Istilah altruisme biasa digunakan dalam kajian psikologi. Penggunaan istilah ‘alteri’ oleh Comte pada dasarnya untuk menjelaskan bahwa setiap orang yang hidup di muka bumi ini memiliki sebuah tanggung jawab moral untuk melayani umat manusia sepenuhnya, sehingga setiap orang harus memiliki sikap dan perilaku yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi lebih mengutamakan kepentingan orang lain.
Perilaku seperti ini merupakan sikap yang baik, term altruisme di dalam Al-Qur’an disitir dengan sebutan itsar di mana orang yang memiliki kecenderungan sanubari yang melahirkan sikap mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan dirinya. Dengan kata lain, mengecilkan sikap egosentris pada dirinya. Kendati hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka perilaku tersebut menunjukkan kuatnya niat yang ditopang oleh iman.
Sebagaimana tercantum dalam surah Al-Hasyr ayat: 9 berikut:
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhdap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Imam al-Bukhari menukil kisah yang dikemukakan Abu Hurairah mengenai penyebab diturunkannya ayat tersebut:
Suatu hari, seorang lelaki menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku tertimpa kesusahan.” Beliau segera mengajaknya menemui para istrinya, namun ternyata mereka juga tak punya apapun untuk diberikan kepadanya. Sehingga kemudian Rasulullah berkata dihadapan para sahabatnya, “Adakah seseorang di antara kalian yang mau menjamu laki-laki ini pada malam ini? Semoga Allah mengasihinya.” Lalu seorang lelaki dari golongan Anshar berdiri dari duduknya seraya berkata, “Aku, wahai Rasulullah.” Kemudian, laki-laki itu pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, “Jangan kau sia-siakan tamu Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam ini sedikit pun.” Sang istri menjawab, “Demi Allah, aku tidak menyimpan sesuatu kecuali makanan (untuk) anak-anak .” Sang suami lalu berkata, “Kalau anak-anak kita belum makan malam, tidurkan saja. Kemudian, matikanlah lampunya. Kita lipat saja perut kita (maksudnya menahan lapar) untuk malam ini saja.” Keesokan harinya, laki-laki itu menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Sungguh Allah SWT Maha Benar, aku merasa takjub terhadap fulan dan fulan.” Dan setelah itu turunlah firman Allah yakni surah al-Hasyr ayat: 9.
Dalam tafsir Al-Misbah menurut beberapa ulama, ayat tersebut mengandung kalimat pujian bagi kaum Anshar. Ayat ini menjelaskan pula, bahwa tidak terbesit keinginan sedikitpun di dalam hati kaum Anshar untuk memperoleh apa yang telah diberikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. kepada kaum Muhajirin itu dan mereka lebih mengutamakan para Muhajirin itu atas diri mereka sendiri, walaupun mereka memiliki keperluan mendesak tapi mereka tidak mau menyia-nyiakan momen tersebut dengan tetap mengutamakannya.
Dengan demikian, tindakan altruisme yang dimiliki seseorang adalah sebuah mentalitas kaya atau nilai kesukarelaan yang menjadikan individu tersebut memiliki jiwa penolong atau menawarkan jasanya untuk memberikan bantuan tanpa adanya harapan balasan dari penerima manfaat, serta tidak menjadikannya untuk mementingkan dirinya sendiri.
SUMBER:
Kumparan.com. (2024). Mengenal Perilaku Altruisme Dalam Psikologi dari https://kumparan.com/info-psikologi/mengenal-perilaku-altruisme-dalam-psikologi-23xlAmFpJBO
Miftahul Jannah. (2016). Konsep Altruisme Dalam Perspektif Al-Qur’an Kajian Integratif Antara Islam Dan Psikologi. Tesis.
