termasuk di antaranya tidak mau mendengar himbauan pemerintah, termasuk di antaranya tidak mendengarkan nasihat para ulama, termasuk di antaranya tidak mau mendengar nasihat dari orang tua. Karna post-truth seringkali menuhankan dirinya merasa lebih baik dan lebih tahu.

Solusi yang diberikan Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah kenali diri, kemudian rekognisi asal-muasal dari mana manusia berasal, maka dapat kita temukan dari adanya momen perjanjian primordial antara Tuhan dengan manusia di dalam Al-Qur’an QS. Al-A’raf: 172. Dengan mengenali asal-usul diri, saat itu juga kita mengetahui kebenaran. Tapi sekedar tahu saja tidak menjalankan adalah kesombongan seperti iblis (QS. Al-Baqarah: 34). Sebaliknya, hanya mengikuti saja dan tidak mengetahui sumber keilmuan tersebut adalah kebodohan seperti Nabi Adam as (QS. Al-A’raf: 22).

Maka sudah tentu apapun keilmuannya harus bersandar kepada guru-guru yang memiliki otoritas.

SUMBER:

Insaf Talk (15 Febuari 2025). Urgensi Worldview Islam di Era Post-Truht. Keynote Speaker Prof. Ugi Suharto

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code