cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Pergaulanmu, Menentukan Caranya Kamu Berkarakter

Dalam sebuah hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan analogi tentang dampak lingkungan yang membawa pengaruh:

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Perempamaan penjual minyak wangi dan pandai besi di atas yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menunjukkan teman atau lingkungan di sekitar kita akan memberikan dampak, boleh jadi dampak yang diberikan bersifat positif ataupun negatif. Bentuk interaksi yang memberikan daya dorongan terhadap pola keteraturan sosial disebut dengan asosiatif. Inilah yang akan melahirkan sikap positif pada seseorang.

Dalam pandangan Islam, setiap manusia memiliki fitrah, atau potensi dasar yang diberikan oleh Allah, yang juga dipengaruhi oleh faktor hereditas. Hereditas merupakan pewarisan sifat-sifat fisik, biomkia dan perilaku dari suatu makhluk hidup kepada keturunannya. Sifat-sifat menurun ini kemudian dikendalikan oleh substansi genetika yang disebut DNA (deoxyribo nucleic acid = asam dioksiribo nukleat), yang terdapat dalam gen.

Dalam surah As-Sajdah ayat: 7-9, “(Dia) yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudia Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.  Potensi ini dapat berkembang dan terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan.

Dengan faktor lingkungan ini pengalaman-pengalaman empiris yang dialami bisa membuat paradigma yang membentuk cara berpikir seseorang. Bahkan, lingkungan tempatnya berinteraksi dan hubungan sosial dapat berkembang dalam menentukan karakter.

Faktor lingkungan juga mengandung:

  1. Imitasi yaitu meniru perilaku dan tindakan orang lain. Proses imitasi dapat berupa muatan positif, yaitu untuk mempertahankan norma dan nilai posisif. Bisa juga imitasi memuat perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau menyimpang dari nilai dan norma.
  2. Sugesti, yaitu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu atau aksioma.
  3. Simpati, yaitu perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati bisa timbul tidak atas dasar perbuatan logis yang rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan semata-mata.

Interaksi sosial itu bermanfaat untuk keseimbangan tata nilai sosial, oleh karenanya, kita harus bijak dalam memilah pertemanan dan lingkungan yang baik. Menurut Ibnu Hajar, hadis ini ditujukan sebagai bentuk larangan untuk berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadis ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.

SUMBER:

Iwan Setiawan. Manusia dan Lingkungan. Direktori dari https://shorturl.at/iqNBD

Adika Mianoki. (2023). Pengaruh Teman Bergaul dari https://shorturl.at/Fkopw

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code